Thursday 24 November 2016

CHANGE


Change atau perubahan, setiap manusia pasti pernah mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan. Suka ataupun tidak, perubahan terkadang harus dilakukan. Sama seperti saya nih, sebagai dampak dari majunya tehnologi, saya mesti meng-upgrade program windows di laptop saya yang ternyata sudah jadul banget. Pun dengan modem, saya mesti dihadapkan pada dua pilihan, berganti modem mifi / wifi dengan jaringan 4G LTE yang saat ini sedang cetar membahana atau beralih ke provider lain. Sebenarnya saya masih sayang banget sama modem lama karena masih bisa dipakai. Secara, provider yang selama ini saya pakai, sekarang ini “ mainnya “ cuma di jaringan 4G LTE aja dan belum tersebar luas di beberapa daerah alias masih melar mingkus. Setelah sembilan tahun memakai provider CDMA, akhirnya saya memilih untuk beralih ke provider GSM yang memiliki jangkauan jaringan lebih luas. 

Tapi ya itu tadi, namanya juga perubahan dan memang sudah saatnya berubah. Awalnya agak keponthal-ponthal juga alias ribet dengan adanya perubahan-perubahan itu karena saya mesti menyesuaikan diri dengan settingan baru, mana yang pas dengan irama tangan, mata dan otak saya. Dua kali bolak-balik ke tempat service karena ada data vital yang lupa dimasukkan sama si mas yang meng-upgrade. Untung saja belum dihapus, kalau nggak, bisa nangis setahun dah. Begitu juga dengan provider, saya mesti membiasakan diri dengan fitur-fitur cara kerjanya. Mau tidak mau proses perubahan itu harus saya nikmati dengan senang hati. Yang pasti perubahan itu ke arah yang lebih baik karena lebih hemat di kantong ... he he he. Asal tahu aja, ukuran satu bulan data kuota prabayar CDMA bisa dipakai untuk enam bulan data kuota prabayar GSM. Belum lagi kalau paket data di handphone saya yang masih melimpah ruah dan biasanya terbuang begitu aja, kan sayang banget tuh. Jadinya sekarang malah bisa saya pakai di modem juga, hemat abis pokoknya. Harusnya sedari dulu ya, beralih provider. Meskipun kadang sinyal juga agak-agak lemot gimana gitu. Maklumlah paket data hemat, meski slow connect, yang penting nggak parah-parah amat-lah ... LoL. 

Back to topic. Setiap manusia pastilah mempunyai pengalaman dalam hidupnya. Ada pengalaman buruk, pengalaman indah, pengalaman menyenangkan, pengalaman menyedihkan, pengalaman berkesan dan masih banyak lagi. Namun yang menarik adalah apakah pengalaman tersebut berarti atau tidak bagi kehidupan diri seseorang. Bila kita mengingat pengalaman buruk itu artinya kita mengharapkan pengalaman tersebut tidak akan pernah terulang kembali di lain waktu, tapi bila kita mengingat pengalaman indah itu artinya kita mengaharapkan agar pengalaman tersebut terulang kembali. Itu sudah pasti karena ini adalah suatu hal yang wajar terjadi pada seorang manusia. Apabila seseorang mengingat pengalaman buruk atau menyedihkan itu berarti orang tersebut mengharapkan suatu perubahan dalam hidupnya. Terutama bila kita dihadapkan pada situasi dan kondisi yang mendesak, situasi yang stagnan atau keadaan yang begitu-begitu aja meski kita ibaratnya sudah menerima, berlapang dada, menuruti apa maunya mereka dan usaha yang kita lakukan sudah maksimal. Tentu seseorang menginginkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. 

Meskipun saat akan melakukan suatu perubahan selalu ada saja halangan atau masalah yang datang menyertai. Entah itu ada perasaan takut ataupun ada keraguan. Wajar, karena perubahan itu adalah sebuah proses metamorfosa. Tapi ada satu hal yang perlu diketahui bahwa ketika kita melakukan suatu perubahan dalam hidup anda secara tidak langsung kita telah memahami arti dari sebuah perubahan, karena banyak sekali manusia yang hidup di dunia ini tidak tahu bagaimana memaknai suatu perubahan. Terlebih dalam urusan cinta. Tiba-tiba berubah sikap bukan karena sudah tidak cinta lagi, dianggap membenci atau sudah menemukan yang lain. Mungkin seseorang itu menginginkan adanya perubahan, ingin berlanjut ke level yang lebih tinggi lagi alias menikah atau ada hal penting lainnya. Kalau ngomongin perasaan mah, lebih ribet lagi tuh dan lebih panjang ceritanya. Jadi, tidak perlu diomongin, jalani aja ... he he he.

Siapapun orang itu pastilah menginginkan hal yang terbaik dalam hidupnya dan tidak ada orang yang ingin kecewa ataupun terluka. Tapi cepat atau lambat, akan datang masa-masa kritis dalam kehidupan kita. Saat itulah kita menginginkan perubahan. Dan reaksi kita sedikit atau banyak akan menentukan kualitas kebahagiaan kita untuk ke depan. Sejak di awal hidup kita, setiap manusia sesungguhnya telah ditakdirkan untuk menjumpai masalah. Anggap saja kejadian tidak menyenangkan yang menimpa kita sebagai pengalaman hidup yang sangat berharga. Bila dilihat lebih cermat lagi, maka kita akan mendapati bahwa perubahan itu sesungguhnya adalah kesempatan untuk terus maju. Perubahan dalam hidup kita bisa memberi kita inspirasi. Tumbuhnya kepribadian kita adalah sebagai proses merespon perubahan secara positif dan men-transformasikannya menjadi sesuatu yang lebih berharga.

Kalaupun ada yang merasa saya banyak berubah, teman-teman saya juga sering nyindir-nyindir begitu, irit komen dan banyak emoticon. Ditawarin ini itu, kesana kesitu, memakai ini itu, banyak nolaknya. Nggak kok, saya tidak berubah, cintaku tak akan pernah berubah ... cie ... cie ... cie ... LoL. Saat ini saya hanya sedang memikirkan diri sendiri dan untuk kedepannya juga. Seandainya saya masih diberi umur panjang. Sekedar meringankan beban diri agar lebih enteng melangkah dan memperbaiki kekhilafan. Tidak pernah bermaksud menyinggung perasaan. Jadi ya, mohon maaf yang sebesar-besarnya, sedoyo kalepatan nyuwun pangapunten

Buat saya pribadi, hidup adalah sebuah perjalanan. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik kita-lah yang menentukan pilihan, kemana kita akan melangkah, mau ke kanan atau ke kiri. Memulai perubahan dari hal-hal yang kecil, karena suatu saat hal itu bisa menjadi perubahan yang sangat besar dalam hidup kita. Jangan takut untuk berubah dan selalu berdoa. Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi kita semua . . . Aamiin.


Sunday 2 October 2016

ABOUT THE HEART


Hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa bertarung

~ BIMBO ~

Selama ini mungkin kita telah banyak bergumul dengan permasalahan seputar menggali rahasia logika, rasio dan kebenaran. Hal itu telah membuat kita lebih banyak menggunakan isi kepala walaupun sebagai manusia kita juga menyadari kalau kita sebenarnya memiliki apa yang disebut sebagai “ hati “.

Setiap insan pasti punya hati, salah satu organ tubuh manusia yang sangat penting. Berbicara tentang hati, secara kiasan, hati identik dengan keadaan perasaan seseorang, keadaan jiwa dari manusia. Secara fisik, hati punya nama beken, yaitu Liver. Liver memiliki banyak fungsi utama bagi tubuh manusia, seperti menyimpan mineral, vitamin dan menghasilkan cairan empedu yang mencerna lemak dan masih banyak lagi. Dalam bahasa Arab, hati adalah Qolb atau Qolbu. Istilah qolbu ini mirip dengan Heart dalam bahasa Inggris. Heart dapat bermakna sebagai jantung, dapat juga bermakna hati tapi bukan liver lho yaa. Jadi tidak sama antara penyakit liver, penyakit jantung dan penyakit hati … LoL. 

Hati yang dalam pengertian maknanya berarti keadaan perasaan dan jiwa seseorang yang bisa mengalami perubahan atau siklus. Perasaan suka, benci, bahagia, sedih dan lain sebagainya porosnya ada di otak lalu turun ke hati. Berbagai macam perasaan tersebut silih berganti mengisi hati seseorang. Hati kalau dikaitkan dalam istilah bahasa Arab adalah qolbu dengan kata kerja qolaba yang berarti terbalik. Wajarlah bila keadaan hati seseorang selalu berfluktuasi atau terbolak-balik. Kita tidak perlu heran melihat seseorang tersenyum namun setelah satu jam berikutnya menangis. Sehari bilang suka namun setelah seminggu bilang benci. Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati manusia, tetapkanlah hatiku padanya … jiiiaaahh … he he he.

Memang, hati memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap diri manusia karena dia ibarat penguasa dalam tubuh. Abu Hurairah mengatakan, hati ibarat raja sedangkan anggota badan ibarat pasukannya. Apabila buruk rajanya maka buruk pula pasukannya. Jadi kalau hatinya buruk maka buruk pula diri manusia itu. Dan hati ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat, diraba dan diterawang, kayak uang kertas aja nih … LoL. Tidak perlu heran kalau ada orang yang terlihat pendiam tapi ternyata pendendam, pendengki, berbuat baik ternyata ada maksud tertentu. Hanya si pemilik hati dan Sang Penciptanya-lah yang tahu, apa sesungguhnya yang ada di lubuk hati manusia. 

Seseorang tidak mudah untuk mengatakan bahwa dia adalah manusia paling pintar sebelum mengetahui ilmu tentang hati. Kebanyakan manusia sering tidak menyadari realitas dirinya sendiri. Ia memandang tubuh fisiknya sebagai esensi dari dirinya sendiri, menyombongkan isi otaknya dan terlalu mengagung-agungkan logika. Padahal logika ibarat suatu yang menciptakan beragam potongan puzzle dan hati-lah yang menyatukannya menjadi sebuah gambaran yang utuh. Tapi pengertian itu hanya bisa dimiliki oleh orang orang yang memiliki hati yang hidup. 

Sebentuk hati yang sehat jika berhadapan dengan fitnah, ujian, cobaan dan godaan apa pun, seperti harta, tahta, pria atau wanita, ia tidak akan bergeming, tergoda dan tetap tegar. Manusia yang selalu menjaga kesehatan hatinya, selalu merasa tenang, nyaman, tenteram dan mantap. Tidak ada keraguan, tidak ada ganjalan dan tidak ada kekhawatiran atau ketakutan bila terlihat oleh orang lain. Ketika hati nurani masih bersih dan dominan untuk mengajak seseorang melakukan banyak kebaikan maka hatinya hidup dan sehat. Namun bila sebaliknya, bilamana hati sudah tak merespon mana perbuatan buruk dan mana perbuatan baik, maka hati tersebut sakit dan bisa dibilang sudah keras karena tidak berfungsi sebagaimana diharapkan. 

Nah, ini nih, hati yang keras atau qasat qulubuhum. Hatinya sudah mati, tertutup, terkunci dan lain sebagainya. Atau kita bisa tafsirkan bahwa kata “ mati ” disini bukanlah meninggal dunia tapi artinya kiasan bagi hati yang tidak menjalankan fungsinya. Biasanya kalau hatinya sudah tertutup, mata dan telinga juga tertutup. Intinya, orang yang memiliki hati seperti itu tidak akan pernah bisa melihat kebenaran. Merasa pintar tapi tidak pintar merasa. Tidak mau mendengar, melihat, apalagi berbicara. Pada dasarnya, hati yang sakit adalah hati yang masih memiliki kehidupan, tapi dihinggapi penyakit. Dan pemilik hati seperti ini biasa mudah tertipu karena selalu menyembunyikan hatinya alias tidak mau melihat kebenaran dari orang lain. 

Susah ya, kalau bertemu dengan manusia seperti itu. Ibaratnya sebuah batu kalau terkena tetesan air lama-lama akan terkikis juga, tapi tidak dengan manusia berhati keras karena hatinya sudah tidak sehat. Sekedar mengingatkan diri sendiri kalau selama kita masih hidup, kita akan selalu membutuhkan orang lain. Memelihara kekerasan hati juga tidak ada manfaatnya bagi kita. Apa yang akan kita pakai nantinya hanyalah kain kafan dan rumah yang akan kita tempati adalah rumah tipe 21, 2x1 meter. Tapi selama kita masih bernapas, tugas kita adalah berikhtiar dan menjaga hubungan baik dengan sesama.  Yang lebih penting lagi agar selalu menjaga hati dan meluruskan niat. 

Selamat Tahun Baru 1438 Hijriyah. Semoga kita semua diberi umur yang barokah, ilmu yang bermanfaat dan bisa berhijrah ke kehidupan yang lebih baik lagi. Allahumma Aamiin.

Monday 26 September 2016

BETRAYERS


Khianati …
Sebisa dirimu mengkhianati …

Anda pernah dikhianati ? Hmm … pengkhianatan, kata yang satu ini pasti sangat familiar sekali ditelinga kita ya. Pengkhianatan berasal dari kata khianat yang artinya menyimpang atau mengingkari dari kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dan Betrayers alias si Penghianat adalah seseorang yang berubah posisi, yang semula merupakan orang yang baik, berubah menjadi tidak baik. Segala yang dilakukannya merupakan suatu hal yang membawa keuntungan bagi dirinya sendiri. Tapi cara-cara yang dilakukannya tidak dengan perbuatan yang terpuji, tidak sportif dan lebih banyak bermotivasikan kedengkian atau senang kalau melihat orang lain menderita.

Pengkhianatan ini bisa terjadi di mana saja, baik di lingkungan keluarga, bidang politik, bisnis, instansi pemerintah, kampus, sekolah, perkawinan, percintaan, sosial masyarakat dan memang bisa terjadi di mana saja. Penyebabnya pun banyak, karena adanya ketidakpuasan dengan kondisi saat itu, menginginkan imbalan, uang, jabatan, ketenaran dan keinginan-keinginan lainnya. Bisa juga karena dendam, sakit hati, kesombongan, iri, dengki dan lain-lain. Yang pasti, sikap berkhianat sebagian besar diakibatkan oleh sikap iri dan memang muncul dari kepribadian yang buruk dan tidak signifikan. Tidak mengherankan kalau ada seorang teman yang sepertinya luar biasa baik, ternyata menikam kita dari belakang.

Memang pedih rasanya dikhianati, sakitnya tuh disini … hiks. Sering menimbulkan pertanyaan, kenapa sih ? Salahnya apa ? Seseorang yang merasa telah melakukan semuanya dengan baik dan bersikap baik, namun masih ada saja orang atau teman yang tega mengkhianati dan mencuranginya. Perasaan seperti ini muncul pada hampir semua orang yang telah dikhianati. Hal ini dapat memicu pada niat untuk membalas dendam bagi mereka yang berpikiran sempit. Kalau saya sih, nggak banget yaakk, buang-buang energi gitu loh … LoL. Biar ALLAH, SWT aja yang membalasnya.

Padahal seseorang yang punya akal sehat, mestinya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Tapi, ya itulah, namanya juga sifat manusia. Apapun menjadi halal kalau untuk dirinya sendiri. Ibaratnya, seorang pengkhianat itu sama saja dengan orang munafik. Tidak amanah dan kalau mendapat kepercayaan, dia dusta. Hanya ada satu sebab orang mengkhianati orang lain, karena dia telah dibutakan dengan sesuatu. Apakah itu buta karena mendapatkan iming-iming uang banyak, buta karena kegantengan atau kecantikan seseorang dan buta-buta yang lainnya. Hal ini menunjukkan integritas yang lemah dari orang pengkhianat. 

Orang di sekitarnya juga harus extra waspada dengan orang yang suka berkhianat ini. Pastilah, dimana saja setiap orang itu memerlukan kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Seorang bisa saja mendapatkan keuntungan material melalui berbagai jenis pengkhianatan dan barangkali ia mampu menyembunyikan pengkhianatan dan kepalsuannya untuk waktu singkat. Tetapi, pada suatu waktu hal itu akan terungkap dan menyebabkan ia kehilangan kepercayaan. Ia juga akan menodai dirinya sendiri dengan tindakannya yang tidak terpuji. Logika sederhananya adalah jika seseorang mampu mengkhianati seorang teman, maka dia bisa mengkhianati siapa saja, termasuk dengan orang yang bersekutu dengannya. Maka dari itu, berhati-hatilah mengkhianati pengkhianat kalau tidak mau dikhianati …. He he he.

Saya pernah dikhianati ? Oh, jangan ditanya deh, sering … LoL. Tapi kalau menjadi pengkhianat, Naudzubillahi min dzalik, jangan sampai ya. Saya sendiri juga sering bingung kalau menghadapi para pengkhianat ini. Perasaan nih, jarang ketemu, tidak pernah berinteraksi, kok bisa-bisanya berbuat seperti itu. Dan orang-orang seperti itu tuh kayaknya urat malu-nya sudah putus, self confident-nya tinggi banget. Kalau melihat aksi-aksi dan tingkah mereka, rasanya sumpek banget …. Hhhh, gitu … he he he. Untungnya saya selalu mengikuti anjuran dokter saya, nggak boleh marah, nggak boleh jengkel dan jangan berbuat konyol. Please, tahan, tahan, tahan. Sebab kalau kadar hormon thyroid sampai melonjak naik, denyut jantung kenceng seperti lari marathon, bisa-bisa malah saya sendiri yang akan berakhir di ICCU. Pengalaman buruk tujuh tahun yang lalu. Oops, malah kok jadi OOT nih … LoL. 

Buat saya, mencium bau-bau pengkhianatan itu gampang banget. Bukan karena punya indera ke enam atau ilmu mistis lho yaa ( nggak banget, dah ), tapi karena saya memang membatasi obrolan dengan orang lain alias tidak pernah berbagi rahasia. Ngobrol sebatas yang umum-umum atau yang biasa-biasa aja kali. Mungkin banyak yang mengira kalau saya yang demen cuit-cuit, ngobrol dan ngrumpi ini adalah orang yang extrovert atau suka berbagi rahasia, padahal enggak tuh … he he he. Almarhum Nenek saya sedari saya kecil selalu mewanti-wanti agar jangan sekali-kali membagi rahasia, ide, impian ataupun keinginan dengan orang lain. Kalau kita membagi ide dengan orang lain, pastilah mereka akan mencuri ide kita itu. Pun kalau kita berbagi rahasia, pastilah mereka akan menggunakannya sebagai senjata untuk menyerang kita. Dengan membatasi obrolan, dengan sendirinya kita punya filter untuk diri kita sendiri. Dan kalau kita mendengar ada suatu kabar yang berhembus, otomatis kita tahu, siapa yang mem-blow up-nya. 

Jadi kalau ada orang yang bicara ini itu, ada yang merasa sok akrab dan tahu saya seribu persen, itu mah bullshit. Bisa-bisanya mereka aja yang ngarang cerita, soalnya kepengen imbalan yang gede kali yaa … LoL. Sepupu-sepupu saya aja kadang tidak tahu saya sedang ngerjain apa, pergi kemana, sama siapa, apalagi orang lain. Ketahuan banget bohongnya tuh. Meskipun saya punya beberapa sosmed dan blog, tempat itu bukanlah sebuah diary atau tempat curhat tapi sebuah sarana untuk sharing, beramal dengan tulisan, seperti berbagi topik umum dan resep masakan. Tapi yang lebih utama lagi sebagai self reminder bagi saya pribadi.

Jujur, saya lebih suka berbagi hal-hal yang positif tentang kehidupan, sesuatu yang bermanfaat, hal-hal yang lucu dan sesuatu yang tidak merendahkan orang lain. Jadi kalau melihat ada orang yang cablak, suka menyindir, nyinyir, merasa pintar, merasa paling berakhlak baik tapi suka keji mulut, nuwun sewu … langsung saya cut atau unfollow, meskipun itu teman saya sendiri. Manusia-manusia beracun seperti itu tidak akan membawa kebaikan bagi kita. Pun dengan kehidupan nyata, meskipun sering bertemu dengan para pengkhianat tapi tetap baik dan mengulurkan tangan untuk menjaga silaturrahmi. Tapi ya sebatas itu yaakk, lempeng-lempeng aja dan tidak perlu berlebihan. Bergaul dengan orang yang suka berkhianat itu lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Prinsip truk gandeng nih, lebih baik jaga jarak kalau ingin selamat … he he he.

Jadi, stay cool aja kalau Anda dikhianati. Pahamilah bahwa segala sesuatu yang menimpa kita itu pasti ada hikmahnya. Dan hikmah itu bermacam-macam. Kita hanya bisa menangkapnya jika berpikiran jenih dan rasional. Tidak seorangpun dalam hidupnya yang tidak memiliki masalah, hampir dapat dipastikan semua orang memilikinya, ada yang merasakan masalahnya berat dan juga ada yang ringan. Kita ambil sebagai pelajaran dan sebagai bahan renungan untuk bisa lebih mengendalikan diri agar sekuat tenaga menjaga setiap amanah, karena ternyata dikhianati itu rasanya sungguh tidak enak, sakiiit banget. Jangan sampai kita juga ikut-ikutan menjadi pengkhianat. Kalau kita memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah itu maha membalas setiap amal perbuatan, jadi kenapa kita ikut campur atas urusan tersebut. Serahkan dan pasrahkan pada ALLAH, SWT. Just wait and see what will happen next.

Bagaimanapun hidup harus tetap berlanjut karena hidup tak menunggu kita dan kita juga tidak pernah tahu kapan waktu kita akan berakhir. Semoga ALLAH, SWT membukakan pintu hati kita agar mampu mengenali setiap makna yang terkandung dibalik semua musibah yang terjadi. Jangan biarkan hati kita terus menerus tertekan dengan masalah yang berlarut-larut, hingga tidak ada waktu untuk bisa mengoreksi diri. Semoga rahmat ALLAH, SWT selalu bersama kita … Aamiin Yaa Rabbal Alamin.


Thursday 1 September 2016

KETIDAKPASTIAN


Dunia ini ibaratnya seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang dibawah. Setiap manusia pasti mengalami sukses, gagal, bahagia dan kecewa, silih berganti. Seperti pagi, sore, siang, malam, panas dan dingin. Semua itu merupakan proses alam untuk menuju kepada kesempurnaan.

Kehidupan itu ternyata penuh dengan rangkaian pilihan dengan segala konsekuensi yang tidak pasti. Mengutip kata orang bijak, satu-satunya yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian. Kita boleh saja bisa mengumbar janji, meramal, merencanakan ini-itu, memprediksi dan memperkirakan segala sesuatu. Kita juga bisa melakukan upaya meminimalkan kemungkinan buruk dari sebuah peristiwa. Seberapapun keras kita berusaha, tidak ada yang bisa menjamin 100%, kita akan memperoleh hasil seperti apa yang kita inginkan. 

Ada saja manusia yang mencari kepastian dalam hidupnya, termasuk saya nih … he he he. Padahal yang namanya ketidakpastian itu bisa datang kapan saja. Entah itu dalam urusan jodoh, pekerjaan ataupun bisnis. Kita juga seringkali mendengar kata-kata, “ yang pasti-pasti aja-lah ”. Nah, ini, nih, yang pasti itu seperti apa ? Mungkin saat ini Anda merasa aman bekerja di suatu perusahaan, mendapatkan banyak keuntungan dalam bisnis, tapi siapa yang tahu besok-besoknya, siang atau sore nanti ? Semua kejadian diluar harapan ini bisa terjadi kapan saja. Padahal, kalau kita sadari, sebenarnya kepastian itu tidak bisa dideteksi, hanya Allah yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Mungkin inilah alasan kenapa hari esok penuh misteri.

Di sadari atau tidak, satu-satunya hal yang pasti adalah kematian. Seperti yang dijelaskan dalam Quran, setiap zat yang hidup, pasti akan mati. Cuma, kita tidak pernah mengetahui, kapan dan dimana saat itu akan datang. Mungkin, itulah alasan Tuhan menyembunyikan beberapa hal kepada manusia agar kebutuhan ketidakpastian tersebut bisa terpenuhi. Karena ketidakpastian ini melahirkan sikap hati-hati dalam bertindak.

Terkadang kita begitu takut terhadap apa yang akan terjadi di esok hari sebagai akibat dari apa yang kita lakukan hari ini, apa yang kita pilih dan putuskan hari ini atau apa yang telah kita alami sebelumnya. Padahal belum tentu semua yang kita bayangkan dan kita pikirkan akan menjadi kenyataan. Jika kita memahami bahwa kepastian itu sebenarnya tidak ada, satu hal yang perlu kita lakukan ialah mengantisipasi ketidakpastian tersebut.

Pasti-lah semua orang ingin bahagia dan lebih baik di hari esok. Tapi terkadang kita lupa kalau hari ini masih belum selesai untuk diperjuangkan. Lupa untuk fokus pada apa yang kita perjuangkan hari ini, lupa untuk berharap bahwa hari ini akan dilalui dengan baik. Terlalu memandang kedepan, mengulur waktu, menunda-nunda dengan alasan demi kebaikan untuk kedepannya. Sampai-sampai apa yang ada didepan mata, menjadi tidak berarti apa-apa. Padahal masa depan yang selalu didengungkan itu juga belum tentu datang.

Jelas ketidakpastian akan membuat diri kita merasa sangat tidak nyaman karena ketidakpastian itu seperti tiada batasnya dan tentunya, melelahkan. Bagi yang sudah merasa nyaman dalam kepastian, mereka bisa jadi merasa tidak puas dan mau keluar dari comfort zone, tapi begitu ia keluar dari zona kenyamanannya tersebut, kembali ia akan dihadapkan pada ketidakpastian yang membuat ia ragu. Salah satu sifat dasar manusia, tidak akan pernah puas terhadap apa yang dimiliki. 

Pengalaman pribadi nih, kalau ada orang yang mengatakan ini-itu atau berjanji akan sesuatu, biasanya cuma saya dengarkan dan tidak saya pikirkan karena belum pasti terjadi. Mungkin, bukan cuma saya aja kali ya, yang merasakan pedihnya ketidakpastian. Segala sesuatu yang tidak pasti itu memang sangat menyesakkan hati. Suka tidak suka harus kita terima dengan berbesar hati dan berlapang dada.

Tapi walau bagaimanapun juga hidup adalah sebuah perjuangan dan harapan. Meski syukur, ikhlas, tawakal dan sabar adalah kata-kata yang mudah diucapkan tapi susah untuk diamalkan. Terlalu banyak ketidakpastian juga berbahaya, karena itu manusia juga memerlukan yang namanya kepastian. Dan kepastian yang dimaksud disini adalah sebuah harapan. Tentu saja bukan sekedar berharap, tetapi berusaha, berdoa dan menyerahkan semua hasil kepada ALLAH, SWT. Betul, memang belum pasti, tetapi semuanya bisa saja terjadi. Pilihan-pilihan yang kita ambil kemarin dan hari ini boleh jadi memiliki pengaruh dimasa depan. Bila kata hati, nurani dan logika berjalan seirama, maka disitulah seorang harus menatap masa depan meskipun dengan segala konsekuensi yang belum pasti. Selagi kita masih ada waktu. Wallahu ‘alam bisshawab .... 


Just for self reminder ….


Tuesday 9 August 2016

BE BRAVE


Keberanian sering kita artikan sebagai seseorang yang berani bertempur, melawan situasi rawan dan penuh bahaya. Tetapi, sebetulnya hal ini hanya sebagian kecil dari sebuah keberanian. Kebanyakan orang gagal paham kalau seorang pemberani itu adalah orang-orang yang tidak punya rasa takut akan apapun. Padahal semua manusia dimuka bumi ini pasti punya perasaan takut, walaupun cuma sedikit. 

Perasaan itu akan semakin berkembang karena kita merasa nyaman dengan ketakutan kita itu. Apalagi kalau orang-orang disekitar kita juga ikut mendukung dan bersimpati dengan ketakutan kita. Padahal secara tidak langsung itu adalah memberi support negatif pada kita. Kalau kita takut melakukan sesuatu yang baru, tentu sulit untuk segera memulainya, sehingga selalu saja ada ribuan alasan untuk terus menundanya.

Takut gagal, takut mati, takut kehilangan harta benda, takut menghadapi sesuatu hal, takut dengan seseorang, takut dengan hewan, takut dengan benda, takut dengan makhluk halus atau bahkan mungkin, takut jelek. Kalau tidak berlebihan sih tidak masalah karena rasa takut adalah perasaan normal yang dimiliki oleh semua orang. Yang jadi masalah kalau kita tidak bisa mengendalikan perasaan takut itu. Meskipun wajar untuk dirasakan semua orang, rasa takut yang berlebihan bukanlah hal yang baik. Jadi, jangan takut kalau di blog ini profil pics-nya kemarin berubah terlihat seperti nenek sihir atau vampir. Upload foto editan juga butuh keberanian … he he he.

Menurut saya nih, rasa takut itu seperti permainan dalam otak kita. Memang akan ada tekanan dari berbagai arah terutama dari diri kita sendiri. Ada banyak pergolakan batin, ada banyak keluhan dan banyak gejolak emosi yang menghimpit. Tapi itu adalah sebuah keniscayaan. Suatu jalan yang mau tidak mau terpaksa harus kita lalui kalau kita ingin mengendalikan rasa takut itu. Tidak mudah memang untuk keluar dari comfort zone tapi itulah yang harus kita lakukan, the show must go on

Saya sendiri juga punya rasa takut, berlebihan sih tapi tidak begitu terlihat karena tertutup oleh keberanian saya yang lain. Orang yang tidak kenal saya 24 jam tahunya saya adalah a brave girl, padahal tidak tuh … he he he. Dulu pernah saya tulis di blog ini juga, tapi ketakutan saya tidak hanya itu. Pada dasarnya sih sama, takut ketinggian. Kalau cuma manjat pohon atau naik ke atap sih, saya tidak takut. Tapi kalau sudah mengarah untuk naik lift atau naik pesawat, jangan tanya deh, pasti saya bakal mencari seribu alasan untuk menghindar. 

Ketakutan saya itu memudar karena mau tidak mau alias terpaksa melakukannya, dorongan dari orang-orang disekitar saya agar mau berubah. Dulu orangtua dan adik saya masih mau mengalah kalau pergi keluar kota saya maunya naik bus atau kereta. Alasan yang saya buat juga macam-macam, inilah itulah, pokoknya ngeles abis dah. Jadinya, ortu dan adik saya sudah melanglang buana, saya malah jaga rumah sendirian. Tapi dilain waktu saat saya pergi berdua aja dengan adik saya, dia nggak mau ngalah, keukeh harus naik pesawat. Awalnya masih lega karena berangkat mendapat tiket kereta eksekutif tambahan karena semua tiket sudah pada full booking. Tapi pulangnya nih, mau nggak mau, saya harus mengikuti apa maunya. Meski saya bisa menutupi dengan membolak-balik majalah, jangan tanya bagaimana perasaan saya saat pesawat take off, mual, deg-degan dan kalau tidak ingat malu dengan orang yang duduk disebelah saya, rasanya pengen teriak, turunkan aku …. turunkan aku … LoL. Bapak saya yang jemput di Bandara juga nggak kalah cemas tuh, tapi begitu melihat muka saya yang nggak pucat kayaknya lega gitu. Tante saya juga ikut-ikutan rempong, nelpon melulu. Keponakannya kelihatan ndeso banget gitu loh … he he he. Pun dengan naik lift, meskipun saya bisa menutupi ketakutan kalau ada teman atau orang yang sama-sama menggunakannya, tapi kalau ada alternatif lain seperti ada escalator, pasti saya milih yang terakhir ini. Gara-gara adik saya juga nih, saya jadi berani naik lift sendirian. Beberapa bulan yang lalu adik saya sempat dirawat di RS, mau tidak mau, saya mesti memakai lift kalau tidak ingin kaki saya gempor naik turun tangga karena kamarnya berada dilantai 4. Sengaja banget tuh kayaknya, konspirasi tingkat tinggi … LoL.

Satu hal yang saya ambil hikmah dari semua itu adalah rasa takut yang tidak teratasi pada akhirnya hanya akan menyusahkan diri kita sendiri. Orang-orang yang berada disekitar kita pun pasti juga akan terkena imbasnya. Dan keberanian yang sesungguhnya adalah ketika seseorang berani melihat kekurangan dirinya. Yang perlu kita ingat, untuk menjadi seorang pemberani, kita harus memilih untuk tidak melarikan diri, tidak membohongi diri sendiri ataupun menciptakan alasan-alasan yang tidak benar. Hanya Sang Pencipta aja yang harus kita takuti, yang lain mah lewat euy. Nggak takut lagi ... nggak takut lagi ...  he he he. Semoga ALLAH, SWT melimpahkan semua rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua … Aamiin.


Sunday 7 August 2016

SINCERITY


Jaman sekarang kata ketulusan atau dalam bahasa kerennya sincerity adalah sebuah kata yang langka. Sebagai kata, mungkin tak asing dalam kehidupan harian kita, tapi benarkah makna yang diwakilkan kata tulus sudah meresapi kehidupan kita dan juga orang-orang disekitar kita ? Susah untuk menjawabnya, betul nggak ?

Seperti kata Salim A Fillah dalam salah satu bukunya, “ Membuktikan ketulusan ditengah situasi yang sulit. Disitulah konsistensi teruji, tapi disitu juga integritas terbukti.”

Mungkin banyak yang mengira kalau tulus itu sama dengan ikhlas. Padahal beda tuh. Ikhlas itu, merelakan atau melepaskan sesuatu yang terasa berat. Sedangkan tulus itu adalah kerelaan hati karena faktor adanya rasa senang atau tidak ada beban di dalam diri seseorang. Ikhlas memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi di mata Tuhan. Sehingga salah kalau ada orang yang mengatakan, percuma melakukan ini-itu jika tidak ikhlas. Persepsi orang selama ini terbalik, jika orang terlihat berat membantu atau memberi sesuatu disebut tidak ikhlas dan begitu pula sebaliknya. Keikhlasan seseorang itu identik dengan kadar keimanan seseorang.

Disadari atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari ternyata ketulusan kadang terjangkit penyakit yang bisa menghancurkan makna ketulusan itu sendiri. Penyakit modus alias modal dusta. Nama bekennya, ada udang dibalik batu alias ada maksud yang tersembunyi di balik sebuah kebaikan yang dilakukan. Maksud yang tersembunyi itu tentunya sesuatu yang membawa keuntungan bagi dirinya sendiri. Kelihatannya sih tulus padahal cuma modus aja.

Manusia seperti itu biasanya berbuat baik kepada orang lain hanya sebagai basa-basi sosial dan hanya mengharap balasan entah itu berupa materi atau apalah, yang penting dia mendapatkan keuntungan dari perbuatannya. Yang pasti, orang yang tidak tulus itu demen banget menghitung kebaikan yang pernah dilakukan dan orang yang tidak tulus pasti akan capek dengan kebaikannya. Apalagi kalau imbalan yang didapatnya terasa kurang, tahu sendiri dah … LoL. Jadi, kerakusan juga bisa timbul akibat dari ketidak tulusan. 

Semakin sering dan semakin banyaknya Anda bergaul dengan orang lain, disitulah Anda bisa merasakan arti ketulusan yang sebenarnya. Entah itu teman, saudara atau orang yang baru Anda kenal. Ketulusan tidak bisa didapat hanya dalam hitungan jam, menit ataupun detik. Tidak terlihat, tidak bisa didengar dan hanya bisa dirasakan seiring dengan berjalannya waktu. Sesuatu yang tersembunyi di lubuk hati dan bukan kata terucap dengan lidah. 

Disekitar saya sendiri juga banyak orang-orang yang ngakunya tulus padahal modus. Setiap orang yang masih menggunakan perasaan pastinya bisa merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres. Ada pihak yang memanfaatkan keadaan dan ada pihak yang dimanfaatkan. Dalam berhubungan dengan sesama manusia, memang tidak ada kata bodoh atau pintar, tapi hal itu jangan dijadikan alasan untuk membodohi dan memanfaatkan orang lain juga. Kalau bertemu orang seperti itu biasanya sih, saya diam aja. Dibawa enak aja, santai gitu loh … LoL. Sekedar mengurangi beban di hati dan meringankan langkah. Kalau mereka melakukan perbuatan yang tidak terpuji, itu urusan mereka sama Allah, bukan sama saya. Pada akhirnya kan setiap orang akan menanggung akibat dari perbuatannya sendiri, iya nggak ? 

Sesempurna apapun seseorang, ia tetap punya kemampuan untuk menyakiti hati orang lain. Hanya perasaan tulus yang bisa melupakan segala kepahitan yang terjadi dalam kehidupan, dengan keikhlasan hati terus berdoa dan memohon pada Tuhan akan kebaikan. 

Tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan orang lain. Sekedar self reminder untuk saya sendiri agar bisa menjaga hati dan membersihkan pikiran. By the way, saya demen sama kata-kata bijak ini, entah siapa yang pertamakali menulisnya. Mungkin juga teman saya sendiri saat sedang galau karena dia yang meng-apload .... he he he. Semoga bermanfaat.


Siapalah saya …
Saya orang yang jauh dari sempurna
Namun saya sangat bersyukur dengan kehidupan saya
Saya tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan
Orang menyukai saya … syukur Alhamdulillah
Orang membenci saya … saya tidak pikirkan
Dipuji saya tidak akan terbang
Dihina saya tidak akan tumbang
Prinsip hidup saya adalah 
Saya berjuang untuk orang yang benar-benar mencintai dan menyayangi saya


Tuesday 1 March 2016

FENOMENA RIO HARYANTO


Nama-nama seperti Michael Shumacher, Kimmi Raikonnen, Lewis Hamilton, Jenson Button, Felipe Massa dan lain-lain, selama ini sudah banyak dikenal di seantero dunia. Kita cukup menonton dari layar kaca dan mengagumi kehebatan mereka dalam adu jet darat. Tapi itu dulu, sekarang ini semua orang Indonesia dan terutama Solo, punya jagoan baru. Dia adalah Rio Haryanto, putra asli Solo berwajah oriental yang sering dikira orang Jepang dan kata cewek-cewek ABG, gantengnya kelewat jalur. Takeshi Kaneshiro lewat tuh … he he he. Kalau soal wajah oriental ganteng dan kaya, di Solo bertaburan tuh. Tapi yang membuat gebrakan di dunia internasional baru Rio seorang. Misalkan ada yang jadi menteri, anggota dewan, Ibu negara atau RI 1 …. Solo biasa aja gitu loh. Sudah sejak jaman dulu ada dan segambreng. 

Dua bulan terakhir ini publik dan media massa tidak henti-hentinya membicarakan anak muda yang satu ini. Pemuda kalem itu tidak perlu gembar-gembor alias berkoar ke sana kemari untuk membuat Solo bangga dan Indonesia menjadi sorotan dunia. Rio tidak pernah berkoar-koar di media massa untuk membuktikan baktinya kepada negeri tempat dia lahir. Cukup dengan ketekunan dan telaten di bidangnya lalu prestasi dia raih. Di usia semuda itu ( Januari lalu 23 tahun ) Rio sudah menjadi fenomena. Bersama Tim Manor Racing yang berbasis di Inggris, Rio bakal menjalani debut ajang Grand Prix Formula 1 (F1) di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Australia pada 18-20 Maret mendatang. Menjadi pembalap pertama di Indonesia dan menjadi wakil dari Asia tahun ini.

Empat belas tahun lalu tidak banyak orang mengenal Rio saat pertama kali menggeluti olahraga gokart. Mungkin hanya keluarga, kerabat, jurnalis olahraga lokal dan orang Solo aja yang tahu tentang keuletan seorang Rio. Siapa yang menyangka, putra bungsu Sinyo Haryanto yang notabene juga mantan pembalap itu, membuat ratusan juta rakyat Indonesia terhenyak. Orang-orang diluar Solo pun juga banyak yang tidak menyangka kalau anak muda ini seorang Muslim yang taat. Dia tidak malu menunjukkan ke taatannya sebagai seorang muslim dengan menempelkan Ayat Kursi di mobil balap yang ia tunggangi. Banyak juga yang mengira kalau dia seorang mu’allaf. Padahal sejak lahir sudah Islam karena keluarganya adalah Cina Muslim dan punya pondok pesantren pula. Kehadiran Rio di ajang internasional membuktikan kalau seorang anak kota kecil yang tidak ada apa-apanya dibanding Jakarta juga bisa mendunia.

Kalau bapaknya Rio, Sinyo Haryanto, mungkin semua orang sudah pada kenal karena dia pemilik usaha stationery, PT. Solo Murni, perusahaan besar yang khusus memproduksi buku dan alat-alat tulis dengan merk Kiky. Dulu sewaktu saya KKN ( Kuliah Kerja Nyata ) di daerah Sragen, perusahaan bapaknya Rio ini ikut berpartisipasi dengan menyumbang dua dos besar buku tulis, saat posko saya mengadakan bazaar amal. Ya, kira-kira cukup lah untuk 500 orang anak. Waktu itu si Rio ini masih balita. Nggak nyangka aja, balita yang dulu gembul dan mirip Bobo Ho ini sudah menjelma menjadi seorang pemuda keren. Sayangnya saya sudah tua, Nak … he he he.

Asal tahu aja, hingga saat ini di luar sana tak banyak orang tahu tentang Indonesia, apalagi Solo. Negara dengan ribuan pulau ini bahkan kalah beken dari Bali. Orang luar juga tahunya Jakarta, Bandung, Medan, Aceh, Solo mah apaan tuh … LoL. Fenomena Rio seperti oase di padang pasir. Saya salut dengan anak muda ini. Rio seperti mengajari kita bahwa prestasi hanya bisa didapat dari kerja keras, keuletan, dan profesionalisme. Prestasi yang tidak diperoleh dengan cara-cara instan. Seorang pemuda yang tahu bagaimana cara meraih mimpinya. Dia tidak mengejar popularitas, tidak pernah gembar-gembor ataupun sering nongol di TV seperti pembalap-pembalap kita lainnya. Sering mejeng tapi prestasinya nggak ada. 

Padahal anak muda ini sering dianggap anak bawang, dianggap sebelah mata dan sering di dzalimi pula kalau menang. Dunia luar menganggap kalau Indonesia itu tidak ada apa-apanya, sumber daya manusia-nya juga begitu-begitu aja. Tapi Rio membuktikan dengan cucuran keringat, ketekunan dan doa. Selama empat belas tahun lebih ia menekuni bidangnya tanpa banyak omong dan tidak mempedulikan orang yang mencurangi ataupun yang suka mencari-cari kesalahannya. Dan hasilnya, dia sering naik podium saat berlaga di GP2.

Yang lucu nih, setelah kelihatan moncer, si Rio ini sering di klaim milik Negara tetangga. Lha wong nama belakangnya aja Haryanto, sudah pasti dia kelahiran Jawa, meski berdarah Cina. Apalagi kalau melihat perilaku dan perangainya, kelihatan kalau dia itu Solo banget. Suruh aja Rio nyanyi Cucak Rowo, pasti dia bisa. Dimanapun dia berada, ibunya selalu disuruh bawa serundeng … LoL. Ya, maklum aja, semakin tinggi pohon, semakin kencang juga anginnya. Kalau dulu diremehkan sekarang malah pada rebutan meng-klaim. Namanya juga manusia, ada gula, ada semut. Suwargo nunut, neroko ora katut … he he he.

Akhir kata, dari Rio kita banyak belajar tentang arti sebuah kesabaran, tentang arti pengorbanan. Kita belajar mengekang ego dan mengedepankan ketekunan serta profesionalisme. Entah bagaimana nanti prestasi Rio kedepannya, melihat dia beradu cepat dengan pembalap dunia sudah membuat kita senang, akhirnya Indonesia punya pembalap kelas dunia …. Yaayy. Semoga di daerah lain juga muncul ratusan Rio baru untuk kedepannya. Kalau melihat banyaknya penduduk Indonesia dan banyak juga yang kaya, masak sih cuma satu aja yang muncul. Kalau ada kemauan keras, semua bisa mengikuti jejak Rio. Bukan hanya di dunia balap aja. Yang pasti semua stasiun TV nantinya bakalan berebut hak siar tuh. Kafe-kafe bakalan laris manis dengan menggelar acara nonton bareng F1 karena ada Rio disana. Semoga Rio tetap bisa menjaga diri dan kesalehannya ... Aamiin.


Tuesday 16 February 2016

MAHAR




Kupinang kau dengan Bismillah ….

Tergelitik dengan lagu yang dilantunkan Pasha Ungu dan kemarin sempat membaca postingan salah satu teman FB, saya tergerak untuk menulis artikel ini. Kalau dianggap sebagai bahasan yang sederhana, juga tidak sesederhana itu dalam kenyataannya. Apalagi kalau melihat gambar yang saya dapatkan dari Googling diatas, banyak banget mahar dan seserahannya. Topik yang sangat menarik bagi kaum Hawa dan sebuah informasi bagi kaum Adam … he he he. Karena mahar atau mas kawin merupakan salah satu bagian penting dan menjadi syarat sah-nya suatu pernikahan. 

Mahar adalah suatu tanda kesungguhan dari seorang pria untuk menikahi seorang wanita. Kata mahar berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah pemberian wajib dari pihak mempelai pria kepada mempelai wanita sebagai pembayaran pernikahan. Seorang perempuan boleh meminta “ apapun “ kepada calon suaminya. Mahar yang paling umum diberikan oleh pengantin pria adalah seperangkat alat sholat, cincin emas dan uang tunai. Biasanya dibayarkan secara tunai pula. Meski di beberapa negara, mahar bisa dicicil atau kredit. Ada mahar yang di sebutkan secara gamblang, namun ada pula mahar yang tidak disebutkan karena bisa jadi adalah mahar itu sebuah janji yang akan dipenuhi di kemudian hari seiring berjalannya pernikahan. Pemberian mahar ini harus sesuai dengan kemampuan si calon pengantin pria, tidak boleh ada keterpaksaan yang berujung tidak mengenakkan. Dan mahar yang terbaik adalah yang paling ringan. Itu berarti, si pengantin wanita tidak boleh memberatkan. Lalu, mahar seperti apakah yang dimaksud dengan ringan ? Hanya mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, kelihatannya sih ringan tapi bukan berarti mudah, iya nggak ? 

Ada yang berpendapat kalau seorang wanita tidak meminta mahar yang banyak, berarti kualitas agamanya hanya asal-asalan aja. Menikah dengan mahar yang terlalu murah dapat meningkatkan jumlah kegagalan dalam suatu pernikahan, yaitu berujung pada perceraian. Ada juga persepsi kalau gadis yang belum juga menikah itu karena mematok standar dan mahar yang tinggi. Nyesek banget kalau ada yang ngomong seperti itu … Hiks. Teori dari mana coba ? Mestinya orang kan bisa berpikir secara logis, kalau kualitas agamanya baik, tentunya dia tidak akan memberatkan dan mempersulit. Maksud dari “ boleh meminta apa saja “ juga bukan berarti minta semua harta benda sampai terkuras semua. Yang pasti permintaan yang wajar dan rasional. Justru yang sedang ngetren saat ini, menikah dengan mahar yang banyak dan resepsi yang mewah, tidak lama setelah itu cerai. Nikah lagi, terus cerai lagi. Pernikahan dianggap sebagai ajang bisnis karena mendapatkan mahar dan seserahan yang banyak. Yang ini niatnya mau nikah atau mau jadi kapal keruk nih, merampok tapi dengan cara halus. Agak heran juga karena wanita seperti itu justru malah lempeng jalannya alias gampang mendapatkan lelaki. 

Di negara-negara Timur Tengah, calon pengantin laki-laki harus menyediakan dana ratusan juta untuk perkawinannya. Uang sebanyak itu untuk biaya mahar, biaya perkawinan yang ditanggung pengantin laki-laki, biaya rumah, beli mobil dan biaya bulan madu. Di sebagian masyarakat Arab, semakin tinggi mahar semakin bangga mereka karena itu seakan sebagai bukti bahwa anak perempuan mereka mendapat calon suami dengan status sosial tinggi. Di Arab Saudi dan Iran, pernikahan bahkan bisa menelan biaya ratusan juta. Selain mahar, calon suami harus sudah menyediakan rumah atau apartemen dan kendaraan, plus deposito bagi calon istri. Ini semua dilakukan agar ketika terjadi perceraian, sang istri punya “ pegangan “ untuk bertahan sampai ia dilamar dan menikah lagi. Jumlahnya juga sesuai permintaan sang calon istri. Total, biaya untuk satu perhelatan pernikahan, calon suami sedikitnya menyiapkan uang yang setara dengan ratusan juta rupiah sampai satu milyar. Khusus bagi warga Saudi yang kurang mampu secara ekonomi, ada salah satu lembaga sosial yang khusus menghimpun dana untuk membantu warga yang berniat menikah, tapi tak mampu secara keuangan. Tidak ada kata lain selain …. Woooww, kepénak timen ya gadis disana …. LoL. 

Hal senada dengan juga terjadi di Indonesia. Di Sulawesi ( khususnya suku Bugis ), Sumatra ( Aceh, Batak, Nias ), dan Kalimantan ( Banjar ), Nusa Tenggara Timur ( Flores ) dikenal dengan nilai mahar yang paling tinggi di Indonesia. Nilai mahar bisa mencapai ratusan juta rupiah, nilai ini belum termasuk pemberian lainnya seperti sebidang tanah dan juga tidak termasuk ke dalam seserahan atau hantaran lainnya yang berupa keperluan hidup sehari-hari si wanita, seperti makanan, perhiasan, pakaian, sepatu, tas, kosmetika dan sebagainya. Asal si calon pengantin pria mampu aja, why not ? Iya nggak ? Jadi, kalau sudah punya niat baik untuk melamar gadis dengan latar belakang adat yang kuat, siap-siap dah rekening ludes … he he he. 

Beberapa dari keluarga saya ada yang menikah dengan orang Aceh, Padang, Banjar, Sunda, Betawi dan Batak. Yang pasti berbeda juga soal mahar ini. Menurut mereka, nilai mahar merupakan simbol kehormatan dan gengsi keluarga baik dari pihak wanita maupun pihak lelaki. Bagi pihak wanita, tingginya nilai mahar menunjukkan kedudukan sosial keluarga wanita tersebut. Nilai mahar ini dapat berubah disesuaikan dengan status sosial keluarga wanita dan ditentukan oleh pihak keluarga wanita tersebut. Tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi, keturunan kebangsawanan dan kecantikan paras menjadi tolok ukur berubahnya nilai mahar si wanita. Makin tinggi tingkatan yang dimiliki oleh seorang wanita, maka akan semakin tinggi pula nilai mahar yang ditetapkan oleh keluarganya. Hingga saat ini, tidak jarang terdengar beberapa cerita dimana keluarga wanita yang masih keturunan bangsawan tanpa segan-segan menetapkan nilai mahar bagi anaknya dengan nilai ratusan juta rupiah, ada juga yang mencapai angka satu M.

Bagi pihak keluarga lelaki yang berniat menikahi seorang wanita, memenuhi nilai mahar yang telah ditetapkan oleh keluarga si wanita merupakan suatu simbol kehormatan pula. Bahkan, sering didapati pihak keluarga lelaki akan menambah beberapa seserahan di atas jumlah mahar yang ditetapkan keluarga wanita sebagai bentuk kemapanan keluarga si lelaki. Menurut sepupu saya nih, nilai mahar yang menjadi standar adat Aceh bagi seorang wanita adalah sepuluh mayam emas. Untuk ukuran saat ini, harga satu mayam emas kurang lebih mendekati nilai satu juta rupiah. Bila nilai mahar seorang wanita di Aceh kurang dari sepuluh mayam emas, hampir dapat dipastikan bahwa si wanita berasal dari kalangan status sosial yang bisa dikatakan rendah. 

Mungkin kaum pria di Padang Pariaman lebih beruntung kali yaa, beruntung karena diperebutkan … he he he. Karena yang namanya keberuntungan ini pasti ada pengorbanannya juga. Disana pihak yang melamar adalah kaum wanita. Ada semacam kompetisi untuk “ menjemput ” calon pengantin pria. Jadi keluarga perempuan harus menjemput laki-laki dengan semacam bawaan atau uang. Lho, kok gitu sih ? Itu untuk menghargai keluarga pihak laki-laki yang telah melahirkan dan membesarkannya, sehingga ketika anak atau kemenakan laki-laki mereka menikah dan meninggalkan rumah, mereka tidak merasa kehilangan. Artinya pihak keluarga anak gadis siap memberikan kompensasi berapapun nilainya asalkan anak gadisnya menikah dan mendapatkan suami. Tapi yang dijemput ini juga bukan pria sembarangan lho yaa, melainkan mempelai prianya yang secara sosial dianggap mapan, terhormat atau keturunan bangsawan. Untuk menjemput calon menantu yang mempunyai jaminan hari depan baik inilah maka orangtua dari pihak perempuan mulai berkompetisi memberikan uang jemputan. Karena pihak laki-laki yang menerima mahar dari pihak perempuan, maka dikemudian hari si ayah dan anak-anak tidak memiliki hak dan kekuasaan atas harta pusaka. Di Padang, pihak laki-laki atau suami harus tinggal dengan keluarga istri dan bekerja keras mencukupi kebutuhan rumah tangga. Dan yang mengatur segalanya adalah saudara laki–laki dari istri yang memberikan uang jemputan. Dan bila terjadi perceraian suami harus pergi tanpa harta dan anak-anaknya. Kasihan banget yaa … 

Untuk saya pribadi, hal ini sangat mencengangkan sekaligus menggelikan, bagaimana mungkin seorang wanita diberi harga sesuai dengan status sosial atau tingkat pendidikannya. Mereka tidak segan-segan mematok mahar yang tinggi apalagi yang punya strata sosial yang tinggi di masyarakat. Bahkan, tidak jarang pula kita dengar istilah bahwa mahar yang tinggi itu disamakan seperti transaksi jual-beli karena anak perempuan yang menjadi istri sama saja “ dibeli “ oleh seseorang yang akan menjadi suaminya. Tentang suami yang harus tinggal dirumah keluarga istri dan menanggung biaya hidup mereka ? Kalau hanya membantu sih, wajar yaa, sebagai bentuk empati dan toleransi. Tapi kalau disuruh menanggung keseluruhan, iya kalau yang ditanggung cuma beberapa orang, lha kalau banyak  gimana coba ? Apa nggak puyeng tuh ... LoL. 

Hmm ... saya tidak setuju dengan paradigma ini, biarpun itu adalah tradisi adat. Menurut saya nih, cinta sejati tidak memikirkan berapa banyak yang bisa didapatkan atau diberikan, karena cinta sejati selalu didasari dengan perasaan ikhlas. Bahkan terkadang, orang yang tulus mencintai selalu lupa dengan segala hal yang telah diberikan demi sebuah senyuman dan kebahagiaan orang yang dicintainya.

Meski adat Jawa juga mengenal bobot, bibit, bebet dan standart khusus dalam mahar pernikahan, tapi tidak se-ekstrem dan semahal daerah-daerah yang lain. Menyesuaikan situasi dan kondisi. Memang sih, secara alami, seorang gadis yang berlatar belakang baik akan mendapatkan pasangan yang baik pula. Kalau mengikuti adat Jawa sendiri sih, dimana-mana juga sama … sama ribetnya. Soal biaya memang tidak semahal di Aceh, Banjar atau Batak, tapi ritualnya itu lho, pating clekunik. Keluarga besar saya juga termasuk penganut budaya Jawa tapi fleksibel, kalau mau diikuti oke, kalau nggak ya nggak masalah. Pengalaman saat sepupu-sepupu saya menikah. Untuk mahar dan seserahan biasanya dimusyawarahkan antara pihak laki-laki dan perempuan agar tidak memberatkan dan sesuai dengan kemampuan. Permintaan mengenai mahar ini sebenarnya antara mempelai wanita dan calon mempelai pria, sedangkan para wali tidak memiliki hak untuk turut menentukan. Tapi pada umumnya nih, calon mempelai wanita dan keluarganya menyerahkan sepenuhnya soal mahar itu kepada sang calon mempelai pria. Jadi, mau ngasih apa aja ya diterima. Begitu juga dengan seserahan yang merupakan pemberian atau hadiah dari sang pria berupa barang-barang yang dibutuhkan oleh calon mempelai wanita. Tanda kesiapan seorang pria untuk bertanggung jawab penuh terhadap seorang wanita yang akan menjadi istrinya kelak. Nah, ini nih, kalau mendapatkan gadis baik-baik, biasanya sih tidak meminta banyak dan yang aneh-aneh. Tapi kalau mendapatkan gadis tipe kapal keruk, bisa ludes juga, minta ini itu … he he he.

Saya pribadi tidak pernah ada niat untuk mempersulit atau membebani calon suami saya nantinya. Karena sebaik-baiknya mahar adalah “ yang dimudahkan “, yaitu yang diberikan dan diterima dengan kerelaan dari kedua belah pihak. Bagi saya, memikirkan bagaimana kehidupan setelah pernikahan itu jauh lebih penting daripada ketika akad nikah atau walimatul ‘ursy pernikahan itu sendiri. Apalagi kalau ribut hanya karena soal mahar, jangan sampai dah. Misalnya diberi banyak ya Alhamdulillah wa syukurillah, kalau pun tidak ya, aku ora popo … LoL. Yang penting adalah syarat sah-nya pernikahan terpenuhi. Pinang aku dengan Bismillah …… yuuukk marii ….

Semoga ALLAH mempermudah jalan kita semua ... Aamiin.

Monday 15 February 2016

TABAYYUN


Tabayyun …
Kata yang kurang familiar bagi kebanyakan orang, tapi bagi seorang muslim tentunya harus tahu yaa. Meskipun kalau dihitung banyak yang tidak tahu juga. Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu sehingga benar-benar jelas apa adanya, kata kekiniannya adalah cross-check. Di jaman yang serba instan dan canggih ini, setiap insan seperti dihadapkan pada kompetisi dan pencitraan. Biar dikira tidak ketinggalan jaman, kekinian, sehingga siapapun boleh membangun opini, boleh mengkritik, memfitnah, menghakimi, berhak mengeluarkan ide walaupun tidak sesuai dengan fakta dan tidak tahu ilmu.

Berita yang kita dengar dan kita baca setiap waktu, entah itu dimasa lalu ataupun masa sekarang, pasti tidak semuanya benar. Apalagi bila kita mendengarnya dari orang lain, istilahnya MLM alias dari mulut ke mulut … LoL. Awalnya yang hanya sepatah kata bisa menjadi satu baris kalimat, lama kelamaan bisa menjadi satu paragraf, besoknya bahkan sudah menjadi satu jilid komik. Terlebih lagi saat ini kita hidup pada zaman yang banyak terjadi fitnah, hasad, hasut, baik itu dilakukan di dunia nyata ataupun didunia maya. Terinspirasi dari obrolan beberapa waktu yang lalu, meskipun saya sudah terbiasa mendengar kata-kata dusta, difitnah, disindir sana-sini, sedikit tertohok juga nih kalau ada sesuatu yang kurang bener. Dan yang lebih jelek lagi, saya kadang juga suka berprasangka, pengakuan dosa yang lama terpendam … he he he. 

Fenomena yang terjadi di masyarakat entah itu dijaman dulu atau sekarang sepertinya masih sama, cepat meng-understatement terhadap opini atau perilaku seseorang. Suka menilai sesuatu atau seseorang melalui kacamatanya sendiri alias pendapatnya sendiri dan kemudian menyebarkannya ke khalayak. Sehingga yang terjadi adalah mudahnya seseorang men-cap sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Jika seseorang atau siapapun cepat percaya dengan informasi disampaikan dari mulut kemulut maka terjadi kesalahan mengambil keputusan, kesalahan mengkritik dan lebih parahnya lagi terjadi lah fitnah. 

Jika kita tidak tahu fakta dan tak memiliki ilmu dengan sesuatu permasalahan sebaiknya tidak perlu memperkeruh suasana, ikut mengkritik, menyindir, mencela dan memfitnah, apalagi bila hal itu menyangkut kehidupan orang lain. Entah itu pada teman, saudara, tetangga, teman lama, apalagi dengan orang yang tidak kita kenal. Kalau orang itu publik figur, pejabat atau artis, mungkin masih dimaklumi ya. Resikonya jadi orang beken … LoL. Tapi kalau seseorang itu adalah orang yang jarang sekali atau bahkan tidak pernah bersinggungan dengan kita, ini nih yang parah. Kredibilitas yang ada pada diri kita tentunya patut dipertanyakan. Pasti tidak akan ada yang mau kalau diberi julukan si penabur kebencian, si tukang fitnah, tukang bohong atau si tukang sindir. Iya nggak ? 

Seringkali telinga seseorang itu lebih suka mendengarkan kata-kata manis dan pada akhirnya tertipu. Padahal itu hanyalah bunga-bunga kata si pembawa berita, tujuannya agar si penerima kabar senang. Istilah kunonya ABS, Asal Bapak Senang. Terlebih bila ada iming-iming uang, berita yang disampaikan bakalan lebih seru meski tidak ada benarnya. Mungkin juga si pemberi kabar hanya memanfaatkan si penerima kabar untuk tujuan tertentu, sehingga si penerima kabar lalai dan tidak tabayyun. Biar duitnya moprol, mengalir terus ke kantong si pembawa berita. Mengkritik dan mencela habis-habisan orang yang dikabarkan padahal belum tentunya orang dikritik dan dicela itu salah. Apalagi kalau kabar itu adalah cerita yang sudah usang, yang mungkin saja orang yang dikabarkan sudah lupa. Jadi, misalnya diberitakan heboh saat ini pun tidak bakalan menaikkan rating …. He he he.

Rasa percaya yang tinggi ataupun rasa curiga terhadap seseorang yang berlebihan bisa menyebabkan mata dan hati menjadi buta sehingga menghalangi seseorang melihat kenyataan yang sebenarnya. Biasanya orang yang terlalu kaku dan ekstrem seperti itu, tidak mau menerima alasan orang lain, tidak mau mendengar pandangan atau pikiran orang lain dan kurang melakukan pengamatan, karena sudah sangat percaya dengan si pembawa kabar. 

Jika diamati dari sudut ilmu sistem informasi manajemen, informasi yang disampaikan oleh komunikator alias si pembawa berita tidak jelas, tidak professional, tidak kredibilitas maka si penerima informasi akan mendapat informasi error dan tentunya feed back atau responnya juga pasti salah. Dan jelas pihak yang mengalami kerugian adalah si penerima kabar. Dampak dari keterbukaan informasi atau pengaruh dari Declaration of Human Right kali, ya, sehingga semua merasa berhak mengkritik dan memfitnah. Padahal tabayyun ini sangatlah penting dalam kehidupan kita, terutama dalam Islam. Karena segala sesuatu yang diucapkan, di dengar dan disampaikan harus kita pertanggungjawabkan nantinya di hadapan Allah, SWT. Kalau mau hitung-hitungan, pastilah rugi secara material dan spiritual.

Jujur, saya kurang suka dengan orang yang suka melebih-lebihkan cerita, suka menyindir ataupun menghakimi kehidupan dan perilaku seseorang. Apalagi kalau kabar itu tidak rasional, males banget dengernya. Sebagai tukang ketik, semua informasi yang saya tulis selalu harus akurat, jelas, apa adanya, tidak saya tambah-tambahi dan juga tidak saya kurangi. Tapi kalau fiksi lain lah yaa, perlu imajinasi dikit … LoL. Meskipun pendekatannya saya lebih suka mengangkat cerita dari kehidupan nyata. Yang penting kita harus tetap berpikir obyektif, tidak terpancing, tidak terburu-buru dalam menanggapi sesuatu dan tetap perlu tabayyun. 

Kalaupun ada yang memfitnah, mengada-ada atau su’udzon sama saya, ya silahkan, monggo kerso panjenengan. Itu masalah anda dengan diri anda sendiri. Saya mah nyantai aja atuh kalau ada orang yang ngomong ini itu, begini begitu dan begono … LoL. Nggak ngaruh kok, dan saya juga paling cengar-cengir kalau mendengar kabar miring, cuma kabar lurus aja yang bakal saya tanggapin. Kalaupun saya perlu informasi atau mendengar sesuatu, pasti akan langsung saya cari sendiri atau saya datangi sumbernya untuk meng-cross check. Kalau mendengarnya dari orang lain ntar sudah beda lagi ceritanya. 

Tabayyun yang berhasil apabila kita mampu mengungkapkan fakta yang bisa dijamin akurasinya dengan analisis yang jernih. Obyektifitas dalam berpikir dan menghadapi suatu fakta akan membangun kearifan, lebih hati-hati dan tidak sembrono alias gegabah dalam bertindak. Kebenaran-kebenaran informasi yang dihasilkan melalui proses yang obyektif, diharapkan juga akan membangun sikap toleran terhadap orang lain, yang sama-sama menjunjung tinggi obyektivitas. Lebih berhati-hati agar kita tidak menuduh seseorang dengan kebodohan kita sendiri dan pada akhirnya akan menjadi penyesalan bagi kita kelak.

Dengan bertabayyun kita tidak akan mudah menerima informasi atau berita yang palsu. Juga bukan berarti kalau kita su’udzon terhadap orang lain. Ketika berita atau informasi telah disampaikan lebih baik kalau kita mem-verifikasi kebenaran berita tersebut melalui beberapa orang yang sekiranya dapat dipercaya dan dapat mempertanggung jawabkan apa yang dikatakannya atau dari sumbernya sendiri secara langsung. Daripada kita mengira-ira terus, iya nggak ? 

Begitulah arti tabayyun bagi saya. Kalau Pak Ustadz yang menjelaskan, pasti lebih mendetail lagi. Ilmu agama saya masih dangkal bin cethék. Dan saya juga masih terus dan harus belajar. 

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda semua, terutama untuk si pembuat artikel ini … LoL. Lebih baik pintar merasa, daripada merasa pintar. Dan semoga lebih baik lagi untuk kedepannya … Aamiin. 


Thursday 11 February 2016

JANJI

 

Ntar aku kasih hadiah, tunggu aja …
Besok aku pasti datang ke rumahmu, jam 2 siang, … 
Nanti malam aku telpon lagi, beneran deh ! Sumpah !
Datang aja kesini, nanti kita jalan-jalan
Besok aku traktir kamu makan-makan sepuasnya …

Banyak sekali contoh di sekitar kita akan hal ini, mereka yang dengan gampang berjanji lalu dengan gampang pula mengingkarinya, sehingga janji tidak lagi mempunyai makna apa-apa. Kalimat demi kalimat mengalir seperti air, lalu menghilang tak berbekas. Teman, saudara, pacar, tua, muda, pejabat, anggota dewan, politikus dan termasuk yang nulis artikel ini nih … he he he. Semua pasti pernah mengingkari janji, entah itu sekali, dua kali dan ada juga yang menjadikannya sebagai kebiasaan. Yang paling menjengkelkan yang ini nih, kebiasaan ingkar janji.

Dari sudut pandang sosial, apabila seseorang berjanji dan pada implementasinya sering tidak menepati janji, maka hal ini dapat berdampak pada menurunnya kepercayaan orang lain terhadap diri seseorang. Sehingga dapat dianggap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Bahasa kerennya nih, Pemberi Harapan Palsu alias PHP. Kayak nomor IP Address aja yaa. Dan si tukang PHP ini biasanya enteng banget ngomongnya. Pun ketika dikonfirmasi pasti dia punya sejuta alasan untuk ngelés, sibuk lah, cuaca tidak mendukung, nggak ada duit-lah, inilah, itulah, pokoknya segala macam tampang memelas dan jurus silat lidah keluar semua … LoL. Biasanya nih, janji-janji dilontarkan karena mereka ada maunya alias maksud terselubung. Ada udang dibalik bakwan … He he he.

Yang lebih parah lagi kalau mereka juga menambahkan kata Inshaallah. Ini sering terjadi ketika si tukang PHP ini tidak serius atau hanya sekedar main-main. Sebagai cara untuk pembenaran diri dan mempertahankan argumen. Segala macam sumpah pun tertumpahkan, tidak tanggung-tanggung, kalimat “ Wallahi ” pun ikut terlontar. Di kesempatan ini, mumpung saya masih punya banyak waktu luang, lagi mood menulis dan juga sambil mengingat janji-janji pada keponakan-keponakan saya … he he he. Me-review filosofi Jawa yang sangat terkenal Ajining diri ana ing kedhaling lathi, ajining sarira ana ing busana.

Ajining diri ana ing kedhaling lathi ini diartikan bahwa setiap orang itu dihargai dan dihormati karena lidahnya dalam arti yang lebih luas, bisa menjaga tutur kata, senantiasa berbicara benar, dapat dipercaya dan tidak berlebihan. Tentunya kita tidak bakal mudah percaya dengan omongan orang yang baru kita kenal, apalagi omongan orang yang kita tahu kalau mereka terbiasa bohong alias tukang kibul. Lain ceritanya ketika kita mendengar perkataan orang yang jujur dan setiap tutur katanya baik, maka pastilah kita langsung percaya. Meskipun, sekarang lagi ngetrend kalo orang lebih percaya sama si tukang bohong. Nggak salah sih, karena si tukang bohong dan PHP ini biasanya pandai bermain kata dan memutar balikkan fakta. Lidahnya licin banget, suka minum Oli kali yaa. Pengalaman pribadi nih, sering di PHP-in …

Ada korelasi yang positif antara filosofi Jawa dengan agama. Jika kita tidak bisa berkata baik dan memberi manfaat maka jauh lebih baik bagi kita untuk diam, bukannya malah berbicara yang menghasilkan dosa seperti bergunjing dan mengobral janji. Sesungguhnya yang paling utama bagi kita adalah agar senatiasa mengingat bahwa segala hal dalam diri kita akan dimintai pertanggung jawaban, tak terkecuali lidah, mata, kuping, hati dan yang lainnya. Dan setiap perbuatan itu pasti ada ganjarannya. Lucu aja kalau melihat ada tukang bohong yang sakit hati karena merasa dibohongi. Makanya, ngibul itu jangan dijadikan kebiasaan Cong, bakalan kena batunya dah.

Berbeda dengan Ajining sarira ana ing busana, kalimat ini memiliki perspektif yang berbeda. Dimana untuk filosofi yang kedua ini jauh lebih menonjol pencitraan diri yang bersifat fisik dan duniawi. Ajining sarira ana ing busana diartikan bahwa setiap orang dihargai dan dihormati dari penampilan atau atributnya. Busana disini bisa diartikan secara harfiah maupun turunannya. Secara harfiah diartikan baju atau pakaian dan secara turunan dapat diartikan juga sebagai atribut atau pangkat jabatannya. Itu kan dulu, iya nggak ?

Kalau kita melihat dari perspektif duniawi, sudah sangat jelas-lah. Di belahan dunia manapun orang yang berpakain necis, trendy, elegan dan berkelas langsung pertama kali dilihat orang meskipun sebenarnya dia hanyalah seorang penipu. Selayaknya pejabat yang sangat disegani padahal dia hanyalah seorang tukang obral janji. Jadi cenderung membuat kita tertipu dengan penampilan, tanpa melihat ke isinya yang lebih dalam. Hal ini tentu saja terbalik dengan kenyataan bahwa harga manusia di mata ALLAH, SWT adalah dilihat dari kualitas ketaqwaannya. Harkat dan derajat penerimaan terhadap diri kita yang sebenarnya bukanlah karena atribut, baju ataupun kedudukan kita, melainkan apa yang ada didalam diri kita yaitu, perilaku, jiwa dan hati kita.

Seringkali kita mendengar pepatah janji adalah hutang atau dengan kata lain ketika kita sedang membuat janji dengan seseorang maka sebisa mungkin harus bisa ditepati. Asal bukan janji untuk berbuat maksiat aja yaakk seperti nyuri mangga tetangga … he he he. Karena hutang memang harus dibayar. Jika kita sering mengingkari janji akan membuat kita tidak akan dipercayai orang lain. Tapi bila memang benar-benar tidak bisa menepati janji sebaiknya sesegera mungkin berterus terang dan meminta maaf kepada orang yang sudah janjian dengan kita. Jangan sampai membuat orang lain menunggu karena bisa saja mereka menyempatkan waktu untuk kita, sementara kita mengingkarinya begitu saja tanpa pemberitahuan. Menunggu sampai bertahun-tahun … pilu, Hiks. Memang berat sih, karena tidak semua orang bisa menerima alasan kita. Atau justru malah kita yang dianggap tidak menepati janji dan suka PHP-in orang. Janjimu palsu, gombal mukidi

Mudah-mudahan kita bukan termasuk seseorang yang suka mengobral janji, karena janji yang tidak ditepati adalah sebuah hutang yang harus dipertanggung jawabkan di hari akhir nanti. Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Menjaga lisan dan hati kita, jangan sampai kita terjebak dengan gemerlapnya di dunia karena kemeriahan dunia hanyalah semu. Tidak ada manusia yang bisa menjadi super hero, yang bisa melakukan apapun. Tidak perlu memiliki ribuan janji, cukup satu janji tapi berusaha mewujudkannya dengan sempurna. 

Mohon ma’af bila ada yang tersinggung atau tersakiti dengan tulisan saya yang apa adanya ini. Hanya orang yang suka mengemukakan opini dalam bentuk tulisan. Sebagai manusia masih terus memperbaiki kualitas diri. Kalau saya punya janji dengan Anda, tagih aja yaak. Tapi kalau Anda yang berjanji, nggak usah takut, saya bukan debt collector janji kok … LoL. 

Semoga ALLAH melimpahkan hidayah-NYA pada kita semua … Aamiin.



Wednesday 10 February 2016

PUPUS


Kalau mendengar kata pupus, pasti semua pada berpikir, patah hati atau putus cinta. Nggak salah sih karena mencakup soal itu juga … he he he. Tapi sebenarnya definisi kata pupus itu banyak dan tidak melulu soal cinta. Pupus juga bukan berarti putus asa. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pupus itu berarti apa yang habis sama sekali, hilang lenyap, punah ( harapan). Memupuskan berarti menghilangkan, menghapuskan atau memusnahkan. Nah, dari arti kata tersebut pupus adalah hilangnya atau musnahnya harapan kita terhadap sesuatu karena ada satu hal. Sesuatu yang sudah sangat sulit untuk diperjuangkan atau jalannya sudah buntu. Biar kita jungkir balik, koprol, hasilnya tetap nihil.

Kata pupus sendiri berasal dari Bahasa Jawa, memiliki pengertian, definisi, maksud atau makna menyerah kepada nasib alias mengikhlaskan. Agak sedikit berbeda dengan Kamus Bahasa Indonesia, pupus juga berarti daun muda yang sedang tumbuh atau pucuk daun. Dan kata pupus dalam bahasa Jawa ini hanya gunakan dalam arti positif atau tidak berkonotasi negatif. Jadi ada perbedaan besar antara pupus harapan dan putus asa, meskipun sepintas kata-kata itu bermakna sama, pupus harapan idem ditto dengan pupus asa atau sama dengan putus asa. Kalau menurut saya nih, putus asa itu sudah hilang harapan, apapun yang dilakukan sia-sia aja dan tidak ada gunanya. Biasanya orang kalau sudah putus asa, mereka tidak mau lagi berusaha atau berjuang karena ibarat dido’akan pun juga sudah tidak mempan. Dalam arti kata singkatnya, putus asa juga berarti hilangnya batas kesabaran alias menyerah kalah.

Lain halnya dengan kata pupus. Dalam filosofi Jawa, memupus berarti mengikhlaskan sesuatu yang hilang tanpa kehilangan kesabaran dan harapan. Kehilangan disini bisa berarti harta, benda, keluarga yang meninggal, merasakan sakit atau menghadapi sesuatu yang tidak berkesudahan. Yo wis lah, dipupus wae. Intinya, memupus tanpa rasa dendam dan tetap ber-khusnudzon pada Sang Pencipta dengan apa yang menimpa kita. Merelakan kenyataan dan mengambil hikmah dari apa yang telah terjadi. Menurut pak Ustadz nih, tetap sabar dan tawakal.

Sebenarnya ketika kita memupus apa yang telah kita alami dan kita rasakan, kita telah di berikan ilmu untuk meraih sesuatu itu kembali alias ada gantinya. Meskipun, jujur nih, memupus itu sakit juga lho … LoL. Wajarlah karena melibatkan perasaan, from the deep of the heart … hiks. Apalagi bila seseorang itu sudah terlalu banyak mengalami ujian dalam hidupnya, sudah badannya sakit, hatinya disakiti pula. Kalau Allah, SWT yang menguji, mungkin kita akan memperbanyak do’a dan semakin tekun beribadah. Tapi kalau manusia yang menguji, pasti nya tidak bakalan ada yang mau, mendingan ngacir dahh, kayak anak sekolah aja pakai ujian … He he he. 

Hayo ngaku … pasti nih semuanya pada pernah menguji atau istilah gaulnya nge-test. Apalagi anak remaja jaman sekarang nih, kekanak-kanakan tapi gayanya sok bijak. Kalau sedang mencari karyawan mah sudah sewajarnya atuh, memang perlu dites ini itu. Yang agak aneh kalau orang tersebut sedang mencari teman, partner kerja, pacar, suami atau istri. Dan yang biasanya diuji itu kesabaran, kesetiaan, kejujuran dan ketulusan. Bener nggak nih ? Layak nggak ? Pantas nggak ? Hmm, kalau masih dalam batas kewajaran, mungkin bisa diterima ya. Tapi kalau sudah sangat keterlaluan, ini nih yang jadi masalah. Ibaratnya, hari ini menginjak kerikil tajam, besok menginjak kulit durian dan besoknya lagi menginjak paku berkarat ... mana tahaaaan. Manusia dengan kesabaran extra tinggi pun sudah pasti berpikir balik dan memupus. Ya, sudahlah, mungkin memang benar kita tidak layak, tidak pantas dan ada manusia lain yang lebih pantas buat mereka. Jadi ya, ikhlaskan aja.

Jujur, sebagai manusia kita tidak punya hak untuk menguji seseorang, apalagi dalam hal reputasinya. Tidak perlu melakukan ini itu, mesti begini atau begitu. Dengan sendirinya alam-lah yang akan menguji sejauh mana kebenarannya. Kalau kita pada akhirnya tahu kalau orang itu benar-benar tidak baik, kan tinggal dipupus aja, iya nggak ? Anggap saja semua kejadian yang menimpa kita adalah peringatan dari ALLAH, SWT.

Memang sih, memupus perasaan itu tidak semudah apa yang dikatakan para motivator … he he he. Kalau mereka sendiri tidak mengalaminya, pasti mereka tidak bisa merasakan bagaimana rasanya. Bicara mah gampang, yang menjalani tuh yang susah. Tapi banyak hikmah yang kita petik di dunia yang ramai dan penuh warna ini. Yang baik-baik tetap diingat dan yang jelek-jelek, dipupus aja yaa. Karena yang namanya pupus itu lama kelamaan akan menjadi daun, berkembang, menguning, layu dan kemudian rontok. Tapi pupus akan terus tumbuh, sama seperti harapan kita selama kita masih bernapas.

A note to remember, just for my self. Mohon ma’af bila ada kata-kata dan tulisan yang kurang berkenan. Hanya manusia biasa yang masih terus belajar di universitas kehidupan. Diambil yang baik-baik aja menurut panjenengan … Sumonggo.