Tuesday 13 October 2015

The Meaning of Life



Mungkin, banyak orang yang sering berpikir dan bertanya, apa sih arti kehidupan ini? Kenapa sih kita harus hidup di dunia ini ? Untuk apa kita berdo’a ? Jika dicermati sedemikian rupa atas pertanyaan-pertanyaan itu, maka akan banyak sekali jawaban. Satu dengan lainnya bisa saja bertentangan, tidak sama atau bisa saja mirip. Jawaban tentu bergantung pada ilmu dan akhlak orang yang menjawabnya. Juga terletak pada nilai kemaslahatan dan manfaatnya. Jika kita menjalani dan memahami hidup dengan benar, dengan mudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. 

Bagi sebagian orang kehidupan adalah uang dan kesenangan. Jadi setiap detik dalam kehidupannya digunakan untuk mencari uang dan bersenang-senang. Jika tidak ada uang, ia seperti kehilangan hidupnya. Ada pula yang menjawab bahwa kehidupan adalah kedudukan atau pangkat dan jabatan. Mereka yang menganggap bahwa dunia adalah titik akhir, sehingga terus mencari kesenangan dunia. Pertanyaan selanjutnya, apakah kita hidup hanya sekedar mencari makan, hidup sekedar untuk hidup, bekerja sekedar untuk bekerja, hanya mencari materi duniawi, uang yang banyak, kendaraan mewah, rumah bak istana dengan jumlah yang banyak dan pendamping yang rupawan ? Apakah hidup ini cukup dengan hanya memiliki nama dan pengakuan dari orang lain ? 

Wajar jika manusia suka kepada dunia, orang biasa, alim ataupun ulama, apalagi manusia seperti saya … he he he. Makan, minum, belajar, bekerja, istirahat, olahraga dan sebagainya. Semuanya adalah bagian dari kehidupan kita, sebuah ketentuan yang telah dikehendaki oleh Allah, SWT. Semuanya yang namanya manusia memandang indah wanita, pria, anak-anak, harta benda dan kekayaan yang melimpah. Menurut Buya Hamka nih, jika kita hidup sekedar untuk hidup, babi di hutan juga hidup, kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja, Banyak orang yang secara materi berlimpah, memiliki jabatan tinggi, suami yang ganteng, istri yang cantik, seakan serba serasi dan terlihat seolah-olah hidupnya bahagia, tapi sebenarnya banyak diantara mereka yang hatinya kosong. Hmm … hanya sekedar pencitraan di depan orang lain kali yaa, dunia ini panggung sandiwara … LoL. Pada kenyataannya, suami kemana, istri kemana dan anak juga kemana. Semua harta yang mereka miliki seolah tak mampu membuat mereka bahagia dalam arti yang sesungguhnya. 

Arti kehidupan bagi penghuni kolong jembatan tentunya juga berbeda. Kayaknya mereka happy-happy aja tuh dengan cara hidup mereka. Bagi mereka arti kehidupan adalah ada tempat untuk berlindung dan makan ala kadarnya. Iyalah, gimana nggak happy, mereka tidak perlu membayar tagihan listrik, telepon, air minum dan pajak ini itu. Hanya satu yang bikin mereka nggak happy, petugas Satpol PP … LoL. Teman saya ada yang lebih aneh lagi, hidup baginya adalah kesempurnaan. Jadi, apa-apa dia maunya yang perfect dalam segala hal, terutama soal pendamping hidup. Sampai saat ini teman wanitanya selalu berganti-ganti terus sampai tak terhitung. Dia bosan lalu tinggalkan, bosan tinggalkan, begitu terus seolah tidak ada yang pantas semua. Dikatakan playboy atau penjahat wanita, dia tidak terima, lucu ya. Tapi kalau melihat yang seperti itu malah miris jadinya, kesannya jadi melecehkan seorang wanita. Apalagi usianya juga sudah berumur ( lebih tuaan dikit dari saya … he he he ), seharusnya dia sudah settle down dengan seseorang, jadi saya hanya bisa mendo’akan, semoga umurnya cukup dalam pencariannya itu. Tobat nasuha, Bro … LoL.

Saya sendiri kalau ditanya tentang arti kehidupan pasti akan saya jawab, Life is a journey. Kalau ada yang ngeyel, where’s the map ? Peta-nya sudah ada kok, tinggal menunggu petunjuknya aja … he he he. Karena sudah sering mendapatkan “ perhatian “ dari ALLAH, dengan berbagai peristiwa, saya lebih suka menjalani hidup apa adanya, tidak ngoyo ataupun iri dengan kehidupan orang lain. Setiap manusia kan sudah ada suratannya masing-masing. Tapi kalau ada orang yang iri, dengki atau jengkel dengan kehidupan saya ataupun merasa terganggu dengan eksistensi saya, silahkan aja, itu masalah Anda. Apapun pandangan Anda terhadap kehidupan saya, monggo kerso panjenengan … LoL. Semua yang terjadi pada kehidupan saya adalah takdir yang sudah ditentukan dan tidak mungkin saya bisa mengelak. Yang penting, saya terus belajar, banyak-banyak bersyukur, berusaha berbuat yang terbaik dan tahu ke mana arah tujuan saya. Kalau kita melakukan hal-hal yang baik, tentunya lingkungan di sekitar kita akan terkena dampak baiknya juga. 

Kecenderungan sifat manusia adalah tidak pernah puas, takabur dan riya’. Baru diberi sedikit kenikmatan aja sudah sombongnya minta ampun, sudah merasa diatas angin. Padahal sesuatu yang berhubungan dengan duniawi dalam sekejap bisa musnah bila ALLAH berkehendak, tanpa banyak bicara dan tanpa peringatan. Pun dengan kesehatan, mungkin sekarang kita dalam kondisi sehat segar bugar, namun tak tahu kapan akan jatuh sakit. Bisa saja saat ini berlimpah harta benda, tapi besok, siapa tahu harta itu bisa musnah. Tidak ada yang tahu seberapa lama hidup kita dan tidak ada yang pernah tahu, bagaimana nasib kita ke depannya.

Orang yang sudah tahu tujuan dia hidup dan untuk apa dia hidup, maka dia tidak akan pernah berfikir bahwa dia akan hidup selama-lamanya di dunia. Dia juga tidak mungkin berfikir untuk bisa hidup hanya dengan tangannya sendiri tanpa ada peran " tangan Tuhan " dan juga manusia yang lainnya sebagai makhluk sosial. Sekuat apapun kita, tetap akan membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita. Memangnya kalau kita sakit parah, kita bisa menyetir sendiri, berobat ke rumah sakit ? Menggali kuburan kita sendiri saat sudah mati ? Kalau bisa malah gawat tuh, yang melayat pada ngacir semua … LoL. Kebanyakan orang juga seringkali lupa dan tidak mau mengoreksi diri sendiri. Lebih banyak melihat kesalahan orang lain tanpa bercermin terlebih dahulu. Merasa dirinya paling hebat, paling baik dan paling bijak. Seandainya terjadi sesuatu, mereka selalu mengeluh dan merasa menjadi orang yang terdzalimi. Padahal semua yang terjadi pada diri kita adalah akibat dari perbuatan kita sendiri, entah di masa lalu ataupun sekarang. 

Kalau saya melihat dan mengamati orang-orang yang saya temui, banyak sekali dari mereka yang terpuruk itu pada awalnya punya perasaan ujub, suka riya dan merasa jumawa dengan keberadaan dirinya. Bahkan pada saat terpuruk pun mereka tidak pernah mengoreksi diri, berkoar-koar pada semua orang kalau dia sudah didzalimi, disakiti dan dikhianati. Padahal kalau mau hitung-hitungan, justru mereka-lah dulunya yang sering mendzalimi orang. Baik dengan kata-kata dan perbuatan, disengaja ataupun tidak. Termasuk juga dalam hal mencari rezeki. Jarak antara yang halal dan yang haram hanya seutas benang, jika benang ditarik, sreeet … yang haram tiba-tiba dijadikan halal, sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. Banyak sekali yang berucap syukur karena merasa mendapatkan limpahan nikmat …. Alhamdulillah Yaa Allah, saya mendapatkan banyak rejeki hari ini. Padahal nikmat yang dia dapatkan itu hasil dari perbuatan mereka yang tidak terpuji, bukan hasil dari kerja keras karena berikhtiar, misalnya melakukan sesuatu yang diharamkan, merampas, mengambil hak milik orang lain, menipu, melacurkan diri ( ma’af beribu ma’af ) …. Naudzubillahi min dzalik. Tapi bagi mereka yang “ merasa “ baru mendapatkan musibah, limpahan nikmat itu dianggap sebagai barokah. Jujur, hal-hal seperti itu terlihat aneh dan terkadang membuat saya ingin tertawa, mungkin bagi Anda juga kali yaa. Sepertinya kok ada yang error gitu loh … he he he. 

Kalau kita mau berpikir lebih jauh lagi, terkadang limpahan nikmat yang bertubi-tubi itu mungkin saja ujian dari Allah, SWT yang sesungguhnya. Atau mungkin sebagai bentuk ketidak pedulin-Nya lagi pada kita, dikasih cobaan tapi malah semakin sombong dan kemaruk harta. Istilah jawanya, urip di ujo bondho terus-terusan. Mereka yang memahami arti hidup maka setiap gerak langkahnya dalam mengarungi kehidupan selalu berhati-hati dalam bertutur dan bertindak, apalagi kalau hal itu melibatkan orang lain. Lebih baik menunda sejenak dalam berbuat sebelum tahu persis apakah hal tersebut baik, buruk, terpuji, tercela, halal atau haram. 

Sebagai manusia yang beragama tentunya kita mempunyai sandaran hidup akan keyakinan kita terhadap Tuhan. Agar tegar dalam menghadapi setiap gejolak kehidupan. Kita bisa menemukan arti kehidupan sesungguhnya lewat agama yang kita anut. Dengan begitu kita akan sadar sejauh mana kita mengartikan kehidupan ini. Dan pada akhirnya tinggal kita sendiri yang menyimpulkan apa arti kehidupan ini ? untuk apa ? dan akan dibawa kemana arah kehidupan kita ? Mungkin setiap manusia boleh saja berbeda dalam mengartikan kehidupan, tetapi jangan pernah terjerumus kedalam arus kehidupan yang akan menyesatkan diri kita sendiri. Wallaahu a’lam bissawab.

Hanya ingin mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 1437 HIJRIYAH, semoga ALLAH, SWT melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya pada pada kita semua … Aamiin Yaa Rabbal Alamin. 


This is the beginning of a new day and new years 
What I do today is important
When tomorrow comes, this day will be gone forever
And I just want to be a better person 

Goodbye yesterday
Hello today
Welcome tomorrow …


~ SOLO, 1 MUHARRAM 1437 HIJRIYAH ~