Wednesday 10 February 2016

PUPUS


Kalau mendengar kata pupus, pasti semua pada berpikir, patah hati atau putus cinta. Nggak salah sih karena mencakup soal itu juga … he he he. Tapi sebenarnya definisi kata pupus itu banyak dan tidak melulu soal cinta. Pupus juga bukan berarti putus asa. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pupus itu berarti apa yang habis sama sekali, hilang lenyap, punah ( harapan). Memupuskan berarti menghilangkan, menghapuskan atau memusnahkan. Nah, dari arti kata tersebut pupus adalah hilangnya atau musnahnya harapan kita terhadap sesuatu karena ada satu hal. Sesuatu yang sudah sangat sulit untuk diperjuangkan atau jalannya sudah buntu. Biar kita jungkir balik, koprol, hasilnya tetap nihil.

Kata pupus sendiri berasal dari Bahasa Jawa, memiliki pengertian, definisi, maksud atau makna menyerah kepada nasib alias mengikhlaskan. Agak sedikit berbeda dengan Kamus Bahasa Indonesia, pupus juga berarti daun muda yang sedang tumbuh atau pucuk daun. Dan kata pupus dalam bahasa Jawa ini hanya gunakan dalam arti positif atau tidak berkonotasi negatif. Jadi ada perbedaan besar antara pupus harapan dan putus asa, meskipun sepintas kata-kata itu bermakna sama, pupus harapan idem ditto dengan pupus asa atau sama dengan putus asa. Kalau menurut saya nih, putus asa itu sudah hilang harapan, apapun yang dilakukan sia-sia aja dan tidak ada gunanya. Biasanya orang kalau sudah putus asa, mereka tidak mau lagi berusaha atau berjuang karena ibarat dido’akan pun juga sudah tidak mempan. Dalam arti kata singkatnya, putus asa juga berarti hilangnya batas kesabaran alias menyerah kalah.

Lain halnya dengan kata pupus. Dalam filosofi Jawa, memupus berarti mengikhlaskan sesuatu yang hilang tanpa kehilangan kesabaran dan harapan. Kehilangan disini bisa berarti harta, benda, keluarga yang meninggal, merasakan sakit atau menghadapi sesuatu yang tidak berkesudahan. Yo wis lah, dipupus wae. Intinya, memupus tanpa rasa dendam dan tetap ber-khusnudzon pada Sang Pencipta dengan apa yang menimpa kita. Merelakan kenyataan dan mengambil hikmah dari apa yang telah terjadi. Menurut pak Ustadz nih, tetap sabar dan tawakal.

Sebenarnya ketika kita memupus apa yang telah kita alami dan kita rasakan, kita telah di berikan ilmu untuk meraih sesuatu itu kembali alias ada gantinya. Meskipun, jujur nih, memupus itu sakit juga lho … LoL. Wajarlah karena melibatkan perasaan, from the deep of the heart … hiks. Apalagi bila seseorang itu sudah terlalu banyak mengalami ujian dalam hidupnya, sudah badannya sakit, hatinya disakiti pula. Kalau Allah, SWT yang menguji, mungkin kita akan memperbanyak do’a dan semakin tekun beribadah. Tapi kalau manusia yang menguji, pasti nya tidak bakalan ada yang mau, mendingan ngacir dahh, kayak anak sekolah aja pakai ujian … He he he. 

Hayo ngaku … pasti nih semuanya pada pernah menguji atau istilah gaulnya nge-test. Apalagi anak remaja jaman sekarang nih, kekanak-kanakan tapi gayanya sok bijak. Kalau sedang mencari karyawan mah sudah sewajarnya atuh, memang perlu dites ini itu. Yang agak aneh kalau orang tersebut sedang mencari teman, partner kerja, pacar, suami atau istri. Dan yang biasanya diuji itu kesabaran, kesetiaan, kejujuran dan ketulusan. Bener nggak nih ? Layak nggak ? Pantas nggak ? Hmm, kalau masih dalam batas kewajaran, mungkin bisa diterima ya. Tapi kalau sudah sangat keterlaluan, ini nih yang jadi masalah. Ibaratnya, hari ini menginjak kerikil tajam, besok menginjak kulit durian dan besoknya lagi menginjak paku berkarat ... mana tahaaaan. Manusia dengan kesabaran extra tinggi pun sudah pasti berpikir balik dan memupus. Ya, sudahlah, mungkin memang benar kita tidak layak, tidak pantas dan ada manusia lain yang lebih pantas buat mereka. Jadi ya, ikhlaskan aja.

Jujur, sebagai manusia kita tidak punya hak untuk menguji seseorang, apalagi dalam hal reputasinya. Tidak perlu melakukan ini itu, mesti begini atau begitu. Dengan sendirinya alam-lah yang akan menguji sejauh mana kebenarannya. Kalau kita pada akhirnya tahu kalau orang itu benar-benar tidak baik, kan tinggal dipupus aja, iya nggak ? Anggap saja semua kejadian yang menimpa kita adalah peringatan dari ALLAH, SWT.

Memang sih, memupus perasaan itu tidak semudah apa yang dikatakan para motivator … he he he. Kalau mereka sendiri tidak mengalaminya, pasti mereka tidak bisa merasakan bagaimana rasanya. Bicara mah gampang, yang menjalani tuh yang susah. Tapi banyak hikmah yang kita petik di dunia yang ramai dan penuh warna ini. Yang baik-baik tetap diingat dan yang jelek-jelek, dipupus aja yaa. Karena yang namanya pupus itu lama kelamaan akan menjadi daun, berkembang, menguning, layu dan kemudian rontok. Tapi pupus akan terus tumbuh, sama seperti harapan kita selama kita masih bernapas.

A note to remember, just for my self. Mohon ma’af bila ada kata-kata dan tulisan yang kurang berkenan. Hanya manusia biasa yang masih terus belajar di universitas kehidupan. Diambil yang baik-baik aja menurut panjenengan … Sumonggo.


3 comments:

  1. Aku suka tulisan kakak. Aku setuju tentang makna pupus itu sendiri. Bagiku pupus itu hilangnya mimpi dan harapan kita dan saat itu pula harapan baru muncul (seperti daun muda). Aku suka sama makna kata Pupus.

    ReplyDelete
  2. terimakasih banget ya kak... aku sedih banget...

    ReplyDelete