Sunday 25 May 2014

FEAR, ANXIETY & PHOBIA

Setiap orang tentunya pernah mempunyai rasa takut, biasanya berhubungan dengan suatu kejadian atau bahaya yang mengancam dan menimbulkan rasa emosi yang tidak nyaman, cemas, khawatir, pucat, berkeringat, bulu tangan menjadi berdiri alias merinding, pupil yang membelalak, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, aliran darah meningkat ke dalam otot, pernapasan memburu dan sebagainya. Ada yang disebabkan karena penyakit dan ada juga yang berasal dari kejadian yang pernah menimpa kita ( tapi bisa dibedakan mana yang penyakit dan mana yang bukan ) Suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistis, juga irrasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas.  Bagi seseorang yang punya rasa takut, cemas dan fobia sering dijadikan bulan-bulanan oleh orang-orang di sekitarnya. Padahal orang-orang yang mengejeknya itu secara tidak sadar juga punya rasa cemas, takut dan mungkin juga fobia.

Dulu, saya, adik saya yang nomer tiga ( almarhum ) dan si bungsu, sering saling ejek dan menggunakan ' ketakutan ' kami sebagai bahan candaan. Bukan hanya sering, tapi setiap menit kalau semua sedang berkumpul dirumah satu sama lain akan saling menjahili. Diantara kami, yang nomor tiga-lah yang terkenal penakut. Kalau lagi berantem, masing-masing akan mengeluarkan senjata pamungkasnya untuk menakut-nakuti. 

Bagi orang lain akan terlihat lucu kalau ada seorang lelaki berbadan tinggi besar tapi takut sama serangga. Dan almarhum adik saya adalah manusia yang sangat ketakutan kalau melihat kecoa. Dengan postur badannya yang tinggi besar ( 190 cm / 110 kg ) orang tidak akan mengira kalau adik saya itu penakut dan fobia ama kecoa. Tidak tanggung-tanggung, dia akan lari terbirit-birit mengambil sapu atau sandal untuk membantai kecoa. Dan tentunya, tingkahnya itu akan mengundang tawa bagi yang melihatnya. Ada satu lagi ketakutannya yang membikin geleng-geleng kepala. Ketakutannya mandi di kamar mandi belakang. Itu sebabnya kalau dia mandi di sana, pintunya selalu terbuka lebar dan menyanyi dengan kencang. Kalau dipikir-pikir, sangat tidak rasional. Dengan ukuran rumah yang tidak begitu besar dan semua ruangan dalam keadaan terang benderang, tentunya kalau ada sesuatu yang tidak beres pasti terlihat atau dia juga bisa berteriak kalau ada apa-apa. Dulu, seringkali saat dia mandi, saya dan si bungsu selalu menggodanya dengan mematikan lampu atau menirukan suara kuntilanak ........ hi hi hi hi hi. 

Lain halnya dengan saya dan si bungsu. Karena ada persamaan sifat, ketakutan dan fobia itu tidak terlihat. Sepintas kami memang terlihat cuek dan fearless. Mungkin orang menganggap ketakutan kami masih dalam batas kewajaran, atau juga karena mereka tidak tahu ..... he he he. Saya paling jijik kalau melihat tikus, babi atau celeng. Melihat wujud dalam gambar pun ogah, apalagi kalau melihat secara nyata. Si bungsu paling takut dengan ulat bulu. Alasannya, kalau ada orang yang kena bulunya, pasti akan mati.  Dia juga ketakutan kalau ada angin kencang, hujan deras dan petir yang menggelegar. Pintu, jendela dan korden langsung ditutup rapat. Tapi seiring dengan bertambahnya usia, perasaan takut itu lama kelamaan hilang. Mungkin sekarang ketakutannya cuma satu, takut kalau disuruh jaga rumah sendirian .... Lol. 

Fobia dalam diri saya dan si bungsu yang menurut Ibu saya sangat menjengkelkan adalah selalu melihat dan meneliti makanan. Dia tidak pernah mau makan buah pisang yang ada bintik hitamnya. Yang katanya udah jamuran-lah, udah busuk-lah, bikin sakit perut-lah. Kalau saya lain lagi, mungkin, orang lain tidak akan menyadarinya, tapi bagi orang yang hidup sehari-hari pasti kenal betul kegiatan saya yang satu itu. Mengorek makanan sampai  ke dalem-dalemnya. Bukan karena suka pilih-pilih makanan, sok higienis, takut keracunan atau apa, tapi saya trauma kalau ada semut yang nangkring di atas makanan atau sayur. Jadinya, saya seperti manusia yang punya sensor semut. Saya pernah merasakan bagaimana rasanya makan makanan yang mengandung semut. Rasa makanan dan baunya kayak walang sangit. Kalau melihat di lantai atau di tembok sih, nggak masalah, tapi kalau sudah mengerubuti makanan, wah amit-amit dah ..... Kalaupun terlanjur masuk ke dalam mulut, sebelum sampai ke tenggorokan, biasanya saya langsung hueeekk .... 

Fobia saya yang lain adalah claustrophobia ( menurut teman yang ahli psikologi ). Saya paling takut kalau naik lift sendirian ( karena ada pengalaman buruk ). Kalau naiknya bersama teman atau bergerombol, ketakutan itu bisa tertutupi. Biasanya saya akan berpegangan pada dinding lift dan nemplok disana. Tapi yang pasti tangan dan kaki tiba-tiba dingin, badan jadi gemetar. Dan itu akan terjadi sampai beberapa jam sesudahnya. Kadang hal seperti itu  membuat saya sendiri juga bingung. 

Seiring dengan bertambahnya usia dan berjalannya waktu, tentu ketakutan dan kecemasan akan berbeda pula. Karena banyak hal yang harus dihadapi dan dipikirkan ( terutama wanita single seperti saya .... hiks ). Punya rasa takut, cemas dan fobia seperti itu saya juga berusaha untuk mengatasi. Kalau dibiarkan terus menerus akan semakin tidak terkendali dan menyulitkan diri saya sendiri. Adanya rasa cemas sebenarnya baik, membuat kita menjadi orang yang lebih berhati-hati dan waspada. Mengalami rasa cemas dan takut itu tidak hanya normal, tapi juga diperlukan. Bayangkan kalau ada orang yang tidak punya rasa takut, pasti hidupnya datar-datar aja, begitu- begitu aja. Tidak ada sesuatu yang bisa diceritakan pada orang lain. Munculnya rasa cemas dan takut dapat membantu seorang dalam mempersiapkan kematangan diri untuk menghadapi tantangan hidupnya di masa yang akan datang. Kita juga harus mengakui bahwa rasa takut itu nyata dan bersyukurlah karena masih memiliki rasa takut .... Lol . 

Monday 19 May 2014

SUSPICION


Semua makhluk di dunia ini pasti pernah berprasangka, baik itu berprasangka baik terhadap sesuatu atau seseorang maupun berprasangka buruk. Prasangka muncul karena ketidaktahuan informasi tentang sesuatu itu atau seseorang, atau kekurang lengkapan dari informasi yang ditangkap. Bayangkan, sebagai umpama A berprasangka terhadap B, “ Dia pasti pakai pelaris tuh kalau berjualan, makanya pembelinya mbludag terus, omzetnya sampai jutaan …”. Kemudian si B mendengar dan menanggapi prasangka si A, “ Ah, dia kan nggak mau kalah ama yang lainnya, sukanya mengira-ira aja…, iri karena saya punya mobil, rumah bagus, dan jualan saya laris manis tanjung geboy …”. Dalam hal ini, prasangka dilawan dengan prasangka. Mungkin si A ada benarnya juga dan mungkin juga salah besar. Benar, karena pemahaman si A bisa jadi karena dia menganggap orang yang berhasil dalam bisnis pasti memakai pelarisan ( kebiasaan manusia yang lemah iman dalam berikhtiar). Salah, karena si A tidak mengenal dengan baik si B. Sementara si B, berprasangka menganggap si A punya sifat hasad, selalu iri hati dan dengki atas apa yang ia dapatkan. Berbagai prasangka buruk terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita. Sebagian besarnya, tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang terjadi adalah hanya asal tuduh.

Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su`udzon mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di hati kita, termasuk saya ....... he he he ( ngaku neh ). Berbagai prasangka terlintas di pikiran kita, si A begini, si B begitu, si C demikian, si D demikian dan demikian. Yang parahnya, terkadang persangkaan kita tiada berdasar dan tidak beralasan. Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain. Tapi ada beberapa hal yang mendasari sifat-sifat seperti itu, karena kehati-hatian, kebiasaannya bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, punya kecenderungan menyombongkan diri atau juga memang dalam otaknya selalu berpikiran negatif.

Dalam kehidupan, manusia itu tidak akan terlepas dari manusia yang lain, saling berinteraksi, saling mengenal dan berhubungan. Kadangkala, dalam pergaulan seharian dengan juga menyebabkan timbulnya berbagai perasaan dalam diri. Kesenangan, kesedihan, kekecewaan, kemarahan dan ketenangan, datang dan pergi saling berganti. Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa orang lain dan tidak ada juga manusia yang hidup tanpa perasaan. 

Seseorang manusia, dalam menempuh kehidupan sehari-hari akan menemui berbagai sifat manusia. Kadangkala tabiat yang mereka tunjukkan membuat pemikiran kita bercampur-baur, sehingga timbul berbagai syak wasangka dalam hati. Kadang kita juga bisa keliru melihat setiap perwatakan yang ditonjolkan. Namun, begitulah manusia ciptaan Tuhan. Ada unsur baik dan ada juga unsur kurang baik yang membentuk sikap individu. Tiada manusia yang benar-benar sempurna. Ada kelebihan dan ada juga kekurangannya. Ada kebaikan dan tidak kurang juga keburukan. Dan secara tidak langsung persepsi akan terbentuk berdasarkan apa yang didengar dan dilihatnya. 

Pertanyaan seperti ini mungkin sering terlintas dalam benak seseorang bahwa apakah prasangka buruk, dimanapun dan terhadap siapapun, adalah hal yang buruk atau salah ?

Mungkin, saya juga termasuk orang yang suka berprasangka buruk, terutama dengan orang yang belum saya kenal dengan baik. Tapi biasanya sih, saya tidak pernah mengutarakannya dengan orang lain, hanya saya simpan di dalam hati , untuk diri saya sendiri. Kok begini yaa, begitu yaa, atau jangan-jangan ..... Hal-hal seperti itu sering terlintas dalam pikiran saya. Bukan karena bermaksud jelek, menggunjing, iri, dengki atau apalah. Tapi sifat saya yang selalu hati-hati dalam menghadapi orang lain menjadikan saya punya pikiran seperti itu. Salah satu upaya untuk memproteksi diri agar tidak tersandung, tertipu dan terjerat masalah dengan orang lain. 

Jujur, sangat menjengkelkan kalau ada orang melihat dan memberi penilaian mengenai diri kita, dari sisi prasangka mereka. Rasanya tidak adil kalau orang lain menyimpulkan sifat seseorang dengan hanya menilai dari sisi penampilan luar dan kebiasaannya bergaul dengan banyak orang. Saya sering mendapatkan perlakuan seperti itu. Meskipun rasanya sakit banget, tapi saya bisa memaklumi dan menyadari ( hukum karma kali yaa, akibat suka berprasangka .... LoL ). Mungkin karena orang itu dikelilingi manusia-manusia yang tidak tulus, perempuan yang tidak senonoh, pikirannya tidak senonoh atau mungkin juga sering berbuat tidak senonoh, makanya dia selalu mengira kalau perempuan yang ditemuinya di internet adalah seorang ( ma'af ) Bitch. Sungguh, perempuan baik-baik dimanapun pasti akan tersinggung kalau mendengar kata-kata seperti itu dilontarkan pada mereka. Untuk meredam rasa sakit, biasanya saya hanya tertawa ngakak. Saya tidak perlu memberikan penjelasan ini itu, nggak penting banget ( karena saya memang bukan manusia seperti yang dia tuduhkan ). Sejelek-jeleknya pikiran saya, rasanya sih belum pernah kok sampai terlontar kata-kata seperti, hey kamu, Gigolo ....... hidung belang ! Atau kata-kata hinaan dan caci maki. Perlu informasi yang lengkap dan memadai, saksi yang jujur, dan persaksian yang membenarkan perbuatan buruk yang disangkakan itu. Terlebih dengan orang yang belum saya kenal dengan baik. Kalau tidak ada bukti, itu berarti bukan hanya prasangka, tapi tuduhan alias dakwaan.Beda gitu loh, antara tersangka dan terdakwa. Tanya aja sama pak Hakim dan pak Jaksa ...... LoL.

Manusia bukanlah malaikat atau setan ( tapi ada juga manusia yang berhati setan ....... he he he ). Kita diciptakan dengan adanya dua sifat yaitu sifat yang baik dan jelek. Dalam menilai seseorang, jangan hanya memandang dari satu sudut saja. Budaya klarifikasi ( tabayyun ) inilah yang jarang dilakukan, sehingga kebenaran berita bisa didapat. Semoga dengan itu bisa menjadi cermin bagi diri kita sendiri dan lebih berhati-hati dalam bertutur dan bertindak. Wallahu a’lam bisshawab. 


Tuesday 6 May 2014

MLM ......... LAGI ..... LAGI DAN LAGI


Siapapun pasti familiar dengan tiga huruf ini .... MLM alias Multi Level Marketing. Bisnis ini sangat pesat berkembang terutama di negara-negara seperti Indonesia, India, Afrika Selatan dan Philipina. Di negara maju yang masyarakatnya berpikir lebih kritis dan mengerti akan keseimbangan hak, kewajiban, peduli kesehatan, keseimbangan keluarga dan lebih dewasa dalam berdemokrasi, MLM tidak terlalu berkembang. Bisa dibayangkan bila semua orang terjangkit virus “ cepat kaya ” dan keberadaan mereka di media sosial laksana jamur yang bermunculan. Coba lihat saja iklan-iklan yang bertebaran di internet ," mahasiswa 2 thn penghasilan 2 juta / bulan, mau seperti saya? " atau yang ini " Saya PNS, sebulan gajian dua kali ". Setiap pengguna FB di Indonesia pastilah pernah melihat iklan seperti itu. Bagaimana tidak, dengan iming-iming modal cuma Rp.30.000 ( bulan ini malahan cuma Rp.9.900 .... ), fotocopy KTP, tanpa resiko, diajarin sampai bisa, bonus jutaan per bulan, mobil, jalan-jalan keluar negeri ... dan sebagainya ... dan sebagainya. Bagi orang-orang yang mabuk dengan materi, pengen banyak duit, dan hanya ongkang-ongkang kaki dengan mantengin laptop. Siapapun yang tidak berpikiran realistis bila didoktrin dengan kata yang muluk-muluk, udah pasti sangat tergiur. Tapi yang lebih jelas status mereka di FB juga meningkat, terlihat ekseklusif ....... Independent Consultant, Gold Director, Executive Director, President Director........ kan lebih keren daripada tukang masak .... ibu rumah tangga .... . Benar-benar menjual mimpi ......... Lol.

Saya sendiri amat sangat sering ditawari bisnis yang menggiurkan itu via online. Dan tidak perlu berpikir 1000 kali untuk menolak ajakan mereka alias tidak tertarik ( berdasarkan pengalaman menyedihkan teman baik saya di dunia nyata ). Biasanya sih , saya menolak dengan cara halus karena " haram " atau lebih tepatnya sia-sia bagi saya pribadi berdebat dengan orang yg baru masuk di MLM, baru keblinger dengan bisnis cantik-nya itu, baru kesetrum MLM, baru semangat-45 di MLM, baru dapat komisi jut-jutan dari MLM, matanya silau karena dapat jabatan di MLM. Saya bisa memaklumi karena kondisi mereka-mereka itu sedang buta hati, pikiran dan jiwanya. Jadi mereka tidak bisa menerima masukan dari orang lain, maunya cuma didengarin, tidak mau mendengarkan opini, marah besar kalau ada yang mengulas kekurangan MLM, bahkan mereka-mereka mungkin bisa rela mati untuk MLM. Orang-orang ini sudah seperti penganut aliran aja, fanatiknya bukan main. Selalu berkobar-kobar dalam berkhotbah. Ampun daaahhh ........ 

Sama persis dengan teman saya dulu, beberapa tahun yang lalu. Kemana-mana bawa katalog, khotbah ini - itu. Mungkin, pada saat itu, saya-lah satu-satunya manusia yang dia benci karena selalu menolak dan mendebat kalau dia menawarkan produknya. Apalagi pada saat itu saya menderita Hipertiroid, saya ngeyel, dia emosi tinggi. MLM ternyata memang bisa merubah watak manusia, bukan cuma penyakit....Lol. Tapi pada bulan ke enam akhirnya dia mulai menyerah karena di dalam lemarinya sudah penuh tumpukan barang-barang yang tidak berkualitas, karena diharuskan berbelanja dengan jumlah nominal tertentu. Dan inilah keluhan-keluhan yang akhirnya muntah juga dari mulut teman saya :
-harus online 24 jam, kalau sekarang mungkin ditambah lagi dengan BBM , WhatsApp ...dsb
-kalo sms tidak dibalas, leadernya marah ( gimana nggak marah kalau kerja mantengin laptop 24 jam, bonus nggak naik-naik dan selalu dikatain kurang ama Director-nya )
-diatur-atur harus begini harus begitu ..... dan begono juga ....... kayak robot yang di kontrol pakai remote ...... he he he.
-kalo tidak memenuhi pencapaian seperti yang diharapkan, dia disindir terus 
-harus beli banyak katalog tiap bulan.
-harus tutup poin beberapa ratus ribu .... pernah sampai 1 juta lebih
-harus mau mengisi training
-di complain terus sama pembeli alias menanggung malu karena kualitas produk tidak sesuai dengan harga ( yang bikin dia malu bertemu dengan teman-teman yang lain, termasuk saya .... Lol )

Keluhan-keluhan itu semakin panjang saat dia menikah. Bisnis yang katanya bisa menghasilkan uang dari rumah, sambil ngurus anak, mijitin suami, masak , haha hihi hehe ama keluarga, teman saya bilang " it's just bullshit .... shit ...shit." apalagi dia juga sering menerima job nyanyi di berbagai macam event. Sang leader akan marah kalau dia mengutamakan pekerjaannya yang lain. Padahal honornya sekali manggung di acara nikahan lebih banyak daripada bonus yang di dapat dari MLM. Kalau sudah begitu sih, itu namanya kelewatan abis. 

Saya tidak benci MLM, juga tidak melarang orang - orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya. Cuma banyak KAMUFLASE yang belum diketahui kebanyakan orang, juga dengan doktrin-doktrin nya yang memabukkan, yang pasti akan membinasakan MLM manapun di dunia ini, hanya tinggal menunggu waktunya aja. Dulu kurang apa booming-nya Av*n, If*, S*phi* M*rt**, Ah*dn*t.Sekarang semuanya pada raib, tak tentu rimbanya. Kalau selama ini saya hanya senyum-senyum wae, apalagi kalau ketemu ama teman saya yang satu itu, kali ini saya juga perlu mengulas tentang MLMers.Lama kelamaan jadi risih juga dengan keberadaan mereka di FB saya. Saya juga agak mangkel ketika ada orang yang menjalin persahabatan di media sosial dengan ‘maksud tersembunyi’, hanya ingin menambah barisan down line-nya aja. Dan beberapa hari yang lalu saya mengkonfirmasi salah satu MLMers ( sebutan untuk para pendakwah MLM ..... he he he ). Sebelumnya sudah ada banyak yang masuk, tapi mereka anteng-anteng aja, mungkin karena liat profil saya dulu sebelum berdakwah. Atau mungkin, ada juga yang sudah mulai tersadar dari mabuknya dan berhenti berdakwah ( Alhamdulillah ...... ). Hanya ada beberapa yang nekat, dan yang terakhir ini sudah agak menyebalkan. Dia bilang, ngapain juga FB-an kalau nggak ada hasil ..... hadeeehhh. Memangnya semua media sosial tuh harus diisi dengan MLMers kayak dia ? Berpikirlah realistis, Girls ! Kalau semua harus jadi member O**F***E trus produk-produk yang lain yang beredar di pasaran mau dikemanain ? Lagipula semua pengguna FB kan tidak melulu untuk berbisnis. Kalau memang bonus yang didapat dari jutaan sampai milyaran, kenapa nggak dibeli aja tuh FB , bisa nggak ? Kan enak, kalau FB dimonopoli ama mereka, sekalian aja semua facebooker disuruh iuran untuk membeli produk mereka. 

Saya memang tidak percaya pada orang yang menjanjikan akan memberi bonus uang jutaan rupiah, itu tidak masuk akal. Saya lebih suka bisnis yang nyata, pasti dan sesuatu yang memicu kreatifitas diri. Saya juga paling malas kalau ketemu orang yang nawarin ini-itu, apalagi kalau nawarinnya sambil membujuk atau setengah memaksa. Tidak suka membeli sesuatu dari internet karena sebelum memutuskan untuk membeli, saya selalu melihat barangnya terlebih dahulu. Foto kan bisa berbeda dengan wujud aslinya, juga perlu dicoba dulu pas atau tidak, menyala atau tidak. Hal-hal seperti itu tidak akan bisa saya lakukan dengan melihat di internet. Bukan bermaksud menjadi manusia yang super teliti atau penuh dengan perhitungan, tapi saya lebih suka membeli dengan dorongan dari hati nurani diri sendiri.

Sebagai pelaku usaha di bidang kuliner, saya juga tidak pernah memaksa orang lain, saudara dan teman-teman untuk membeli hasil produksi saya ataupun menggunakan jasa catering saya. Saya hanya membuat katalog beberapa macam makanan atau kue dan daftar produk yang tersedia beserta harganya. Ditambah lagi dengan tester makanan. Saya ahli dalam hal memproduksi dan berkreasi tapi jujur, saya tidak pandai bicara, merayu apalagi memaksa orang. Saya tidak suka menipu orang dengan produk yang terlihat ekseklusif tapi kualitasnya di bawah standart dengan harga yang mahal. Kalau ada yang suka, ya syukur alhamdulillah, kalau tidak ya nggak papa .... toh, kalau rejeki nggak bakal lari kemana ........ Aku ra popo .... Lol. 

Seperti yang saya lihat di berbagai produk MLM. Harga-harga yang tertera di dalam katalog sepertinya tidak rasional. Sebuah lipstik seharga Rp. 150.000 dan sebotol parfum 100 ml seharga Rp.400.000. Harga yang bagi saya begitu cetar membahana, kualitasnya lebih rendah dari lipstik Inez seharga Rp.30.000. Apalagi dengan parfumnya, dengan uang segitu, saya bisa membeli parfum merk Lancome Magnifique 50 ml. Meskipun lebih kecil volume-nya tapi kualitasnya sungguh jauh ngeri .......... kata teman saya sih, ibarat minyak cap putri duyung dan parfum kelas VVIP. Untung saja bukan saya yang terpikat ..... Kalau harga dengan kualitas setara sih, mungkin nggak bakal ada yang komplain. Harusnya YLKI juga ikut berperan nih dalam melindungi hak-hak konsumen, mestinya bisa di class action

Padahal dengan uang Rp. 550.000 itu, saya bisa membeli lipstik, lipgloss, bedak tabur, pensil alis, handbody lotion, spa milk salt, hair spa, henna, shower cream, 1 buah sandal, 2 buah kaos dan 7 buah daster baby dolls, dengan kualitas yang bagus dan kosmetik itu untuk pemakaian selama 6 bulan kedepan (sampai bersih habis ... bis ) From head to toe. Jadi tidak nalar kalau sebulan dua kali mesti membeli lipstik. Kalaupun ada mungkin cara memakai lipstiknya sambil dimakan kali yaa .... Lol. Itu belum seberapa. Dengan uang sebanyak itu kalau di belikan bahan-bahan makanan untuk di jadikan kue kering, kue tart, atau makanan lainnya untuk di jual, saya bisa menambah keuntungan dengan jumlah nominalnya, dari Rp.550.000 menjadi Rp.1.100.000 ....... prinsip ekonomi gitu loh ....... he he he. Nggak perlu nunggu selama berhari-hari, cukup nerima order, kue jadi, antar, kasih nota, duit udah ditangan. Jadi sayang banget kalau uang segitu dihabiskan untuk sesuatu yang tidak begitu penting.

Saya tidak menyangkal kalau banyak juga yang sukses jadi MLMers. Tentunya mereka adalah orang-orang yang karakternya memang cocok dengan bisnis MLM. Mereka yang supel, suka gaul, pintar bicara,juga merayu ... Lol. Tapi semua orang kan tidak selalu harus sukses di bisnis MLM. Bukan juga berarti kalau orang yang sukses di bisnis MLM itu lebih baik dari orang yang sukses di bidang lain. Kalaupun ada seorang dokter, dosen atau orang yang sudah punya pekerjaan mapan ikut MLM, ya wajarlah karena di belahan dunia manapun semua orang juga perlu amunisi tambahan dan pastinya nasabah mereka juga seabreg. Jadi mudah saja mereka menawarkan ini itu, tapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri, orang pastinya lama-lama bosan juga kalau disuruh membeli produk yang itu-itu aja. Kalau dikatakan MLM lebih baik dari pekerjaan kantoran mereka, jelas suatu kebohongan publik dan tidak logis. Kalau memang MLM lebih baik, mengapa mereka tidak pensiun aja sebagai dokter atau nyopot dari pekerjaan sebagai dosen atau PNS ? Jujur, tidak semua MLM itu buruk. Nggak semua produk MLM mahal dan juga nggak semua MLMers nyebelin. Teman-teman MLM di FB saya yang cantik-cantik juga banyak yang sopan dalam menawarkan dagangannya. Kebetulan saja kemarin saya ketemunya yang nyebelin. Teori-teori dakwah yang dikemukakannya melebihi teori marketing yang saya pelajari saat saya masih jadi mahasiswa ekonomi. Bahkan motivator sekelas Tung Desem Waringin, Mario Teguh dan Rhenald Kasali aja kalah .......... he he he.

Hanya ada satu hal yang menggelitik hati saya sebagai seorang wanita. Kaum hawa yang sudah terjangkiti ' penyakit ' MLM jadi seperti pemeluk agama baru. Kemana-mana mereka berdakwah tentang MLM, menjejali siapa pun yang ditemuinya untuk mendengarkan doktrin-doktrin MLM, dan mendesak saudara serta teman-temannya untuk memakai produk MLM. Mereka mem-posting kata-kata teman yang menolak bergabung dengan mereka di update statusnya. Perilaku yang paling ( maaf ) menyebalkan seperti ini seringkali membuat orang jadi enggan bertemu ataupun berteman dengan mereka, dan akhirnya malah membuat hubungan persaudaraan atau persahabatan menjadi terganggu. Mereka terlihat seperti wanita culas dan menjadi budak materi dengan menunjukkan ke-ekseklusifan barang-barang bonus gratisan mereka. Merasa kalau mereka sudah menjadi super hebat karena selain menjadi ibu rumah tangga, duit mereka juga lebih gede daripada gaji suami di kantor. Memangnya si suami nggak tersinggung kalau dikatain lebih lemah dari istrinya. MLM sudah mengubah mereka menjadi wanita yang riya' dan terlalu mendewakan bisnis cantiknya .......... Astagfirullahal adzim. Dan yang lebih miris lagi, biasanya kehidupan mereka sehari-hari juga tidak se-ekseklusif barang yang mereka tawarkan. 

Kalau mereka bilang MLM mengajarkan bisnis? Tidak lah yaa. MLM tidak mengajarkan bisnis, tapi sales dengan model jaringan. Kurang lebihnya, sama seperti skema Ponzi. MLM juga tidak termasuk bergerak di area marketing karena saat ini marketing sudah berubah definisi, dan ini menjadikan MLM tidak masuk pada area marketing, namun jaringan sales person alias kacung ekseklusif. Mulut Ke Mulut via online. Ilmu pemasaran itu rumit, sebelum memasarkan barang kita harus mengenal kualitas dan kuantitas produk itu terlebih dahulu, siapa saja sasaran produk itu, dan di wilayah mana produk itu akan dipasarkan. Tidak asal memasarkan aja. Perlu analisa SWOT alias Strength, Weak, Opportunity and Threat. Dalam arti, dimana letak kekuatan produk, kelemahannya, kesempatannya untuk tumbuh dan ketahanan produk di pasaran dengan para pesaingnya. Tapi itu tidak berlaku dengan MLM, semuanya seperti di sasar abis dari peralatan mandi, kosmetik, tas, perhiasan, minuman kesehatan. Seolah-olah semua produk di monopoli dan diklaim kalau produk mereka yang nomor 1. Terlihat jelas sekali pemisah antara produsen, konsumen dan tim sales-nya. Member MLM tidak tahu betul kualitas produk secara detil, cukup tahu kulitnya saja dan menyebarkannya lewat katalog. Kebanyakan member MLM tidak bisa menjelaskan kualifikasi produk yang dipasarkannya. Mereka hanya mengingat jenjang karir, bentuk pembayaran komisi dan bonus. Mereka tidak tahu total detil produk dan siapa sebenarnya produsennya. Apalagi soal ke-halalan produk dan kalau ditanya tentang hal itu, mereka ngeles kalau sertifikatnya baru diurus. Padahal untuk mengurus sertifikat halal paling lama 6 bulan, dan bisa dihitung, sudah berapa tahun mereka menjadi sales. Otak mereka hanya dijejali motivasi sukses, komisi, mobil, jalan-jalan ke luar negeri dan masalah produk, itu tidak perlu dipikir. Bagi mereka, yang penting laku keras dan komisi sudah masuk, inilah hebatnya MLM. 

Bagi saya pribadi, bekerja merupakan suatu kesenangan dan sebagai ajang pembuktian kreatifitas. Ukuran keberhasilan juga tidak diukur dengan banyaknya uang yang mengalir ataupun memiliki materi yang mewah. Yang lebih penting bagi saya adalah bekerja sebaik-baiknya dengan penuh keikhlasan. Tidak perlu tritikan kemana-mana, apalagi mulutnya sampai berbusa-busa ataupun marah kalau orang lain menolak. Dengan sendirinya uang akan mengalir kalau produk yang dihasilkan memuaskan konsumen. Begitu juga kalau ada menawar harga ataupun meminta diskon, minta diajarin memasak, minta resep masakan, mereka akan akan mencari saya dan pasti saya beri. Tidak perlu panjang lebar menjelaskan ini-itu atau sampai memaksa. Tidak perlu ngoyo, apalagi mempersulit urusan dengan sok begini ... begitu. Dunia tidak akan berwarna kalau nasib semua orang sama apalagi kalau memakai produk yang sama ..... Lol. Cintai produk dalam negeri dan berfikirlah seimbang dalam hidup ini, mengisi dengan kerja keras bukan dengan mengumbar iming-iming yang tidak pasti. Jualan baju, sepatu atau jadi pedagang sayur keliling mungkin lebih baik daripada menjadi kacung ekseklusif .... he he he. Setiap orang punya jalan hidup sendiri-sendiri dan punya takdir sendiri. Karena jodoh, cobaan dan rezeki setiap orang itu berbeda. Setiap bisnis juga pasti ada resikonya, ada pasang surutnya tapi bagaimana pendekatan kita terhadap semua aspek itu, apakah kita akan bersyukur dan sabar atau tidak. Tergantung dari kepribadian masing-masing. 

Akhir kata, semua orang punya hak untuk ber-opini ( demokrasi gitu loh .... Lol ). Sekedar untuk cek dan ricek antara sesama manusia. Dengan segala kerendahan hati dan permohonan maaf, inilah opini dan persepsi saya tentang MLM, berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya terhadap teman-teman di FB, teman-teman saya di dunia nyata dan Bapak saya yang pernah terpikat MLM ( AH*DN*T ), janji dapet bonus yang tidak pernah datang karena MLM-nya tiba-tiba raib dari peredaran ....... he he he. Mohon ma'af kalau ada kata-kata yang kurang berkenan. Sebagai manusia pasti ada kesalahan dan kekhilafan. Dan untuk saat ini, saya belum berminat menjadi anggota MLM. Kalau Anda tertarik, monggo kerso panjenengan ..... 

Tidak ada larangan ataupun paksaan .....