Friday 27 September 2013

PEOPLE JEALOUSY


Menghadapi orang yang serba ingin tahu ( tapi tidak penting ) alias usil memang sulit tiada duanya. Mereka cenderung tidak tahu cara menutup mulut dan gemar sekali berkomentar atau mempertanyakan segala sesuatu. Bahkan dengan orang yang tidak mereka kenal sekalipun sebelumnya. Kebanyakan dari mereka adalah kaum perempuan. Lucunya, mereka yang pernah menanyai saya selalu menyertainya dengan pandangan menghakimi dan raut wajah yang tidak percaya alias curiga. 

Dan yang sering mereka tanyakan adalah soal penampilan. Sebenarnya, saya juga merasa heran karena penampilan saya biasa-biasa saja, tidak pernah mengikuti trend dan saya pikir, dandanan saya juga wajar, sama seperti perempuan-perempuan lainnya. Bahkan mereka terlihat lebih heboh daripada saya. Dan yang sering bertanya pada saya juga terlihat lebih trendy, classy, glamour daripada saya. Itulah yang mengherankan.  

Setiap kali saya pergi, entah itu ke Mal, pasar ataupun resto, ada saja orang yang mendekat dan bertanya, itu roknya beli dimana ? itu alisnya di tatto ya ? pakai make-up apa ? lipstiknya merk-nya apa ? parfum yang dipakai merk-nya apa ? rambutnya bisa lurus begitu pasti di rebonding ya ? Bahkan ada yang nekat bertanya, wajahnya  di suntik ya ?

Lhah, rambut saya memang sudah dari sononya begini mau diapain lagi ? Begitu juga dengan muka saya dan kulit saya. Suntik apaan ? Ada-ada saja. Untungnya mereka tidak ada yang bertanya, rambutnya beli dimana ? Wajahnya beli dimana ? LOL .....

Pertanyaan seperti itu sudah sering saya dengar. Ada juga pertanyaan lain yang lebih heboh dan menurut saya sudah tidak masuk akal. Dan anehnya, setiap kali saya jawab pertanyaan mereka dengan jujur, mereka malah menatap saya dengan tatapan tidak percaya. Kalau sudah begitu, biasanya malah saya jawab dengan bercanda, kalau rambutnya pengin lurus digantungin batu aja ...... kalau ingin mukanya licin, olesi aja pakai mentega .... gitu aja kok repot.  

Sebenarnya saya ingin tertawa melihat tampang-tampang mereka itu. Malahan saya membayangkan, bagaimana tampang mereka kalau tahu cerita saya secara mendetail tentang rok hasil kreasi dan jahitan saya sendiri, pensil alis yang saya pakai hanya seharga Rp. 3000, wajah saya yang hanya memakai bedak tabur ultra ringan, lipstik yang saya beli hanya 8 bulan sekali dan rambut saya yang sering rontok karena jarang dirawat. Saya pastikan kalau mereka tahu , mereka bakalan mencibir dan bilang,  ngapusi ....

Tapi saya tidak perlu memberi penjelasan panjang lebar seperti itu dan tidak perlu membela diri. Tidak ada gunanya karena didalam sistem otak mereka sudah ada kecenderungan berpikiran negatif dan susah untuk merubah persepsi mereka itu. Biasanya saya hanya tersenyum sedikit dan menjawab seadanya pertanyaan mereka yang bertubi-tubi itu. Malahan kalau saya sedang jalan dengan teman, sepupu atau tante saya, justru mereka yang sering menjawab pertanyaan dan terkadang sambil tertawa ngakak. Dan tentu saja, yang bertanya malah semakin sewot.

Di dunia bisnis, jealous-nya lebih kentara lagi. Karena saya pengusaha di bidang makanan, tentunya saya dituntut untuk selalu kreatif. Mengkombinasikan makanan, membuat resep baru, berkreasi dan mengambil sendiri foto-foto yang akan dipublikasikan. Dan yang paling sering bermuka masam adalah para ibu-ibu setengah abad yang merasa sok pintar, melebihi para Chef dengan gelar Michelin Stars. It's not cool, Madame !

Menurut saya, kalau tidak ingin kalah bersaing dengan yang muda, pakailah strategi Market Challenger ....... jangan pakai strategi Market Follower ..... kayak twitter aja ...

Itu di alam nyata. Di dunia virtual lain lagi. Para haters lebih kejam dan sadis. Dan super jealous !

Mereka suka mem-bully orang dengan komen mereka, yang menurut saya ngawur, tidak beralasan dan tidak sopan. Seolah-olah hanya mereka-lah yang benar dan tanpa cela. Kadang, saya ingin bisa sedikit saja menjadi Bitchy dengan balasan yang telak dan mematikan. Tapi saya masih berpikir waras, kalau saya balas, itu berarti saya sama rendahnya dengan mereka. 

Tapi saran dari seorang teman yang sudah muak dengan para haters yang dinilainya terlalu sarkastis,  boleh juga, meski saya masih berpikir seribu kali bila melakukannya. Kalau ada haters yang me-reply komennya teman saya membalas,  Masalah buat Lu ? Lu ngiri, itu derita Lu ! Muka Lu tuh, yee, ngaca dulu sono  ! Kalo penasaran, mending Lu bunuh diri aje, sayang banget Tuhan udah menciptakan neraka, kalo disana nggak ada penghuni seperti Lu !!

Meskipun saya suka menulis dan menurut kata orang, pena setajam lidah, tapi saya lebih suka menghadapi orang secara nyata. Itu yang lebih berkarakter  .... 


Tuesday 24 September 2013

My Journey


A journey not just across the road and time. But also a process of interaction. On the road wasn't as easy as said and also not as difficult as feared. There are many interesting things that you encounter when you crossing the street. An experience that will not be forgotten for the rest of your life. A life lesson ..... 


KRAKAL BEACH, GUNUNG KIDUL
BOROBUDUR TEMPLE, MAGELANG
CHINESE NEW YEAR, PASAR GEDE, SOLO

AFTER PERFORM

SOLO BATIK CARNIVAL
    
NICE SLEEP

CARMAN & THE HORSE

     
GEDONGSONGO TEMPLE, BANDUNGAN


 SMILE FLORIST, SOLO                   SELLING CHEW OF BETTLE, SOLO

KALI CODE, JOGJAKARTA                          FLOOD IN SEMARANG

CROP FAILURE , JOGJAKARTA           VILLAGE AFTER ERRUPTION, KLATEN

DESTROY, KINAHREJO                                       DUST VOLCANIC

 RESTO IN ACTIVE VOLCANO


Saturday 14 September 2013

MESSAGE DISASTER

Semua orang pasti pernah mengirimkan pesan entah itu melalui Offline message, Facebook, Twitter ataupun SMS. Pesan, sesuatu yang menurut teori sosiologi adalah pancingan. Dan semua orang pasti melakukannya untuk tujuan tertentu. Untuk memberi kabar, urusan bisnis, cinta atau sekedar mengirim pesan lucu pada teman-teman atau saudara.

Tapi seringkali, pesan juga bisa membawa masalah !

Menurut saya, masalah akan timbul jika kita berinteraksi dengan orang yang tidak kita kenal. Yang tidak mengerti dari mana asal Anda. Teman-teman dan kerabat Anda tahu batasannya. Tapi orang yang tidak dikenal bisa mendapat pesan yang keliru. Terlebih lagi di dunia maya. Dimana orang merasa bebas berkomentar, mencaci maki dan saling menggoda. Surga bagi para flirters, cheaters dan haters. 

Tentu semua orang akan merasa tersanjung bila ada seseorang yang terlihat menarik memberi sedikit pujian pada kita meskipun, mungkin baru saja Anda kenal. Pasti kita punya perasaan senang karena ada yang memperhatikan. Sebenarnya semua itu tidak akan menimbulkan masalah, karena perasaan seperti itu sangat universal dan manusiawi kecuali kalau perasaan itu terus berlanjut. Masalah akan menjadi lebih rumit kalau pesan itu berasal dari flirter dan cheater. Dan akan menjadi arena debat kusir kalau para haters yang memberi pesan itu.   

Saya memiliki beberapa teman pria yang akrab, ada yang seumuran dengan saya, lebih tua dan ada juga yang jauh di bawah umur saya. Dengan mereka, saya sering ngobrol, bercanda, bertukar komplimen, saling sindir dan saling olok. Sejauh ini tidak pernah ada masalah ataupun kesalah pahaman karena kita tidak tertarik secara emosional satu sama lain. Dan juga karena kita saling menghormati satu sama lain untuk wilayah pribadi.

Akan tetapi, tidak semua orang merasa seperti itu. 

Saya pernah berkenalan dengan seorang pria yang berasal dari Asia Tengah. Masih sangat muda, ta'at beragama dan seorang Insinyur (seperti yang terlihat di profilnya ). Pria itu mengenal saya lewat blog pribadi saya kurang lebih setahun yang lalu, sebelum saya menutup blog itu. Setelah itu, dia menemukan akun Facebook saya. Itu menurut pengakuannya. Hal yang membuat saya kaget lagi ketika dia tahu nomor HP saya, karena memang tidak pernah saya publikasikan. Untuk yang terakhir ini, saya diberitahu salah seorang teman, kalau pria itu pernah menanyakan padanya dengan alasan kalau dia seorang publisher. Dan saya tidak mempersoalkan hal itu, sebelum saya benar-benar menyadarinya.

Pria muda itu mengirim SMS tiga atau empat kali sehari. Isi pesan singkat tersebut biasanya berbunyi seperti ini :
Dia  : " Hi, how are you ?"
Saya : " I'm fine, thanks."
Dia  : " How you family ?"
Saya : " They're also fine.Thank you so much."

Bagi saya, kata-kata tersebut bukanlah godaan, harapan ataupun komitmen. Beda kalau kita membalas atau mengirim pesan pada seseorang yang sangat spesial. Pasti terselip kata-kata Love, Miss, Honey dan My .....

Namun setelah dua minggu, isi SMS nya mulai ngelantur. Dia sering menuliskan kata our kids, our home dan sebagainya .... dan sebagainya. Dia juga sering mengajak saya chat. Dari obrolan yang menurut saya biasa-biasa saja itu, saya sudah mulai curiga, sepertinya ada yang salah. Saya juga mulai pasang kuda-kuda, menegaskan kalau saya membalas pesannya karena saya menghargainya sebagai seorang teman, tidak lebih. Alih-alih dia mengurangi jumlah pesannya, malah dia mengatakan, meskipun saya tidak mau menikah dengannya, saya pasti akan sangat mencintainya. Waduuuhhh !! Ini orang ! It doesn't make any sense. Kata-katanya sangat aneh. Pacar bukan, temen dekat juga bukan. Tidak ada keterikatan apapun antara saya dan dia. Ketemu saja belum pernah. 

Setelah dia mengatakan seperti itu, saya tidak pernah mau membalas SMS-nya lagi. Takut di salah artikan lebih dalam. Dan selama beberapa hari, saya tidak bisa tidur dan terus membaca pesan balasan yang pernah saya kirimkan padanya untuk melihat, apakah saya telah melakukan kesalahan dalam membalas SMS-nya ? 

Saya tahu benar kalau dia hanyalah seorang Flirter, seorang pria yang suka flirting. Sangat terlihat jelas dari pesan yang dia kirimkan. Saya bisa memaklumi kalau kaum pria itu memang suka flirting. Dan menurut saya bukan hanya kaum pria saja. Mungkin dia mengira kalau saya seorang wanita yang suka flirting juga. Dan sayangnya dia salah alamat. Untuk lebih tegasnya lagi, saya meminta dia agar menghentikan kiriman SMS nya. Tapi dia malah mengatakan, tidak masalah kalau saya tidak membalas asalkan saya mau membacanya. YA ALLAH  YA RABBI YA KARIIM .......... Saya sampai bingung harus bagaimana lagi.

Seorang Flirter memang pandai sekali bermain kata, begitu menurut teman saya. Mungkin dia mengira kalau semua wanita yang eksis di jejaring sosial itu sama, suka flirting, cheating dan mencari kesenangan. Atau mungkin juga dia mengira kalau saya adalah salah satu dari wanita-wanita bodoh yang gampang ditipu dan diperdaya. Wanita yang gampang tergombali.

Sampai akhirnya saya mengambil keputusan ekstrem. Sesuatu yang sebenarnya tidak saya sukai, karena pada dasarnya saya tidak suka menyakiti hati orang lain. Saya me-remove dia dari akun facebook saya. Sebelumnya saya sudah berpikir beberapa kali. Karena sebagai orang Solo, saya selalu memegang falsafah hidup " Tepo Seliro " atau tenggang rasa. Menghormati dan menghargai orang lain untuk menciptakan keserasian hubungan antar sesama manusia, sehingga tidak membawa dampak sakit hati atau tersinggung. 

Saya bukan tipe orang yang suka pilih-pilih dalam bergaul. Dan juga bukan orang yang tidak punya perasaan. Saya tahu benar, bagaimana rasanya kalau pesan singkat yang kita kirimkan tidak dibalas. Terlebih lagi jika itu dilakukan oleh orang yang begitu spesial. Dan saya juga merasakan, bagaimana rasanya diabaikan. Seperti tenggelam di Kutub Utara. Sedih, pilu dan nelangsa. Semua orang memang punya hak untuk mengekspresikan perasaannya tapi tidak dengan cara mengintimidasi seperti itu. Dan dia sudah sangat keterlaluan sekali.  

Setelah peristiwa itu, saya menjadi lebih berhati-hati lagi terlebih lagi pada orang yang baru saya kenal, entah itu di alam nyata, dan terlebih lagi di dunia maya. Niat baik saya membalas pesan ternyata malah menjadi bencana ! Bagaikan senjata makan tuan, menikam ulu hati saya sendiri. Bikin kapok !