Monday 30 June 2014

RAMADAN STORY


Bagi seorang muslim bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa dan bulan penuh berkah. Demikian banyaknya keutamaan dan peluang untuk berubah di hadapan Allah SWT di bulan Ramadhan ini hingga bulan Ramadan sering dikiaskan dengan perumpamaan " Tamu Agung " yang istimewa. Perumpamaan dan keistimewaan itu tidak saja menunjukkan kesakralannya dibandingkan dengan bulan lain. Namun, mengandung suatu pengertian yang lebih nyata pada aspek penting adanya peluang bagi pendidikan manusia secara lahir dan batin untuk meningkatkan kualitas rohani maupun jasmani sepanjang hidupnya.

Bulan Ramadan dapat disebut sebagai syahrut tarbiyah atau bulan pendidikan. Penekanan pada kata pendidikan ini menjadi penting karena pada bulan ini kita dididik langsung oleh Allah SWT. Pendidikan itu meliputi aktivitas yang sebenarnya bersifat umum seperti makan pada waktunya sehingga kesehatan kita terjaga. Agar kita bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita. Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah. Jadi, pendidikan itu berhubungan langsung dengan penataan kembali kehidupan kita di segala bidang. 

Selain bermakna bagi kehidupan pribadi. Ramadan juga sangat bermakna bagi kehidupan sosial. Secara fisik orang yang berpuasa mengalami sendiri, susahnya menahan lapar dan dahaga di siang hari. Kondisi ini, akan meluluhkan hati kita untuk mau respon dengan lingkungan sosial, khususnya menyangkut partisipasi kita terhadap kaum miskin. Hal ini menunjukkan, bahwa puasa Ramadan memiliki aspek yang sangat dominan dalam menciptakan rasa ukhuwah atau solidaritas sosial. Ramadan merupakan kesempatan bagi seseorang untuk mendidik hati nurani agar menjadi manusia yang berhati lembut, memiliki rasa persaudaraan yang tinggi dan bersedia mengutamakan kepentingan orang lain demi kebersamaan dan kemaslahatan.

Pastilah banyak cerita-cerita menarik selama menjalankan ibadah puasa, termasuk juga dengan tradisi yang berbeda- beda di setiap tempat. Saya sendiri pernah mengalami perbedaan tradisi itu, karena bapak saya sering berpindah-pindah tugas. Ada daerah yang kental dengan nuansa Muhammadiyah dan ada juga yang kental dengan nuansa Nahdatul Ulama. Makanya, saya hapal, mana bacaan yang sering di lafaz-kan oleh Muhammadiyah dan mana yang sering dilafaz-kan oleh NU. Menyenangkan tapi juga agak membingungkan, karena saya belum menginjak dewasa pada saat itu. Masih belum paham A, I, U, E, O .... LoL. Kalau sekarang sih sudah lain lagi ceritanya. Tapi tidak selama sebulan penuh saya menjalani bulan Ramadan di tempat yang saya tinggali karena sudah menjadi tradisi juga, kalau setiap masa liburan, saya dan adik-adik saya , juga sepupu saya dikirim kerumah nenek untuk belajar agama. Diberi pelajaran tambahan tentang ilmu agama, puasa, zakat, shalat, dan lain-lain. Tapi yang paling utama nih, dibenerin bacaan qur'annya. Dengan nama lain, dikorekin kupingnya ..... he he he.

Dan padusan adalah tradisi yang ada di Solo dan sekitarnya. Dulu saya sering ikut-ikutan anak yang lebih gede, sepupu dan tante saya. Karena umur kami memang nggak beda jauh, hanya terpaut lima tahunan. Sehari menjelang datangnya bulan Ramadan semua orang beramai-ramai datang ke tempat pemandian seperti kolam renang, mata air, sungai dan tempat wisata air untuk mandi disana. Kalau nggak, kita padusan di sumur beramai-ramai. 

Makna dari padusan sendiri, bagi orang Jawa adalah menyucikan diri sebelum datangnya bulan Ramadan. Tapi biasanya sih, yang datang kesana orang yang tidak benar-benar menjalankan puasa, buka tutup kendang alias puasa di hari pertama dan hari terakhir. Harap maklum, seperti di belahan dunia lainnya, ada muslim yang ta'at dan ada juga yang abangan alias beragama Islam hanya di KTP aja.

Saya sendiri memulai puasa full time sehari penuh dan sebulan penuh tanpa bolong saat umur saya menginjak lima tahun. Jadi, yang namanya puasa tuh bagi saya sudah biasa. Meskipun berat sih sebenarnya. Soalnya kita juga nggak menahan haus dan lapar. Kalau disuruh milih neh, antara puasa sunnah dan shalat sunnah, saya lebih milih yang terakhir .... he he he. Terlepas dari semua itu, nggak pernah ada tuh cerita kalau puasa Ramadan bikin orang masuk rumah sakit. Tapi puasa Ramadan dimasa kecil tentunya berbeda ya, pasti ada bolong-bolongnya,ada nakal-nakalnya anak kecil, kalau mau mengakui lho .... LoL. Berbagi cerita dan pengalaman masa kecil itu memang menyenangkan, dengan berbagai kekonyolan yang menggelikan.

Kalau teman-teman saya yang lain memulai puasanya dengan puasa  " dugber " habis bedug langsung beber alias berbuka pada saat adzan Dhuhur dan seterusnya, tapi hal itu tidak berlaku bagi saya. Sehabis Dzuhur, saya makan sampai kenyang, dan setelah itu, saya puasa lagi sampai bedug Maghrib. Seingat saya, saya mulai diajarkan puasa sambung seperti itu saat berumur 3 tahun. Tapi, namanya juga anak-anak, saya juga suka bolong-bolong puasanya. Tidak jauh berbeda dengan anak-anak yang lainnya. Hari-hari melaksanakan puasa juga tidak mudah, karena bagi seorang anak bermain itu sangat menghabiskan energi. Dan biasanya sih, bersama gerombolan teman-teman, mencari berbagai macam cara mulai dari pura-pura wudhu tapi sambil minum air, manjat pohon belimbing sambil makan buahnya juga ..... he he he. Beda dengan anak-anak jaman sekarang, karena orang tua selalu memberi uang, mereka bebas makan dan jajan dimana saja. Dan tidak merasa malu kalau kepergok orang yang mengenalnya.

Sebagai anak kecil, seingat saya, saya cukup takut saat nenek bilang “ dosa kalau tidak puasa ”. Nanti kalau di surga, saya nggak bakal ketemu lagi sama nenek, kakek, bapak, ibu dan saudara-saudara saya lainnya. Yang pasti, dengan iming-iming baju baru, sandal baru dan juga duit .... yang terakhir ini nih yang paling ditakuti kalau tidak dikasih. Tapi, tentu saja saya juga pernah malas sekali dan nggak mau bangun untuk makan sahur. Biar diiming-imingi ini itu. Karena kecapekan bercanda dan bermain dengan teman-teman makanya mata maunya merem terus karena masih di temploki setan .... he he he. 

Yang paling mengasyikkan dan ditunggu-tunggu di hari-hari puasa itu adalah menunggu saat waktu berbuka alias “ Ngabuburit ”, istilahnya jaman sekarang. Soalnya dijaman dulu tidak ada istilah itu. Mungkin yang paling berkesan cuma di Yogya, biasanya anak laki-laki yang agak dewasa pada nyulut " long bumbung " alias meriam dari bambu. Di Solo, biasanya pada ngumpul di masjid, nyulut " sreng dor " atau mercon cabe rawit sambil menunggu " Dul " alias bedug ditabuh. Kalau di daerah Blora dan pesisir bagian utara, biasa - biasa aja tuh, karena penanda berbuka menggunakan sirine. Mungkin yang berbeda hanya jenis makanannya. Atau mungkin juga karena penduduknya tidak begitu padat dan juga tidak seramai di daerah Yogya atau Solo, maka kesannya cuma begitu-begitu aja.

Tentunya yang berkesan bukan hanya puasanya saja, tapi juga pada saat tarawih dan shalat Subuh. Yang namanya anak-anak, kalau berkumpul pasti pada bermain, nggak itu di masjid atau dimana saja. Budaya menyulut petasan dan kembang api mungkin menjadi cerita abadi bagi anak-anak. Termasuk juga dengan saling menjahili antar sesama teman . Dulu, kalau imam sudah berdiri dan memulai shalat, saya dan teman-teman tidak langsung ikutan berdiri, tapi masih duduk nyantai. Setelah makmum lainnya bilang Aamiin, barulah kita cepat-cepat berdiri. Belum lagi, ada yang suka usil dengan membuat gerakan-gerakan lucu pada saat shalat. Yang tidak pernah ketinggalan setelah shalat tarawih selesai, semua pada berebut Jaburan, tengil banget ya ..... he he he. Tapi hal itu hanya berlaku saat saya berumur 5 sampai 6 tahun. Setelah naik kelas dua SD, kayaknya udah mulai anteng deh. Dan saat menginjak ABG ( pertengahan SMP ), lain lagi ceritanya. Sudah mulai mengenal cimon alias cinta monyet. Biasanya cewek rajin shalat tarawih karena ada cowok cakep di masjid. Dan sebaliknya, cowok rajin tarawih karena ada cewek gebetannya.  Jadinya salah niat tuh, mana bisa dapet pahala .... LoL.

Ya, Ramadan, telah kembali dan selalu akan kembali selama kita masih hidup. Dari tahun ke tahun pasti ada cerita yang berbeda. Bulan yang akan selalu dirindukan. Dan selama kita masih diberi kesempatan, Allah SWT selalu memberi ampunan bagi semua manusia. Meluruskan niat beribadah dengan berserah diri pada-Nya dengan jujur guna meraih ketakwaan yang sesungguhnya. 

Semoga menjadi Ramadan yang terindah bagi saya, keluarga saya, Anda semua dan tentunya, juga untuk seseorang di sana, yang selalu ada di hati dan pikiran saya, my Honey, Ramadan Kareem, Yaa Habibi ...... Dalam kesempatan ini, saya sekaligus mohon maaf lahir dan batin kalau ada kesalahan dalam perbuatan, penulisan atau kesalahan dalam kata-kata. Marhaban Yaa Ramadan .....


Sunday 8 June 2014

JODOH DAN PERNIKAHAN

Jika aku bukan jalanmu ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu
Jodoh pasti bertemu …..

Allah telah menciptakan cinta diantara manusia dan menciptakan pasangan atasnya. Namun, selama hidupnya bukankah ada manusia yang pernah mengalami berkali-kali jatuh cinta ? Memang tidak semua orang merasakannya namun hampir 99,9 % pastilah pernah jatuh cinta lebih dari satu kali. Jika jodoh adalah pasangan yang kita nikahi bagaimana dengan pasangan yang menikah lebih dari sekali, entah itu dengan poligami, cerai atau salah satu pasangan meninggal kemudian menikah lagi atau orang yang selama hidupnya tidak menikah, dimanakah jodohnya ? Lalu bagaimana dengan manusia yang sering mempermainkan lembaga pernikahan ? Manusia yang hobinya kawin-cerai, kawin-cerai. Seperti barang mainan yang bisa dibeli dan sesudah itu dibuang. Inikah definisi jodoh ? Semakin saya berpikir mencoba memecahkan permasalahan tentang konsep jodoh, semakin saya dibuat bingung, bahasa kerennya galau …… Lol.

Apakah jodoh itu takdir atau pilihan? Apakah ukuran jarak ini rahasia Tuhan juga? Lalu dimana jodoh saya?

Tidak ada yang tahu jawabannya, namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh SWNS.com memberi sedikit gambaran jarak pemisah itu. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 2.000 wanita dan pria dewasa, ditemukan bahwa rata-rata jarak seseorang dan jodohnya adalah 64 km. Gambaran yang kurang jitu. Tapi ada benarnya juga, lho. Teman kuliah saya bertemu suaminya ( warga Swedia ) lewat internet, yang pasti jarak jutaan mil jadi nggak sampai 64 km, bahkan 1 meter pun juga nggak ada ..… he he he. Kalau sudah jodoh, tidak akan ke mana. Namanya jodoh mungkin akan selalu dipertemukan dengan cara apapun. Saudara jauh saya bertemu dengan pria Oman saat menjalani pelatihan di Jakarta, melalui pertemuan yang singkat ( hanya dua minggu) dan langsung menikah. Padahal, semua juga tahu kalau dia sudah punya pacar. Ini takdir ? pilihan ? nekat ? atau ada faktor yang lain ?

Jika jodoh itu takdir maka sebesar apapun saat ini kita mencintai seseorang dan memiliki hubungan serius dengan pasangan, kalau memang dia tidak pernah ditakdirkan sebagai jodoh kita maka pada akhirnya perpisahan yang kita jumpai. Sebaliknya, sebesar apapun kita membenci seseorang dan menghindarinya namun kalau dia adalah jodoh kita maka suatu saat kita akan disatukan juga dalam ikatan suci pernikahan. Hanya persoalan waktu aja. Tetapi bukan berarti kalau sudah jodoh, ke depannya tak akan ada masalah dalam hubungan lho. Sekarang ini, sebagian besar orang terlalu percaya dan menaruh harapan tinggi akan 'si jodoh'. Beranggapan kalau sudah jodoh maka semua perjalanan asmara akan lempeng-lempeng saja, tak ada masalah dan berjalan mulus. Trus, enak-enakan gitu, nggak mau usaha. Bangga kalau ada cewek atau cowok yang ngejar-ngejar. Padahal semua itu hanya mitos. Perlu usaha dari kedua belah pihak, nggak cuma sepihak aja.

Perbincangan soal jodoh itu seringkali tiba-tiba mencuat menjadi salah satu topik seru antara saya dan sepupu saya yang masih sama-sama single. Dan kami masing-masing memiliki opini yang berbeda, sepupu saya yang pendalaman agamanya lebih baik dari pada saya ( tapi sering galau karena cinta …. He he he ) berpendapat bahwa jodoh itu adalah pilihan. Dia memang tidak menolak perjodohan atau istilahnya ta’aruf, tapi dia milih, dengan siapa dia dijodohkan. Kalau dia tidak ada rasa atau si cowok tidak sesuai dengan daftar kriterianya, langsung coret.

Ade, kan temennya banyak, pernah suka sama cowok kan ? Pertanyaan yang muncul tiba-tiba. Aneh bin ajaib justru karena pertanyaan sederhana itu saya jadi berpikir, selama ini saya hanya menerima dan bukan memulai. Karena sifat menerima itulah, mungkin saya lebih mudah dipaksa daripada sepupu saya. Itu sebabnya, saya tidak pernah curhat sama dia tentang perasaan, soalnya dia akan balik ngomelin saya, kan Ade udah nerima, ya terima aja jelek-jeleknya …. Hadeehhh. Bukan sok kecakepan, ke pede-an atau apa gitu. Tapi jujur, pada dasarnya saya memang bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta. Saya mudah bergaul dan berinteraksi dengan orang lain alias tidak rasis, bisa menerima kekurangan orang lain sebagai sesuatu yang wajar. Prosentase teman-teman pria saya juga lebih banyak daripada sepupu saya. Dia berteman dengan sedikit pria tapi sering jatuh cinta kalau bertemu cowok tipe-nya. Mungkin karena sepupu saya orang yang kalem tapi ekspresif dan saya termasuk tipe manusia “ kalau tidak ditabok duluan, nggak bakalan balas nabok “. Kalau tidak ditanya duluan, nggak bakalan ngomong ( terutama dengan orang yang baru kenal ). Betah ngobrol sekaligus juga betah diam. Tapi bagi saya pribadi, ada perbedaan besar antara suka dengan cinta. Kita bisa saja suka saat ada cowok yang mungkin tipe dambaan kita yang kita temui saat kita jalan-jalan, di Mall atau dimana saja ( siapa sih yang nggak suka liat cowok cakep ….. he he he ). Tapi itu bukan cinta. Perlu perasaan yang lebih dalam kalau menyangkut soal cinta. Kalau jadi temen, ya temen aja gitu loh .... 

Tidak dipungkiri kalau di era millenium saat ini banyak orang dengan mudahnya bergonta-ganti pasangan, suka dugem, dan free sex. Kehidupan bebas yang menurut saya malah menyulitkan diri mereka sendiri. Orang juga cenderung ( terutama kaum pria ) dengan mudah mengatakan, I like you, I love you, I miss you, I need you, semudah mengucapkan kata Halo, Selamat pagi, pada setiap orang yang baru ditemuinya. Dan sepertinya, pria di jaman sekarang ini lebih suka cewek yang gemerlap, yang mau di ajak have fun sesaat. Pacaran gaya Brazil, Lu suka, Gue mau, abis gitu-gitu besok kalau ketemu pura-pura nggak tahu. Setelah itu saya terus berpikir tentang konsep jodoh dan apa yang telah saya jalani selama ini. Ngenes ? pastilah. Seperti lagu-nya Maia, telah habis air mata dan segenap kata-kata yang telah kucurahkan …. Haruskah aku berlari sampai ke ujung dunia untuk mencarinya ….

“ Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Termasuk “ kebetulan-kebetulan yang menakjubkan. ”

( Tere Liye, novel “kau, aku & sepucuk angpau merah )

Darwis memang ahli nohok perasaan ….. he he he. Kebetulan yang menakjubkan. Pengen banget dapet kesempatan kayak gitu, seperti teman kuliah saya, yang sampai sekarang awet dengan suami Swedia-nya. Lucu banget waktu ngedengerin orang lain ( terutama teman-teman dan saudara saya ) mengenang masa lalunya sebelum ia memiliki pasangan. Mereka bercerita tentang kriteria pasangan yang diinginkannya saat menikah nanti. Yang aneh, rata-rata dari mereka pada akhirnya menikah dengan orang yang sama sekali tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan, bahkan bertolak belakang. Ada juga yang menikah dengan musuh bebuyutannya saat masih kuliah ….. ahhhaaayyy.

Tidak dapat dipungkiri, kita memiliki gambar di alam bawah sadar kita tentang pasangan idaman. Pengalaman hidup, latar belakang keluarga, ilmu yang diserap, tetangga yang diamati, gosip yang didengar, semuanya membentuk gambar tentang bagaimana seharusnya pasangan itu. Maka, hampir dapat dipastikan setiap individu di dunia ini memiliki persepsi yang berbeda-beda. Seperti sepupu saya, dia suka banget sama pembalap ( PEMuda berBAdan geLAP ……. He he he ) dan bersuku Jawa. Nggak bakalan mau kalau nggak sama Mas Jawa. Kalau saya sih, asalkan berkulit bersih dan tidak pendek. Soalnya dari saya masih bau kencur dan sampai bau tanah saat ini yang ngedeketin saya cowok yang kayak gitu semua ……..  Lol

Pertanyaannya, apakah gambaran pasangan ideal yang kita pilih itu benar-benar sesuatu yang terbaik buat kita? 

Ketika seseorang mengatakan jatuh cinta pada seseorang yang lain, jangan-jangan yang jatuh cinta adalah matanya karena melihat sesuatu yang menarik mata di diri seseorang tersebut. Atau jangan-jangan yang jatuh cinta adalah telinganya karena mendengar buaian kata dari seseorang tersebut. Bisa jadi pula yang jatuh cinta adalah logikanya karena semua hal logis yang dibangun tentang pasangan ideal ada di seseorang tersebut. Atau, mungkin yang jatuh cinta adalah perasaannya ? 

Sejatinya, bicara jodoh adalah bicara hati. Hati disini bukan sekedar Heart, tetapi Qolb. Kita sering mendengar ungkapan, “ listen to your heart and follow your small inner voice ”, karena dari hatilah muncul suara terjernih dan termurni tentang segala yang terbaik buat kita. Kok bisa begitu ya ? karena melalui hatilah Tuhan berbicara dengan kita.

Seperti cerita saat Adam bertemu dengan Hawa. Memang agak sedikit berbeda, penggambaran pertemuan itu diangkat dari sisi Hawa yang berusaha bertemu Adam. Tak diceritakan pencarian seorang Adam namun lebih ditekankan pada pencarian seorang Hawa yang menunjukkan rasa pedulinya pada Adam ( berarti Adam mau enaknya sendiri dong, nggak fair neh ….. Lol ). Hawa terus berjalan, beristirahat, berdoa di tengah lelah. Hingga akhirnya di tengah lelah yang begitu sangat dan dalam kondisi hampir putus asa, di gurun pasir yang panas dan gersang, doa khusyuknya dikabulkan Allah dan dipertemukanlah ia dengan sosok yang ia kenal. Ya, ternyata Hawa-lah yang mengenali Adam lebih dulu ketika bertemu. Sungguh, tulang rusuk mengenali siapa pemiliknya. 

Terus, bagaimana dengan kita yang jumlah penduduk bumi sudah sekian milyar banyaknya ? Bagaimana kita bisa tahu bahwa dialah tulang rusuk kita (bagi laki-laki) atau dialah pemilik tulang rusuk ini (bagi perempuan) ? 

Memang tidak salah jika cinta harus memilih, namun bukan berarti mencari yang super duper perfect, cukup dengan mengenal bagaimana  personality dan ibadah-nya? Bukan acuan utama dengan profesi yang sedang ia geluti, atau berapa jumlah nominal kekayaan yang dimilikinya ? Cukup dia bertanggung jawab dengan apa yang sudah “ diamanahkan “ oleh ALLAH, SWT, yaitu menjaga soul mate-nya dan memegang teguh komitmen yang telah dibuatnya.

Mungkin, jika salah pilih presiden, kalau selama 5 tahun kedepan keadaan semakin terpuruk, kita akan menyesal. Tapi kalau salah memilih jodoh, seumur hidup akan meninggalkan luka abadi yang tidak ada obatnya. Semua urusan manusia di dunia bisa direncanakan berdasarkan manajemen dan perhitungan yang matang. Tapi jodoh tidak seperti itu. Jodoh bukanlah matematika atau neraca rugi laba. Meskipun kelihatannya sudah di depan mata, kalau Allah tidak menggariskan berjodoh, ada saja cara untuk menggagalkannya. Sebaliknya, betapapun tidak masuk akalnya, kalau sudah berjodoh, segala cara akan menjadi mungkin. Jodoh itu bagaikan barang hilang yang belum ditemukan, kalau dicari terus malah tidak ketemu dan saat kita tidak mencari, malah datang dengan sendirinya.

Memang, Allah sepertinya suka bercanda, ya. Kadang kita sudah berusaha mengelilingi bumi untuk mencari jodoh kita, eh nggak tahunya ternyata ketemu di dekat rumah, tetangga sendiri. Kadang juga ada yang saling benci di awal, ternyata ending-nya saling jatuh cinta dan menikah. Kakak sepupu saya juga punya story yang nggak kalah uniknya, pacaran sampai 11 tahun, setelah itu baru menikah. Kalau cerita yang kayak gini nih, nggak bakalan mau dah, ogah banget ngejalaninnya …… ntar ane keburu mampus lagi …. He he he.   

Keresahan itu akan terus datang menghantui, apa lagi jika umur sudah mencapai angka kepala tiga ( termasuk saya …. Hiks ) dan akan berlanjut ke level empat atau lima …. Ih, jangan sampai deh.  Belum dapat jodoh bukan berarti ada yang salah dengan diri kita. Saya juga seringkali bingung, apa sih penyebabnya ? seberapa banyak dosa yang saya lakukan ? Sebesar apa kekhilafan saya ? Apalagi kalau kita sudah berusaha dengan maksimal, menguras energi dan pikiran. Kuping mulai panas ketika ada yang bertanya,” kapan nikah ?”. Pertanyaan klasik dan itu-itu aja. Teror suruhan untuk cepat-cepat menikah. Memangnya nikah itu lomba lari ? Yang finish lebih dulu yang menang, yang terakhir, kalah. Akibatnya, sering kita merasa capek dengan urusan jodoh ini. Tired mind, body and soul ….

Bersyukurlah bagi yang sudah mendapatkan pasangan dan mendapatkan orang yang benar-benar baik karena betapa banyak orang yang menginginkannya namun tak kunjung datang. Banyak orang yang sebenarnya beruntung, mendapatkan seseorang yang baik tapi malah menyia-nyiakan dan mempermainkannya. Menganggap kalau feeling is just a feeling, yang dengan mudahnya bisa berubah-rubah. Bersyukurlah dengan nikmat berpasangan, karena Allah memberikannya sebagai penawar atas kerasnya kehidupan. Suami menjadi simbol kekuatan dan perlindungan bagi istri. Sang istri pun harus menjadi Garwo, sigaraning nyowo, penyejuk hati suaminya, menjadi teman dalam suka dan duka. 

Kata jodoh biasanya menjadi menakutkan bagi kaum wanita. Karena kaum lelaki seringkali terlalu njlimet dan sulit. Perempuan sering dituntut untuk sempurna dan tidak boleh salah. Padahal banyak laki-laki yang tidak sempurna dan berpikir hanya kaum mereka yang boleh melakukan seribu kesalahan. Kalau kita mau belajar dari pengalaman orang lain ( kata temen saya nih ). Pada dasarnya jodoh sederhana kalau kita tidak terlalu membuat ketakutan-ketakutan sendiri. Karena memang jodoh itu sebenarnya mudah dan sangat sederhana. Pinang aku dengan Bismillah …….. nggak sulit kan ... Lol.

Dan tentu saja semoga saya dan Anda semua yang masih sendirian segera mendapatkan jodoh yang kita inginkan , membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah …….. Aamiin.  Dan semoga saja kita tidak lagi membuang waktu dengan hubungan tanpa status yang memang bikin ngenes. Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman-teman saya, saudara  dan saya sendiri ( sedih nih ….. hiks ), single man and single woman yang sedang memasuki salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia, kehidupan mencari pasangan jiwa alias kehidupan galau ………. He he he. Semoga bermanfaat. 


Thursday 5 June 2014

PERILAKU MANUSIA HEMAT DAN MANUSIA PELIT


Setiap orang terlahir dengan kepribadiannya masing-masing. Sifat dan perilaku manusia yang satu dengan manusia yang lain tidaklah sama. Ada yang berperilaku baik dan ada juga yang berperangai buruk. Sifat bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu. Kadang manusia itu mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, ada orang yang tadinya baik berubah menjadi jahat. Percaya atau tidak, semakin lama dia tinggal di suatu tempat atau berhubungan dengan orang lain, semakin besar pengaruh yang masuk ke diri seseorang itu dan bisa membawa perubahan dalam dirinya.Tapi ada juga sifat atau perilaku dari seseorang yang memang tidak bisa dirubah, apalagi kalau ada keturunan dan bawaan lahir …. He he he. 

Ketika bergaul dengan manusia, berarti kita tidak sedang bergaul dengan logika, namun dengan makhluk yang memiliki emosi, makhluk yang tetap bertahan dengan prasangka, kebanggaan dan kesombongan. Tapi semua itu tergantung dengan cara kita menyesuaikan diri. Dari penyesuaian itulah yang bisa membuat sesuatu yang paling dalam dari diri kita berubah sedikit demi sedikit. Tapi kita harus bisa memilih dan memilah perubahan mana yang baik dan mana yang tidak baik buat kita.

Mungkin kita sering melihat entah di TV atau melihatnya langsung dari lingkungan disekitar kita. Dan kita mungkin terheran-heran bila melihat ada orang yang pelit, bakhil dan kikirnya minta ampun. Dan otomatis, kita akan berusaha untuk menjauhi orang dengan sifat seperti itu. Dulu, saat saya masih kuliah, ada pepatah yang di plesetkan yang sering terlontar diantara teman-teman saya. Rajin pangkal pandai, hemat dibenci teman … Lol. 

Berlaku hemat seringkali dikesankan hidup menderita dan sengsara, dan orangnya lazim di juluki si pelit bin bakhil. Sebaliknya, bersikap boros di anggap memiliki hidup yang bahagia dan menyenangkan, hingga orangnya disebut royal. Kebanyakan orang sering terjebak dengan kata hemat padahal pelit atau pelit bertopeng hemat. 

Perlu diingat, memakai uang itu artinya memakai otak dan juga emosi lho. Hemat adalah berhati-hati dalam membelanjakan uang alias tidak boros. Hemat berarti ekonomis, itu betul. Intinya sederhana atau mewah tidak terletak pada mahalnya harga suatu barang, namun pada siapa pemiliknya dan apa kebutuhannya. Sederhana tidak berarti harus mengenakan pakaian yang lusuh dan compang-camping, memakai HP yang sudah sering nge-drop ( gue banget neh .... he he he ) atau mengendarai mobil yang sering mogok. Sepanjang kita mempunyai dana maka tidak terlarang untuk membeli sesuatu yang memang kita perlukan. 

Mengenai orang hemat bisa jadi dari luar mirip dengan manusia pelit karena sikapnya " money doesn't coming out of the blue " alias duit tidak jatuh begitu saja, mak teplok plok dari langit. Si hemat secara penuh kesadaran mengukur pengeluarannya terhadap peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Si hemat tidak akan menghabiskan uang untuk gengsi-gengsian atau ikut-ikutan tapi dia tidak ragu untuk mengeluarkan uang yang membuat dia bahagia atau meningkatkan kualitas hidup. Dalam hal ini biasanya menyangkut orang-orang tercinta, teman-teman sejati yang berarti baginya, untuk beramal, zakat dan juga untuk hobinya.

Saya pribadi sering bertemu dengan orang yang benar-benar pelit, bakhil dan kikir-nya minta ampun. Sampai-sampai, bapak dan ibu saya jengkel kalau saya pergi dengan orang itu, jangan sampai punya urusan sama orang-orang itu. Pun kalau mereka bertanya atau minta tolong, ora usah digagas ( ekstrem banget …. he he he ). Maklum-lah, seperti kebanyakan sifat manusia pelit pada umumnya, mereka suka memanfaatkan demi keuntungan mereka pribadi. Kelihatannya mereka memberi sesuatu, tapi kalau ngeruk, bisa sampai seribu kali lipat pemberiannya. Saya juga tidak habis pikir, apa sih yang sebenarnya di dalam pikiran si Pelit tentang uang ? Tapi dugaan saya, si Pelit menabung uang semata-mata hanya untuk ditabung tanpa tujuan lebih jauh, ketakutan akan kekurangan yang berlebihan alias paranoid. Mereka menggengam uang dan harta bedanya erat-erat karena percaya itu semua bisa memberi dia “ keamanan “.

Perilaku ini terjadi karena nafsu negatif seperti ingin berkuasa, mementingkan diri sendiri, ingin lebih mendominasi sehingga menutup akal dan hatinya. Orang yang bakhil itu sangat individual dan menilai kehidupan hanya dari sisi materi. Biasanya mereka juga suka pamer, menonjol-nonjolkan diri dan sifat hasad-nya tinggi. Kalau beramal sedikit, pasti ditunjuk-tunjukkan biar orang lain tahu. Hmmm …. padahal, kalau tangan kanan memberi, sebaiknya tangan kiri tidak perlu tahu. Kata nenek saya lho .... he he he.

Dalam kata pelit terkandung makna stagnant alias mandeg, tak ada progress, ibarat sebuah pohon ia tak dapat memberi manfaat apapun bagi orang yang ada disekitarnya. Kalau menurut saya sih manusia bakhil, pelit dan kikir, malahan jauh dari kata ekonomis. Dan biasanya mereka lebih sering tertipu. Maksudnya ngirit tapi malah ngorot-orot ….. Lol.

Sebenarnya ada lagi yang lebih buruk dari bakhil, orang Solo sering menyebutnya Pokil . Apa sih Pokil itu ? Pokil adalah pelit, medhit, cethil, ngguthil, bakhil, selalu penuh perhitungan, kalau ngasih satu biji dia mesti ngeruk balik 1000 biji, curang dan licik. Orang pokil biasanya otaknya bebal, sombong, sok pinter sendiri dan sok kaya karena yang di dalam pikiran orang pokil itu dia bukan pelit, tapi hemat, padahal antara pelit dan hemat jelas beda banget.

Saya sendiri juga sering membandingkan harga barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagai pengusaha kuliner, nggak mau dong kalau sampai rugi ….. he he he. Saya juga demen banget dengan barang-barang diskonan, makanan yang murah, buku-buku lama, layanan kesehatan yang terjangkau dan transportasi yang irit. Itu bukan berarti saya tidak punya barang-barang mahal. Saya membeli barang, tentunya menyesuaikan situasi, kondisi dan kebutuhan. Perempuan dimanapun pasti suka berhemat, apalagi kalau mereka adalah ibu-ibu. Yang lebih penting lagi, saya tahu “ business is business “ tapi saya juga tahu pasti, kapan saya harus berlaku profesional dan kapan saya harus beramal. Innamal a’malu bin niyat.

Tapi kalau orang pokil lain lagi, mereka maunya barang bagus dengan harga yang jauh dibawah standart. Mereka akan mengembalikan lagi barang tersebut kalau dirasa kurang memuaskan mereka ( tentunya sambil ngomel-ngomel karena merasa tertipu .... rasain lu ! Lol ). Juga dengan pelayanan kesehatan, maunya tarif puskesmas tapi minta layanan kelas VVIP dan harus manjur. Pun kalau diminta untuk beramal, mereka pasti beralasan mesti pakai prosedur inilah-itulah dan kalaupun mereka mau menyumbang, biasanya bukan berasal dari hatinya, tapi karena sifat riya' biar orang lain mengira kalau dia dermawan ..... Amit-amit dah, Na’udzubillah min dzalik. 

Buya Hamka dalam bukunya LEMBAGA BUDI menyatakan, Jangan serupakan diantara yang Hemat dan yang Bakhil, karena orang yang hemat memperhitungkan perbelanjaannya, uang masuk dan uang keluar dengan tujuan apabila perlu dapat membelanjakan harta itu menurut sepatutnya. Tetapi orang yang bakhil mengumpulkan harta dengan tujuan semata-mata menumpuk. Orang yang hemat mengatur hartanya, orang yang bakhil diatur oleh hartanya….. summa na’udzubillah. 

Semoga bermanfaat bagi kita semua terutama buat diri saya sendiri agar terhindar dari sifat yang tidak terpuji itu ……. Aamiin.