Tuesday 1 March 2016

FENOMENA RIO HARYANTO


Nama-nama seperti Michael Shumacher, Kimmi Raikonnen, Lewis Hamilton, Jenson Button, Felipe Massa dan lain-lain, selama ini sudah banyak dikenal di seantero dunia. Kita cukup menonton dari layar kaca dan mengagumi kehebatan mereka dalam adu jet darat. Tapi itu dulu, sekarang ini semua orang Indonesia dan terutama Solo, punya jagoan baru. Dia adalah Rio Haryanto, putra asli Solo berwajah oriental yang sering dikira orang Jepang dan kata cewek-cewek ABG, gantengnya kelewat jalur. Takeshi Kaneshiro lewat tuh … he he he. Kalau soal wajah oriental ganteng dan kaya, di Solo bertaburan tuh. Tapi yang membuat gebrakan di dunia internasional baru Rio seorang. Misalkan ada yang jadi menteri, anggota dewan, Ibu negara atau RI 1 …. Solo biasa aja gitu loh. Sudah sejak jaman dulu ada dan segambreng. 

Dua bulan terakhir ini publik dan media massa tidak henti-hentinya membicarakan anak muda yang satu ini. Pemuda kalem itu tidak perlu gembar-gembor alias berkoar ke sana kemari untuk membuat Solo bangga dan Indonesia menjadi sorotan dunia. Rio tidak pernah berkoar-koar di media massa untuk membuktikan baktinya kepada negeri tempat dia lahir. Cukup dengan ketekunan dan telaten di bidangnya lalu prestasi dia raih. Di usia semuda itu ( Januari lalu 23 tahun ) Rio sudah menjadi fenomena. Bersama Tim Manor Racing yang berbasis di Inggris, Rio bakal menjalani debut ajang Grand Prix Formula 1 (F1) di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Australia pada 18-20 Maret mendatang. Menjadi pembalap pertama di Indonesia dan menjadi wakil dari Asia tahun ini.

Empat belas tahun lalu tidak banyak orang mengenal Rio saat pertama kali menggeluti olahraga gokart. Mungkin hanya keluarga, kerabat, jurnalis olahraga lokal dan orang Solo aja yang tahu tentang keuletan seorang Rio. Siapa yang menyangka, putra bungsu Sinyo Haryanto yang notabene juga mantan pembalap itu, membuat ratusan juta rakyat Indonesia terhenyak. Orang-orang diluar Solo pun juga banyak yang tidak menyangka kalau anak muda ini seorang Muslim yang taat. Dia tidak malu menunjukkan ke taatannya sebagai seorang muslim dengan menempelkan Ayat Kursi di mobil balap yang ia tunggangi. Banyak juga yang mengira kalau dia seorang mu’allaf. Padahal sejak lahir sudah Islam karena keluarganya adalah Cina Muslim dan punya pondok pesantren pula. Kehadiran Rio di ajang internasional membuktikan kalau seorang anak kota kecil yang tidak ada apa-apanya dibanding Jakarta juga bisa mendunia.

Kalau bapaknya Rio, Sinyo Haryanto, mungkin semua orang sudah pada kenal karena dia pemilik usaha stationery, PT. Solo Murni, perusahaan besar yang khusus memproduksi buku dan alat-alat tulis dengan merk Kiky. Dulu sewaktu saya KKN ( Kuliah Kerja Nyata ) di daerah Sragen, perusahaan bapaknya Rio ini ikut berpartisipasi dengan menyumbang dua dos besar buku tulis, saat posko saya mengadakan bazaar amal. Ya, kira-kira cukup lah untuk 500 orang anak. Waktu itu si Rio ini masih balita. Nggak nyangka aja, balita yang dulu gembul dan mirip Bobo Ho ini sudah menjelma menjadi seorang pemuda keren. Sayangnya saya sudah tua, Nak … he he he.

Asal tahu aja, hingga saat ini di luar sana tak banyak orang tahu tentang Indonesia, apalagi Solo. Negara dengan ribuan pulau ini bahkan kalah beken dari Bali. Orang luar juga tahunya Jakarta, Bandung, Medan, Aceh, Solo mah apaan tuh … LoL. Fenomena Rio seperti oase di padang pasir. Saya salut dengan anak muda ini. Rio seperti mengajari kita bahwa prestasi hanya bisa didapat dari kerja keras, keuletan, dan profesionalisme. Prestasi yang tidak diperoleh dengan cara-cara instan. Seorang pemuda yang tahu bagaimana cara meraih mimpinya. Dia tidak mengejar popularitas, tidak pernah gembar-gembor ataupun sering nongol di TV seperti pembalap-pembalap kita lainnya. Sering mejeng tapi prestasinya nggak ada. 

Padahal anak muda ini sering dianggap anak bawang, dianggap sebelah mata dan sering di dzalimi pula kalau menang. Dunia luar menganggap kalau Indonesia itu tidak ada apa-apanya, sumber daya manusia-nya juga begitu-begitu aja. Tapi Rio membuktikan dengan cucuran keringat, ketekunan dan doa. Selama empat belas tahun lebih ia menekuni bidangnya tanpa banyak omong dan tidak mempedulikan orang yang mencurangi ataupun yang suka mencari-cari kesalahannya. Dan hasilnya, dia sering naik podium saat berlaga di GP2.

Yang lucu nih, setelah kelihatan moncer, si Rio ini sering di klaim milik Negara tetangga. Lha wong nama belakangnya aja Haryanto, sudah pasti dia kelahiran Jawa, meski berdarah Cina. Apalagi kalau melihat perilaku dan perangainya, kelihatan kalau dia itu Solo banget. Suruh aja Rio nyanyi Cucak Rowo, pasti dia bisa. Dimanapun dia berada, ibunya selalu disuruh bawa serundeng … LoL. Ya, maklum aja, semakin tinggi pohon, semakin kencang juga anginnya. Kalau dulu diremehkan sekarang malah pada rebutan meng-klaim. Namanya juga manusia, ada gula, ada semut. Suwargo nunut, neroko ora katut … he he he.

Akhir kata, dari Rio kita banyak belajar tentang arti sebuah kesabaran, tentang arti pengorbanan. Kita belajar mengekang ego dan mengedepankan ketekunan serta profesionalisme. Entah bagaimana nanti prestasi Rio kedepannya, melihat dia beradu cepat dengan pembalap dunia sudah membuat kita senang, akhirnya Indonesia punya pembalap kelas dunia …. Yaayy. Semoga di daerah lain juga muncul ratusan Rio baru untuk kedepannya. Kalau melihat banyaknya penduduk Indonesia dan banyak juga yang kaya, masak sih cuma satu aja yang muncul. Kalau ada kemauan keras, semua bisa mengikuti jejak Rio. Bukan hanya di dunia balap aja. Yang pasti semua stasiun TV nantinya bakalan berebut hak siar tuh. Kafe-kafe bakalan laris manis dengan menggelar acara nonton bareng F1 karena ada Rio disana. Semoga Rio tetap bisa menjaga diri dan kesalehannya ... Aamiin.