Saturday 30 November 2013

SMARADHANA ( SHORT STORY )


Yen ing tawang ono lintang cah bagus
Aku ngenteni tekamu
Marang mego ing angkoso Kangmas
Sun takokke pawartamu

Janji-janji aku eling wong bagus
Sumedhot rasaning ati
Lintang-lintange ngiwi-iwi Kangmas
Tresnaku sundhul wiyadi

Dek semono janjimu disekseni
Mego kartiko kairing rasa tresno asih

Yen ing tawang ono lintang wong bagus
Rungokno tangise ati
Binarung swaraning ratri Kangmas
Ngenteni bulan ndadari


Tembang cinta asmara yang menyentuh hati. Nuansa magis yang menyiratkan cinta yang sakral. Seperti penantian dan kesetiaanku padamu. 

Apakah kau mengerti, Sayang ? 

Mungkin bagimu aku hanyalah sebuah kepingan puzzle yang bisa kau letakkan dimanapun kau mau. Karena masih banyak kepingan - kepingan lain dalam genggamanmu yang belum kau pasang. Ataukah aku akan menjadi kepingan yang akan kau buang ..... 

Tahukah kau sayang ?
Pada saat itu hatiku hampa lalu kau isi dengan angan dan harapan. Membuaiku setinggi langit, tinggi ... tinggi ... hingga diambang batas kesadaran. Tenggelam dalam dekapan cintamu.

Saat ku terbangun, aku sudah jatuh tersungkur. Melesak ke dalam tanah. Sakit yang tak terperi. 
Membuat hatiku yang dulu lemah lembut berubah menjadi sebongkah batu yang tidak punya rasa. 

Tahukah kau sayangku ?
Walau begitu buruk kau perlakukan aku, aku tidak pernah membencimu. Untaian do'a selalu untukmu.

Karena cinta merasuk kedalam setiap sukma. Ada didalam setiap senyuman. Kicauan burung. Matahari pagi yang bersinar. Semaraknya malam bertabur kilau bintang. Dewa Smara akan selalu hidup abadi.

Karena Cinta
Walau itu tidak terlihat namun tetap ada
Hanya hati yang bisa merasa ...

Smara ....... 
Mungkinkah kau sampaikan padanya ?
Tentang diriku 
Penantianku 

Smara .......
Mungkinkah kau sampaikan padanya ?
Tentang batas waktu 
Yang tidak pernah kutahu ....

Smara ......
Smara ......
Tolonglah aku .....


Wednesday 6 November 2013

BUNGA NIRWANA ( Long Story )


Laraning lara 
Ora kaya wong nandhang wuyung
Mangan ra doyan
Ra jenak dolan, neng omah bingung ...

Tembang Jawa mengalun dengan merdu, menggantikan langgam Kodok Ngorek. Suasana resepsi pernikahan semakin semarak dengan banyaknya para tamu yang berdatangan. Kupandang wajah kedua mempelai yang tampak sumringah, ada sebersit perasaan iri dalam hatiku. Kapan giliranku menjadi pengantin ?

Sejenak anganku melayang ....

Teringat pada dirimu yang selalu kucinta sampai saat ini. Satu-satunya lelaki yang membawa sebongkah hatiku pergi. Sesuai dengan lirik tembang Jawa yang tengah mengalun. Walaupun bukan sekali ini aku punya perasaan suka pada seorang pria. Tapi apa yang kurasakan kali ini sungguh berbeda. Rindu yang kurasakan semakin menyesakkan dada. Inikah rasanya benar-benar jatuh cinta ? Mungkinkah kau adalah belahan jiwaku ?

Ada apa denganmu Laras ? Kau sudah berubah 180 derajat. Pertanyaan yang tidak pernah bisa kujawab. 

Entahlah ....