Tuesday 24 March 2015

ENJOY SMALL THINGS


Pernah merasa bosan ? Kalau saya yang ditanya, pasti jawaban saya, bukan hanya pernah, tapi sering .... LoL. Banyak orang melalui account Facebook-nya berkali-kali mengunggah foto sedang melakukan berbagai aktivitas. Tentu, semua terlihat ceria ... narsis abis ... he he he. Dan seringkali memposting foto-fotonya yang sedang berada di tempat-tempat yang " wah ". Karena rata-rata saya tidak kenal secara mendalam dan real, saya percaya daah. Mana tahu, kenyataan yang sebenarnya, ya nggak ?

Kata-kata mengagumkan dan ribuan pujian mungkin akan terlontar terhadap para motivator ataupun trainer-trainer yang nampaknya memiliki kehidupan sempurna. Sehingga dari kesempurnaan hidup mereka, mereka akhirnya bisa memotivasi orang lain yang mempunyai hidup yang penuh keterbatasan bahkan penuh penderitaan. Tapi apakah benar seperti itu ? Benarkah mereka adalah orang-orang yang " mengagumkan " dan tanpa cacat alias sempurna dalam setiap sisi kehidupannya ? Nobodys perfect, Guys ...

Hhmm ... lalu, sebenarnya apa sih arti “ menikmati hidup ” itu ? Hidup itu memang cuma sekali, terkadang ada senang dan sedih, susah dan gembira, baik dan buruk, hingga hidup dan mati. Di media sosial, saat ada artis berpose norak, alay dalam foto dan video, ada yang berkomentar,  senorak dan se-alay apa pun dia, dia menikmati hidup. Tasnya seharga ratusan juta, belanja di mal super mewah, rumahnya kayak istana, tiap hari kesana kemari keliling dunia. Daripada ente, duit pas-pasan, rumah petak, makan mie instan, kemana-mana naik angkot mlulu ..... ( gue kesindir neh ........ LoL ) 

Really ? Benarkah " menikmati hidup " selalu terkait dengan materi ? Kalau hanya ngublek uthek di rumah dan di tempat kerja, mungkin akan merasakan benar hal itu. Apalagi saya, rumah jadi tempat kerja juga. Ngeliatnya yang itu-itu aja, emak, bapak, adik, kucing , kompor, oven .... lu lagi ... lu lagi .... he he he. 

Memang sih terkadang semua permasalahan manusia seperti tidak ada hentinya. Satu selesai, besoknya lagi timbul yang baru .... Hhhh, capek deh ... LoL. Tapi walaupun begitu, masih banyak cara untuk mengakalinya. Banyak yang berpikir kalau menikmati hidup itu identik dengan melimpahnya materi, having fun, pesta kesana-kemari, clubbing, dikerubutin orang, templok sana-sini, padahal yang seperti itu nikmatnya cuma sesaat aja. Atau mungkin malah menambah masalah baru kali, yaa ...

Sebenarnya bukan itu inti dari hidup lebih indah, hidup lebih indah itu jika bersyukur atas semua nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Nikmat itu bukan hanya materi, tapi jasmani dan rohani juga. Panas, dingin, banjir, hujan, sehat, sakit, banyak duit, duit pas-pasan .... nikmati aja. Seringkali kita lupa, sibuk membayangkan hidup orang lain seperti apa, jadinya malah tidak menikmati hidup kita sendiri. Taman tetangga memang lebih indah dari taman kita sendiri. 

Kalau menurut saya sih, menikmati hidup itu asalnya adalah keikhlasan. Mau susah, mau senang, sehat, sakit, kalau kita ikhlas menerima, hal-hal seperti itu tidak akan memberatkan kita. Semua dibikin enjoy aja. Kalau terlalu banyak mengeluh, kepala malah semakin bertambah puyeng kliyeng-kliyeng. 

Dulu, saat masih kuliah, saya sering keluyuran sama teman-teman saya. Bukan ke dugem atau ketempat yang " wah ", hanya ke pergi tempat wisata dan resto dengan cara yang sederhana ... patungan bin ngebolang gitu loh ... LoL. Hal-hal kecil yang sampai saat ini masih membekas dalam ingatan dan ternyata teman-teman saya juga merindukan saat-saat seperti di waktu lalu ...saat-saat bersamamu ... jiiaaahhh ....nostalgila.

Karena bukan tipe manusia yang punya banyak keinginan alias muluk-muluk, saat merasa bosan, biasanya saya hanya melakukan sesuatu yang sederhana, misalnya jalan-jalan ke mal walapun cuma sight seeing aja, ke toko buku atau mojok di pojok alun - alun. Tapi, jangan salah sangka yaa, di pojok alun-alun Surakarta Hadiningrat itu ada penjual buku, mulai dari buku langka, jadul sampai buku baru ada. Saya demen banget nongkrong disana, baca buku di bawah pohon sambil liat-liat orang juga ..... LoL. Sesuatu yang beberapa tahun ini jarang saya lakukan. Really miss it .... 

Ketika orang pernah merasakan sakit, mereka akan lebih mengerti makna sehat. Bagaimana rasanya saat diketawain orang, dipermainkan .... sakitnya tuh disini, di dalam hatiku .... he he he. Dari merasakan sesuatu itu, tentunya kita akan lebih menghargai hidup kita sendiri dan juga kehidupan orang lain. Bahwa dalam kehidupan ini lebih menyenangkan jika kita nrimo ing pandum, menerima kenyataan yang ada. Terkadang sesuatu yang baik tidak selalu diberikan dalam packaging yang cantik. 

Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Dan lakukan yang terbaik ....


Sunday 15 March 2015

FEVER


Tentu sudah banyak yang tahu arti kata fever alias demam ini. Satu kata, beribu makna. Dari demam beneran, demam berdarah, demam panggung, demam bola, demam artis, demam dangdut, demam telenovela, demam Korea, dan yang saat ini lagi tersebar di Indonesia, demam India …. LoL.

Nama besar dan popularitas seorang artis atau atlet tidak akan ada artinya tanpa penggemar. Atas dasar itu sejumlah orang beken menganggap fans menjadi bagian tak terpisahkan. Di antara mereka pun berusaha memanjakan penggemarnya dengan cara yang unik. Jauh-jauh datang ke negara lain untuk menyapa para penggemarnya. Indonesia adalah negara yang cukup ramah, sangat “ welcome “ terhadap orang asing, tidak ada kata-kata rasis karena sudah terbiasa dengan perbedaan suku, bahasa dan agama. Jadi, oke –oke aja gitu loh …..

Dulu saat masih kuliah, saya juga terjangkit demam telenovela, demam sinetron Korea dan yang paling lama menjangkiti adalah demam bola liga Italia. Ngefans banget ama Paolo Maldini dan si ganteng berwajah sensual, Alessandro Nesta. Lama kelamaan demam-demam itu menghilang dengan sendirinya, misalnya nggak liat tayangannya juga ora popo, karena nyadar kalau sudah semakin tua kali yaa …  He he he. Saya lebih suka melihat acara memasak dan menonton film. Atau tayangan yang bisa menambah isi otak saya. Tapi gara-gara Ibu saya nih, saya jadi ikut-ikutan terkena virus demam India juga. Kalau dulu sih cuma denger selintas aja, nggak merhatiin banget. Soalnya dimana-mana yang diceritain serial Mahabharata, nggak cuma ibu, tante dan sepupu saya, tetangga juga sering ngomongin serial itu.

Pastilah, semua orang di Indonesia juga sudah mengenal cerita Mahabharata, Ramayana, Bharatayudha dan cerita-cerita perwayangan lainnya, karena memang ada dalam pelajaran sejarah dari SD sampai SMU. Disini juga banyak candi dan situs Hindu peninggalan kerajaan jaman dulu. Saat masih SMP ( kalau tidak salah ) saya juga pernah ngikutin serialnya di TV, tapi yang versi jaman dulu, juga dengan komiknya. Jadi, saat booming lagi versi barunya, saya nggak begitu antusias, karena sudah tahu jalan ceritanya.

Saya baru ngeh saat melihat tayangan acara Eat Bulaga Indonesia, karena diantara para presenternya ada yang dari India alias para pemain serial Mahabharat. Dari situlah, saya akhirnya tahu, kenapa pagi-pagi tiap hari dari Senin sampai Sabtu, ibu-ibu pada betah nongkrong didepan TV, juga waktu tayangan Bollyvaganza. Denger-denger nih artis-artis itu bayarannya lebih tinggi disini daripada di India sana, plus dengan fasilitas dan pengawalan yang top markotop ….. wuuiihhh. Tapi emang pantes kalau dibayar mahal, cakep-cakep sih, lumayan bikin mata melek. Ganteng dan pandai bergoyang, made in India ….. he he he.

Film India sendiri sejak jaman baheula sudah ada di bioskop-bioskop Indonesia. Adik-adik nenek saya juga sering cerita tentang film India. Dulu saya tahunya cuma artis yang jadul macam Amitabh Bachan, Salman Khan, Aamir Khan, Shahrukh Khan, Kareena Kapoor, Aishwarya Rai, Juhi Cawla. Jujur, saya salut sama artis-artis Mahabharat saat ini, mereka sangat antusias datang ke Indonesia dan mempelajari budaya negara kita. Apalagi bahasa yang digunakan para presenter bukan hanya bahasa Indonesia dan Inggris saja. Ada dialek Betawi, Sunda, Jawa dan juga bahasa gaul. Lucu – lucu, juga sekaligus terlihat apa adanya, ketularan gila ama presenter Indonesia, kali yaa. Kesannya beda ama Shahrukh Khan, keliatan ekseklusif dan jaga image banget. Nggak heranlah kalau demam India kali ini mewabah dari Sabang sampai Merauke …. LoL. Fans-nya banyak banget.

Soal mas-mas ganteng nih, di Solo juga banyak, selain Arab disini juga ada keturunan India-Pakistan. Yang jaga parkir di depan Mac Mohan juga namanya Shahrukh …. He he he. Tapi beda sih, nggak kayak mas- mas ganteng berperawakan bodyguard di Eat Bulaga …. Shaheer Sheikh, Vin Rana, Rohit Bhardwaj, Lavanya Bhardwaj dan Saurav Gurjar. Ibu saya ngefans banget ama Shaheer, kalau Saurav, mengingatkan pada almarhum adik saya karena badannya yang sama-sama gede kayak giant. Almarhum adik saya juga demen banget ama film-film India. Makanya ibu saya sampai termehek-mehek melihat Saurav. Bapak saya diam-diam juga menyimak, tahu banget jalan cerita Jodha Akbar …. He he he. Kalau saya sih, lebih suka sama Lavanya dan Rohit Mulyono …. LoL. Saat saya bilang gitu, eh malah dikeroyok massa neh …... pada protes soalnya Shaheer-lah yang paling ganteng. Weeww, suka-suka gue lah yaww …. boleh dong beda pendapat, lagian kan cuma ngefans doang, kagak bakalan jatuh cinta ama mereka, gitu aja kok repot …..wkwkwkwkwk.

Untuk saya pribadi, kalau ngefans nggak bakalan tergila-gila banget, misalnya pasang foto, menjerit-jerit histeris, ngejar-ngejar biar dapet tandatangan ataupun berdesak-desakan untuk melihat. Biasa, lempeng-lempeng mawon dan ora ngloro awak alias tidak perlu menyengsarakan diri. Simpel aja sih, karena mereka nggak bakalan jadi milik saya …. He he he. Ngefans tapi masih menggunakan akal sehat, gitu loh.

Sekian dulu ya, soalnya saya lagi terkena demam, bukan demam Lavanya tapi emang demam beneran alias flu. Nulisnya juga pake semendhe alias nahan kepala …. greges-greges, cenat-cenut, mampet sana-sini …. Hhhh, payah dah. Ngomong-ngomong, satu hal lagi yang saya salut tentang film India, mau sedih, mau seneng, mau jatuh cinta, jatuh bangun, mau sakit, semuanya diiringi dengan nyanyian dan tarian. Kayaknya perlu di contoh tuh …  aseek … aseek …. LoL.


Sunday 1 March 2015

PERSEPSI DAN OPINI


Dua kata ini bisa dikatakan memiliki kemiripan istilah. Beda arti tapi saling berkaitan, tanggapan dan pendapat.  Setiap hal punya ribuan persepsi yang bisa muncul. Misalnya dress warna hitam yang dipajang di etalase departemen store, persepsi kita, baju itu elegan tapi persepsi orang lain baju itu biasa-biasa aja, dan persepsi orang yang lain lagi, baju itu kusam karena warnanya gelap.  Bisa dibayangkan sebegitu banyaknya persepsi yang muncul dari sebuah baju.

Persepsi memiliki hubungan erat dengan opini, persepsi merupakan salah satu unsur pembentuk opini seseorang. Secara sederhana, persepsi adalah hasil analisa pemikiran atau penilaian kita mengenai suatu atau seseorang, tapi belum dikemukakan alias masih ada di dalam hati. Apabila menyebut pikiran, sudah pasti ada pikiran baik dan ada pikiran buruk. Persepsi bisa timbul dari hati kita sendiri atau dicetuskan oleh pihak lain. Sedangkan opini adalah pendapat, apa yang diungkapkan oleh seseorang. Dengan kata lain, opini dapat menimbulkan kontroversi. Opini akan memunculkan citra personal seseorang melalui suatu interpretasi yang akan menghasilkan opini pribadi, istilah kerennya jaman sekarang pencitraan.

Bagi saya, persepsi adalah sebuah pilihan untuk berpikir positf atau berpikir negatif. Karena sebuah persepsi tidaklah selalu sama dengan kenyataan yang ada. Ada kemungkinan persepsi kita benar dan ada juga kemungkinan persepsi kita salah. Untuk mengetahui kebenarannya hanyalah dengan cara mencoba untuk berkomunikasi dengannya secara intensif. Sangat tidak adil jika kita menilai seseorang secara parsial, yaitu dengan melihat fotonya dan hanya pernah sesekali berbicara. Apalagi kalau kita mengetahui seseorang itu dari hasil penilaian orang lain. Hmm …… Who are you ? Judges ? … LoL.

Dan media sosial adalah salah satu ajangnya karena masyarakat cenderung lebih mudah terperdaya dengan persepsi yang tercetus, yang mungkin awalnya cuma persepsi individu tetapi secara spontan bisa meluas. Jaman yang serba serba canggih ini membantu sebuah informasi disebarkan dengan cepat ke seluruh dunia dalam hitungan detik. Ada yang menggunakan media sosial untuk tujuan baik dan ada juga pihak yang sengaja menimbulkan persepsi buruk mengenai sesuatu untuk mempengaruhi pengguna-pengguna media sosial misalnya lewat update status, pesan, gambar dan video yang tersebar luas di Facebook, Twitter, Instagram, Blog, Youtube dan sebagainya. Terpengaruh dengan persepsi orang lain, kalau mereka suka, ikut-ikutan suka, kalau orang lain benci, juga ikut-ikutan benci. Mau-maunya jadi jongoswan atau jongoswati, disuruh-suruh melulu ….. he he he. Padahal cuma persepsi sepihak, belum tentu benar. Kalau sudah begini, ceritanya malah jadi berkepanjangan dan menjurus ke arah fitnah ….

Ketika sebuah persepsi menempel di otak kita, itulah pilihan yang sudah kita ambil. Repotnya, tidak selamanya keputusan kita ini berdasarkan kenyataan yang ada. Apalagi jika ditambah dengan pengalaman kita sebelumnya dalam berhubungan dengan orang tersebut. Sekali berbohong, selamanya jadi pembohong, sekali jahat, selamanya jadi penjahat. Begitulah jalannya otak kita. Parahnya, tindakan negatif terhadap pribadi kita ternyata lebih dalam pengaruhnya terhadap persepsi yang sudah kita bangun. Karena persepsi juga identik dengan kepercayaan.

Pendapat saya pribadi, mendingan jujur deh terutama dalam ber-opini. Kalau ada status atau sesuatu hal yang saya suka dan sesuai dengan hati urani saya, pasti saya apresiasi dengan tanda jempol. Yang penting ikhlas-nya, Cuyy. Saya juga termasuk orang yang suka membiarkan orang lain dengan persepsi mereka. Membiarkan mereka menebak-nebak sendiri padahal tidak pernah berinteraksi dan tidak sedikit yang punya persepsi negatif tentang saya. Menghadapi manusia-manusia seperti itu, kalau saya sih nyantai ajjaahh, tidak perlu penjelasan ini - itu karena itu bukan urusan mereka, nggak penting banget. Ada yang suka, Alhamdulillah, nggak ada yang suka ya udah, gitu aja kok repot. Toh, misalnya ada yang bohong, biarlah mereka terperangkap sendiri dengan kebohongan yang telah mereka buat. Kalau persepsi dan opini mereka tidak benar kan fitnah namanya. Lumayan, ngurang-ngurangi dosa ane …. He he he.

Memang sih, berbicara itu mudah dibandingkan dengan bertindak. Suporter itu lebih lihai daripada pemain bola. Dan tidak mudah untuk merubah persepsi kita mengenai seseorang. Lebih susah lagi merubah persepsi seseorang tentang diri kita. Saya sendiri kadang juga punya persepsi negatif ( ngaku nih … ), terutama dengan orang yang baru kenal tapi bertingkah aneh-aneh. Inilah kelemahan sebuah persepsi. Memang persepsi itu lemah karena tidak berdasarkan kenyataan. Ada seseorang yang bisa merubah persepsinya secara mendadak dan ada juga yang memerlukan pembuktian lebih lanjut untuk merubah persepsinya. Kadang kita sering menyerah karena tidak ada perubahan yang signifikan sehingga persepsi kita tetap sama. Ngomong-ngomong, persepsi saya sering jadi kenyataan tuh, intuisi yang menajam kali ya … Jiiiaaahhhh, kayak paranormal aja.

Berhati-hati dengan persepsi dan opini mungkin lebih baik karena dua hal itu dahyat dampaknya. Mungkin jika satu-dua orang bicara hal yang sama, kita tak terlalu peduli. Tapi saat beberapa, apalagi banyak orang mulai bicara yang sama, opini mulai terbentuk. Apalagi kalau informasi itu terus menerus diulang, tak peduli apakah informasi itu kenyataan, abal-abal alias bohongan atau justru hanya ulah seseorang untuk ngejahilin orang lain. Hati-hati bermain dengan persepsi dan opini, karena jika itu sudah menguasai diri, kadang akal tidak bisa bekerja dengan normal lagi. Tak tahu lagi mana benar mana salah, tidak bisa membedakan yang mana realita dan mana yang bukan. Sehingga fakta seringkali diingkari. Tapi kalau ujung-ujungnya menjadi fitnah, dosa ditanggung sendiri lho …… LoL.