Friday 13 October 2017

AUTOIMMUNE WARRIOR


Lama tidak menulis dan jarang membuka blog, bukan karena super sibuk atau sok sibuk, si mumun yang ada didalam tubuh saya benar-benar membuat saya jungkir balik, salto, lempar lembing, lempar cakram ... LoL. Sesuatu yang tidak pernah saya duga sebelumnya setelah empat tahun mendapatkan remisi. Benar-benar menikmati hidup tanpa obat anti tiroid, beta blocker dan oksigen. Memang pada tahun-tahun sebelumnya ( mulai dari akhir 2014 ) kalau ada gejala sedikit saja seperti tremor, mual-mual dan pusing seperti keracunan, saya baru kontrol ke dokter tapi tidak sesering seperti di tahun ini. Sejak awal tahun kondisi fisik saya benar-benar drop dan sempat dirawat dua kali di Rumah Sakit. Itu juga belum berakhir karena saya masih bolak-balik kontrol ke dokter sampai bulan Agustus lalu. 

Dan Oktober adalah bulan dimana saya mendapatkan gelar tambahan sebagai Odamun, Orang dengan autoimun. Duabelas tahun sudah saya hidup bersama autoimun Grave’s Disease alias Hipertiroid atau gondok diffuse beracun. Seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya, pertamakali didiagnosa menderita GD pada tahun 2005 dan berobat intensif sampai medio tahun 2010. Saat itu Profesor juga pernah bilang kalau bisa kambuh lagi. Sempat berpikir kalau saya sudah terapi obat, pasti sudah benar-benar free dan kalaupun kambuh paling sehari dua hari. Tapi ternyata tidak, karena pada akhirnya saya tahu kalau GD adalah salah satu jenis autoimun yang hanya bisa ditidurkan sementara. 

Setelah masa remisi yang cukup lama itu sepertinya saya juga lengah karena merasa keenakan dan mungkin juga karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit autoimun jadi gejala-gejala awal berbaliknya saya abaikan. Meskipun tidak opname tapi sempat juga beberapakali ke UGD. Ada rasa tidak nyaman dengan fisik yang saya rasakan meskipun tidak kontinyu. Ketidaknyaman tersebut masih saya abaikan dan saya nyatakan sebagai kecapean hingga saya mulai merasakan kesemutan kadang ditangan, kaki, tubuh bagian belakang, entah pada saat duduk ataupun pada saat memegang handphone. Saat bangun tidur, telapak kaki juga kadang nyeri seperti menginjak-injak batu. Bukan hanya itu, saya mulai lagi merasa pegel-pegel otot, otot kedut-kedut, nyeri sendi, sulit berpikir dan berkonsentrasi yang dikenal dengan brain fog. Gejala ini muncul di akhir tahun 2014 dan mulai saat itu saya ditangani dua dokter, ahli Endokrinologi dan Profesor yang dulu merawat saya sekarang hanya menangani kasus insidental aja karena beliau ahli Rhematologi.

Puncaknya pada bulan Januari lalu, tanpa ada gejala apapun, tiba-tiba saya tremor, aritmia dan sesak napas. Sudah bisa ditebak kalau pada akhirnya harus bedrest di Rumah Sakit selama seminggu. Setelah 2 minggu merasakan udara dirumah, saya terpaksa mondok lagi di Rumah Sakit karena sesak napas dan aritmia berulang. Dari hasil cek darah saya lebih buruk dari yang sebelumnya karena sistem imun saya error, saya jadi terinfeksi mulai dari radang tenggorokan, tonsilitis, sistitis, bronchitis dan gastritis. Pada orang yang sehat, sistem imun dapat membedakan mana virus, bakteri atau jamur yang jahat dari bakteri yang baik dan dari organ tubuh sendiri. Autoimun terjadi ketika sistem pertahanan tubuh tidak dapat membedakan antara virus penyebab penyakit dengan suatu sel-sel tubuh sendiri. Dalam artian, sistem imun salah mengartikan sel-sel tubuh sendiri tersebut sebagai penyebab penyakit, sehingga mereka menyerang sel-sel organ tubuh tersebut. Berbeda dengan asma dan alergi yang disebabkan karena sistem imun yang over reaktif terhadap zat asing misalnya debu, kacang, ikan laut, dan lain-lain. Autoimun bereaksi terhadap sel tubuh sendiri. Ketika sistem kekebalan tubuh error, di mana seharusnya bertugas melindungi tubuh, namun berbalik menyerang tubuh. Autoimun dapat mengganggu aktivitas seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Tidak heran kalau badan sampai drop karena semua penyakit itu bercampur aduk dan menyerang saya. Kalau dulu saya hanya minum satu atau dua macam obat, kini saya mesti minum beberapa obat dan obat itu disesuaikan dengan kebutuhan tubuh saya mulai dari beta blocker, obat penenang, anti nyeri, anti peradangan, antibiotik, obat lambung dan vitamin. 

Setelah bergabung dengan komunitas Autoimun, pengetahuan saya semakin bertambah. Penyintas autoimun memang lebih baik bergabung di grup dengan sesama penderita AI agar bisa sharing atau membagi pengalaman seperti bagaimana rasanya walaupun penanganan pada setiap orang berbeda-beda. Yang pasti bisa saling support satu sama lain, terutama untuk diri kita sendiri. Jangan dikira, meskipun terlihat tegar, penderita autoimun terkadang punya rasa ingin menyerah, gue banget tuh ... hiks. 

Saya jadi mengenal apa hubungan fullmoon dengan autoimun dan apa itu sebenarnya brain fog. Sesuatu yang sebelumnya belum saya alami dan belum saya sadari. Dua tahun terakhir ini yang namanya Brain Fog terlihat seperti nyata adanya. Bukan hanya berkurangnya fokus dan konsentrasi tapi saya juga sering lupa, meskipun bukan jenis lupa permanen. Entah sudah berapakali saya lupa menaruh barang, membeli barang, bolak-balik kesana kemari hanya untuk mengingat dan mungkin juga dalam hal janji. Kadang saya juga bingung mesti mau ngapain dulu, mau ngomong apa, Ibu saya juga sering bilang kalau saya sekarang payah konsentrasinya. 

Meskipun Grave’s Disease termasuk mudah diobati dan bukan yang termasuk autoimun yang berat namun sulit dikontrol dan bisa menyebabkan komplikasi-komplikasi yang berat kalau tidak segera ditangani. Saya mesti menjaga aktivitas dan diet saya seperti dulu saat terapi lima tahun. Menjaga agar badan saya tidak nge-drop dan bisa memicu flare lagi. Saya terapkan kembali terapi yang diberikan Profesor yang dulu merawat saya karena lebih efektif dan masa remisi yang saya dapat juga lebih panjang. Nggak boleh marah, nggak boleh sering mewek, semuanya di bawa happy aja. Dulu selama lima tahun saya benar-benar tidak bersentuhan dengan internet. Laptop dan modem ada ditangan adik saya. HP juga yang nggak canggih, yang penting ada kamera cybershoot buat motret kue-kue dagangan saya. Kalau menulis, saya memakai cara manual, tulis dulu dikertas baru diketik ke PC jadul saya dan tidak bisa berlama-lama karena mata saya tidak tahan. Setelah tahun kelima ( terapi hampir selesai ) barulah saya punya akun medsos seperti FB, itupun yang buatin juga tante saya karena waktu itu studi di Leeds, UK, untuk komunikasi, mahal diongkos kalau telpon-telponan atau sms terus ... he he he. Browsing juga masih saya batasi, seminggu hanya dua atau tiga kali ke warnet dekat rumah, kalau saya buka laptop dirumah bisa seharian full ... LoL. Dulu memang tidak secanggih sekarang ya, banyak medsos bertebaran tapi dari sisi positifnya adalah kita tidak menjadi internet addict, kalau sekarang kayaknya susah banget lepas dari handphone.

Yang paling berat kalau urusan habluminannas alias bersosialisasi dengan manusia karena penderita autoimun selain harus pintar mengatur aktifitas sosial, juga harus bisa me-manage dirinya sendiri dan itu adalah hal yang benar-benar susah. Sebagai makhluk sosial kita tidak mungkin menghindar dalam urusan ini. Tidak semua orang bisa memahami atau mengerti. Kita sendiri juga tidak mungkin menjelaskan pada setiap orang tentang kondisi kita. Apalagi kalau sudah merasakan sakit yang beruntun dan masih ditambah dengan menghadapi orang yang rada-rada nggak jelas gitu, sajak é kok ngécé banget. Penyintas autoimun tidak pernah ingin dikasihani kok, kalaupun bercerita hanya untuk berbagi pengalaman dan mencari solusi. Tidak ada maksud apa-apa, apalagi kalau untuk cari perhatian, ngeluh, atau apalah. Yang saya lihat nih, justru orang normal yang malah banyak keluhan dan tuntutan. Memang sih, orang jaman sekarang kayaknya punya kecenderungan tidak punya etika, rasa sok pinternya gede banget dan nyinyirnya minta ampun. Kalau ngadepin orang seperti itu mendingan usir-usir manjaa ajaahh ... he he he.

Saat ini Alhamdulillah, kondisi saya sudah stabil, meskipun kalau malam kaki kadang masih terasa nyeri, kadang tiba-tiba mual, leher merasa nggak nyaman dan mata juga kadang tidak tahan cahaya. Btw, ini waktu terlama saya nulis dan online, mata saya juga sudah tidak silau lagi. Semoga besok-besok lebih lama lagi. Begitulah yang namanya autoimun, datang tak diundang, pergi nggak pamitan kayak jalangkung .... he he he. Jadi harus ikhlas dan berdamai dengannya. Saya masih banyak istirahat dan mengurangi aktifitas. Mengurangi aktifitas bukan berarti tidak berkarya lho ya. Setiap orang pasti pengin dong, usaha yang dirintisnya semakin berkembang. Kerja tapi nggak ngoyo gitu alias tetap waspada karena sedikit saja ada kesalahan, kondisi saya bisa menjadi tidak stabil. Selalu menjaga keseimbangan mind, body and soul. Tapi yang namanya autoimun meskipun telah berusaha di kontrol, tetap aja memberikan kejutan-kejutan yang tidak diundang, namun jika diperhatikan dan dijaga dari berbagai aspek semoga kejutannya menjadi tidak berat, cepat bisa ditanggulangi atau bahkan bisa dicegah. 

Bagaimana kita menjalani hari-hari untuk kedepannya adalah sebuah pilihan. Bukan hanya tentang penyakitnya aja tapi juga tentang kehidupan. Saya masih terus berusaha memahami, mempelajari dan berusaha untuk mengontrolnya hingga bisa mencapai remisi. Meski berat yang telah saya lalui, namun saya masih banyak keberuntungan dan saya harus banyak bersyukur. Autoimun buat saya adalah tempat berbagi dan belajar. Ibarat anak kecil, sayalah yang perlu mengenal dan bertoleransi dengan autoimun. Dan ketika anak kecil itu merengek-rengek, saya sudah punya jurus jitu untuk menenangkannya. Sebagai manusia tugas saya hanya berikhtiar, semoga dengan izin Allah SWT, saya bisa pulih seperti dulu. Buat teman- teman penyintas autoimun, terus semangat yaak ... We are the Winner. 

Wednesday 26 April 2017

RA. KARTINI DAN KONTROVERSI



Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia selalu memperingati Hari Kartini. Anak-anak sekolah dan wanita pekerja kantoran seperti diwajibkan memakai pakaian tradisional kebaya ala Jawa untuk memperingati peran Raden Ayu Kartini yang dianggap sebagai tokoh emansipasi wanita Indonesia. Saya sebut Raden Ayu, karena Kartini sudah menikah, sebutan Raden Ajeng atau Raden Roro hanya untuk gadis yang belum menikah. Biar nggak gagal paham maksudnya ... LoL. 

Meski diperingati setiap tahun, adanya pro dan kontra mengenai peringatan Hari Kartini terus berlanjut. Banyak hal yang selalu menjadi perdebatan terutama mengenai penetapan tanggal 21 April atau hari kelahiran RA Kartini pada 21 April 1879 sebagai Hari Kartini. Perjalanan hidup seorang Kartini pun, sejak ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 1964 oleh Presiden RI, Soekarno, juga sudah menuai kontroversi. Ada beberapa alasan yang mengundang tanda tanya dengan kehidupan Kartini seperti pendidikan ala Barat, asupan buku dan majalah eropa. Yang paling menghebohkan adalah kecurigaan adanya rekayasa penggelembungan gagasan dan pemikiran Kartini melalui surat-surat korespondennya kepada Rosa Manuela Abendanon-Mandri, istri JH. Abendanon yang seorang menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan. Dugaan yang muncul bahwa J.H. Abendanon yakni suami salah satu sahabat pena Kartini, telah merekayasa, merubah atau meng-edit surat-surat Kartini. 

Kecurigaan ini timbul karena buku ini terbit tepat pada saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis ( politik balas budi ) di Hindia Belanda dan J.H. Abendanon termasuk orang yang berkepentingan dalam mendukung politik etis tersebut. Sampai saat ini sebagian besar naskah asli surat Kartini tidak diketahui keberadaannya. Menurut alm. Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon sukar dilacak pemerintahan Belanda. Selama ini kita hanya di suguhi banyak buku, tulisan ataupun terjemahan yang bersumber dari buku yang di terbitkan Abendanon semata. Banyak yang meragukan pada kebenaran isi surat-surat RA Kartini. Hingga saat ini, naskah-naskah asli surat korespondensi Kartini yang disebut ke teman-teman Belandanya tidak bisa dihadirkan pihak Belanda sebagai dokumen bersejarah. Yang ada hanya isi dan kopiannya. Padahal, dari kumpulan surat-surat inilah dibuat buku oleh Belanda yang dikatakan ditulis oleh Kartini, yaitu Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya “ Dari Kegelapan Menuju Cahaya ”. Oleh J.H Abendanon, isi dari surat-surat Kartini kemudian dipublikasikan ke berbagai media di Eropa sebagai propaganda politik etis Belanda yang saat itu sedang berlangsung. Politik untuk memanipulasi media Eropa bahwa Belanda telah berbuat baik kepada negeri jajahannya. Rekayasa terakhir dari sosok Kartini oleh Belanda adalah pendirian Yayasan Kartini oleh tokoh Politik Etis Belanda, Van Deventer. Dari yayasan inilah dibangun Sekolah Kartini yang cabang-cabangnya tersebar di berbagai propinsi.

Selain kontroversi diatas, RA Kartini juga dianggap berbicara hanya untuk ruang lingkup gadis priyayi Jawa saja, tak pernah menyinggung suku atau bangsa lain di Indonesia ( Hindia Belanda ). Pemikiran-pemikirannya di tuangkan dalam rangka memperjuangkan nasib perempuan priyayi, bukan nasib perempuan secara keseluruhan. Didalam tulisan dan pemikirannya Kartini tidak pernah menyinggung nasib perempuan yang kelasnya lebih rendah. Tak pernah terlihat dalam tulisan dan pemikirannya, adanya keinginan RA Kartini untuk mewujudkan Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, apalagi dalam hal memanggul senjata. Saat itu, terkesan lebih mendukung Belanda berada di Indonesia. RA Kartini juga dianggap tidak konsisten dalam memperjuangkan nasib perempuan. Dalam banyak tulisannya ia mempertanyakan tradisi Jawa yang di anggap menghambat kemajuan perempuan, seperti tidak boleh sekolah, di pingit ketika mulai dewasa, dinikahkan dengan laki-laki tidak di kenal dan menjadi korban poligami. Ia juga tak jarang mengkritik Islam yang notabene adalah agamanya, dimana ia mempertanyakan pembenaran laki-laki yang berpoligami. Selain itu, ia juga mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan di hapalkan tanpa di wajibkan untuk di pahami. Kartini pernah mengungkapkan pandangannya bahwa dunia ini akan lebih damai jika tidak ada agama, karena agama sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah dan saling menyakiti. 

Harsja W. Bachtiar adalah salah satu tokoh sejarawan yang menggugat penokohan RA. Kartini. Dalam karangannya yang berjudul, “ Kartini dan Peranan dalam Masyarakat Kita ” dalam buku Satu Abad Kartini, Harsja mengatakan bahwa Kartini merupakan simbol bentukan Belanda. Indonesia tidak menciptakan simbol perjuangan kaum wanitanya sendiri, melainkan hanya mengadopsi. Lebih lanjut Harsja mengungkapkan, masih banyak wanita pribumi yang perjuangan dan pengabdiannya telah melampaui Kartini. Kartini bukanlah tokoh emansipasi awal. Apa gerakan pembebasan yang telah dilakukan Kartini ? Pembebasan terhadap siapa? Dari apa wanita Indonesia hendak dibebaskan ? Cukup menohok nih, terutama bagi para pengkultus atau pengagung Kartini. 

Beberapa kalangan bahkan juga menggugat sisi heroisme Kartini yang dijadikan sebagai simbol perjuangan kaum wanita. Sejarah hidup Kartini tidak lebih hanya surat menyurat saja ( Taufik Abdullah ). Tidak ada action yang dilakukan Kartini. Pendirian “ sekolah gadis ” oleh Kartini tidak sempat berkembang dan tidak memberikan pengaruh besar terhadap pendidikan kaum wanita pribumi. 

Kalau ditilik dari sejarah nasional, banyak tokoh perempuan di Indonesia yang dianggap berjasa dan dinilai mampu memberi kontribusi yang lebih progresif, bukan hanya Kartini seorang. Sebut saja nama pahlawan nasional wanita seperti Tjut Nyak Dien, Tjut Meutia, Christina Martha Tiahahu, Dewi Sartika, Rasuna Said dan Rohana Kudus. Sosok yang benar-benar berjuang tapi tidak sepopuler nama Kartini. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yaitu Malahayati. Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini. Tokoh-tokoh wanita ini secara jelas melakukan perlawanan terhadap Belanda. Dewi Sartika dan Rohana Kudus misalnya, dua wanita ini pikiran-pikirannya memang seperti sengaja tidak dipublikasikan. Raden Dewi Sartika tidak hanya giat berpikir, tetapi juga mengimplementasikan pemikirannya ke gerakan nyata dalam masyarakat dengan mendirikan sekolah khusus putri, sekolah Kaoetamaan Istri pada tahun 1902. Tidak seperti Kartini yang justru menjadi alat legitimasi politik kamuflase etis Belanda di Indonesia. RA Kartini adalah tokoh pemikir bukan pejuang emansipasi wanita. Karena tidak ada tindakan konkret dalam hal memperjuangkan emansipasi wanita. Cakupan wilayah perjuangannya pun jauh lebih luas dari Kartini yang hanya sebatas di Jepara dan Rembang saja.

Kalau tanggal 21 April dimaksudkan untuk dijadikan momentum emansipasi kaum perempuan, kan ada peringatan di hari lain yang lebih universal, misalnya Hari Ibu tanggal 22 Desember, betul nggak ? Peran Kartini masih patut di debat dengan alasan masih banyak pejuang perempuan lainnya yang perlu di peringati hari lahirnya. Peran Kartini terlalu di besar-besarkan oleh ahli-ahli sejarah Jawa dengan mengatakan bahwa Kartini sudah dianggap sebagai pejuang emansipasi wanita hanya melalui surat-suratnya yang kemudian di bukukan oleh J.H. Abendanon.

Lalu siapa yang pantas di hargai ? Seseorang dengan sebuah pemikiran atau seseorang yang melakukan tindakan nyata? Kalau RA Kartini dianggap sebagai pahlawan Nasional, bagaimana dengan Raden Dewi Sartika dan pejuang wanita lainnya yang perjuangannya lebih nyata sekaligus lebih berat bila dibandingkan dengan RA Kartini ? Jadi, ada baiknya kita, bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih, mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini ? Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgonje ? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga malah mengikuti kebijakan itu ? 

Agar tidak menjadi debat kusir karena adanya kontroversi itu, kita ulas sejenak tentang Raden Ayu Kartini. Anak perempuan dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah. Ibu dari Kartini adalah isteri pertama, tapi bukan yang utama. Karena adanya aturan kolonial Belanda yang mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Sementara, Ngasirah bukan anak seorang bangsawan. Ia hanya seorang anak kiyai, Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Ayah Kartini pun menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan ( Moerjam ), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, yaitu R.A.A. Tjitrowikromo.

Interaksi Kartini dengan literatur Belanda dan Eropa begitu kuat. Ia suka membaca buku-buku, koran, dan majalah Eropa. Dari situlah, Kartini tertarik pada kemajuan pola berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel ( paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan ). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.

Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum.

Dari bacaan-bacaan ini pula, Kartini menginginkan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht ( Kekuatan Gaib ) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder ( Letakkan Senjata ), semuanya berbahasa Belanda.

Bertolak belakang dengan pemikirannya sebelumnya, RA Kartini pada akhirnya menerima untuk dinikahkan ( dipoligami ) dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903, pada usia 24 tahun. Pada saat menjelang pernikahan, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan kala itu. Dengan kata lain bahwa Kartini, walaupun sudah berstatus istri masih melakukan aktifitas-aktifitas intelektualnya atas bantuan suami dan orang terdekat dari kalangan pribumi. Salah satu bukti bahwa Kartini sudah membuka pintu yang luas untuk dirinya adalah menjadi kolomnis untuk majalah Eropa dan menjadi penulis buku. Bukan hal yang mudah di zaman penjajah saat itu. Akan tetapi Kartini seorang gadis bangsawan dengan gaya pendidikan yang ketat tanpa mengalami kesulitan bisa menulis buku atau membaca buku-buku literatur Eropa. 

Ketika memasuki area pernikahan dan hidup di Rembang bersama suami tercinta, rupanya sang suami sangat mendukung visi, misi dan tujuannya. Terutama dalam hal pendidikan dan menulis buku. Kartini sudah membuat plot buku yang bertema Babat Tanah Jawa, tapi buku itu belum selesai ditulis karena meninggal dunia. Juga ada peran seorang ulama Kyai Sholeh Darat atau Kyai Mohammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang, yang mengajarkan tafsir Surat Al-Fatihah dalam bahasa Jawa agar Kartini lebih memahami Islam. Kyai inilah yang memberi pencerahan dari surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya ( Minazh Zhulumaati ilan Nuur ), sejarah istilah “ Habis Gelap Terbitlah Cahaya “ yang ternyata berasal dari Al-Quran. Kata dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan ( jahiliyah ) ke tempat yang terang benderang ( hidayah atau kebenaran Ilahi ). Tapi Kyai itupun wafat dengan misterius, sebab umat islam memang sepertinya sengaja dijauhkan dari ilmu agamanya sendiri. 

Baik yang pro maupun kontra, saya anggap menarik, karena kita bisa berwacana dalam dua arah yang berbeda. Sayangnya fanatisme membabi buta atau pengkultusan ala Indonesia masih saja belum hilang dalam benak sebagian dari kita. Sehingga wacana menarik ini jadi arena debat kusir dengan mengesampingkan realita dan logika pada akhirnya. Yang pro terlalu mengkultuskan dan yang kontra bakalan dibully, dianggap tidak mendukung emansipasi wanita. Tapi jujur ya, secara logika saya cenderung percaya kalau RA. Kartini memang hanya bentukan Belanda sebagai alat propaganda politik etis. Dimana saat itu Belanda kehilangan pamor di daerah jajahan dan berusaha meniru Inggris yang lebih maju dalam hal memakmurkan koloninya. Surat-surat asli Kartini yang tidak bisa dilacak keberadaannya sehingga memunculkan kontroversi bahwa sebagian isi buku tersebut adalah rekayasa. Kartini dianggap alat propaganda karena sekolah Kartini dibangun dimana-mana bukan oleh keluarga Kartini melainkan oleh Yayasan Kartini yang didirikan oleh keluarga Van Deventer, tokoh politik etis. 

Kalau boleh membandingkan nih, silsilah keluarga nenek dan kakek saya sendiri sebenarnya juga tidak jauh berbeda dengan keluarga RA. Kartini. Mulai dari uyut sampai nenek, kakek saya dan saudara-saudaranya karena mereka hidup di jaman Kartini, bahkan juga sebelumnya. Sepupu dan kakak-kakak nenek saya ada yang seusia dengan RA Kartini, mungkin juga lebih tua. Di Solo juga ada dua kerajaan dan bukan hanya daerah kadipaten. Keluarga uyut saya juga penganut didikan Jawa kuno dan pesantren tapi anti kolonialisme, feodalisme dan imperalisme lho yaa, jangan salah. Saat itu, sekitar tahun 1850-an sudah ada sekolah khusus keputrian dan untuk gadis priyayi boleh memilih antara sekolah keputrian atau sekolah dirumah, istilah kekiniannya home schooling. Gadis-gadis dibekali dengan ketrampilan menjahit, memasak, menyulam, menyongket, membaca, menulis, tata krama dan pendidikan keluarga.

Perbedaan yang terlihat begitu kentara bagaimana seorang Kartini lebih dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan yang dibentuk oleh ayahnya yang sudah pasti pro Belanda. Kakek Kartini dari ibunya adalah seorang Kyai yang aktif mengajarkan agama Islam di daerahnya. Sangat disayangkan karena sang Ibu tidak mengajarkan anaknya tentang Islam. Kartini lebih banyak mendapatkan didikan ala Barat dan sekaligus Jawa Ningrat karena ayahnya adalah seorang Adipati. 

Jadi tidak heran kalau kiblatnya kesana dan keinginannya begitu kuat untuk melepaskan diri dari belenggu adat yang menurutnya menghambat kemajuan dirinya, mungkin juga gaya hidup yang didambakannya. Gadis keturunan bangsawan memang mempunyai privilege untuk bisa mengenyam pendidikan di level tertentu pada masa itu. Meskipun bukan pendidikan dalam level yang tinggi, setidaknya wanita keturunan bangsawan masih bisa menikmati bangku sekolah dibandingkan dengan wanita dengan status sosial biasa. Kenyataannya adalah RA Kartini yang hidup dalam lingkungan ningrat Jawa, memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan Belanda dan melahap literatur-literatur penting seperti buku-buku sastra dan majalah dibacanya hingga umur 12 tahun. Dengan kemampuan bahasa Belanda yang bagus, Kartini memang belajar banyak hal dari “Barat”. 

Kalau saya amati nih, nenek saya dan seluruh klan-nya terutama yang perempuan sepertinya tidak ada yang terbelakang, rata-rata fasih berbahasa Arab dan juga Belanda. Jadi, yang ngajarin nenek saya dan saudara-saudaranya pantas disebut pejuang emansipasi juga mestinya ya ... LoL. Anak-anak gadis uyut saya juga banyak yang mengajar di sekolah atau pondok pesantren dan melanglang buana ke beberapa daerah di Jawa Timur. Ada yang menikah muda dan juga ada yang sudah cukup umur. Ada yang mau dijodohkan dan ada yang memilih sendiri partner hidupnya. Nenek saya sendiri menikah saat usia 30 tahun dengan sepupu dari pihak ibunya. Yang seperti itu jaman dulu sudah biasa kali yaa. Eh, nggak ding, tante saya ada yang menikah dengan sepupunya dan sepupu saya ada juga yang dijodohkan ... he he he. Pada akhirnya, semua itu berbalik pada sistem dan prinsip yang dianut. Mau dijalani ya monggo, tidak dijalani ya nggak apa-apa. Tapi kalau soal tata krama Jawa, keluarga saya masih memakainya walaupun sudah banyak yang terkontaminasi alias luntur akibat perkembangan jaman.

Kata nenek saya, jaman dulu kalau ada orang dari daerah yang diangkat menjadi pejabat oleh Belanda, rasa feodalnya malah melebihi orang yang benar-benar keturunan bangsawan atau berasal dari kerajaan. Istilah jaman kekiniannya kendoro-doronen atau gila pangkat dan hormat. Lucunya nih, sekarang malah banyak orang yang kepengen banget punya gelar bangsawan keraton dan sampai dibela-belain dengan mengeluarkan uang banyak demi gelar Raden Mas atau Raden ayu. Padahal, seperti yang Kartini bilang, dalam kritikannya pada tradisi Jawa yang mengekangnya sebagaimana ditulisnya kepada Stella, ”Adat sopan-santun kami, orang Jawa, amatlah rumit. Adikku harus merangkak bila hendak lalu di hadapanku. Kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, haruslah segera ia turun duduk di tanah, dengan menundukkan kepala, sampai aku tidak kelihatan lagi. Tiap kalimat yang diucapkan haruslah diakhiri dengan sembah. Seorang gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek-pendek, gerakannya lambat seperti siput, bila berjalan agak cepat, dicaci orang, disebut “kuda liar”. Peduli apa aku dengan segala tata cara itu. Segala peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu.” ( Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899 ). 

Kalau bagi saya pribadi, saya lebih suka menyebut RA Kartini sebagai a good reader,  great observer, pejuang literasi dan seorang penulis yang handal. Seorang gadis bangsawan muda yang mengalami pergolakan batin tapi bisa menorehkannya kedalam tulisan. Meninggal dalam usia yang masih sangat muda, 25 tahun ( 1879-1904 ) dan sayangnya, wanita itu tidak mendapatkan didikan agama dengan baik. Mengutip kata-kata Albert Einstein, Ilmu tanpa agama lumpuh, Agama tanpa ilmu buta. Setelah Kartini mengenal Islam sikapnya terhadap Barat mulai berubah, seperti suratnya pada Rosa Abendanon, 27 Oktober 1902, “Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna ? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban ?” ( Surat Kartini kepada Rosa Maria Abendanon, 27 Oktober 1902 ).

Jadi meski terdapat kontroversi mengenai peringatan Hari Kartini, yang harus selalu diingat adalah adanya energi positif yang dapat diserap oleh semua orang, khususnya kaum wanita, untuk terus berkiprah di tengah segala keterbatasan yang dimiliki. Melalui kegiatan menulis, keterbatasan yang ada dapat ditembus dan dijadikan energi untuk mengembangkan potensi diri. Sosok RA Kartini yang rajin menulis layaknya seorang blogger patut dijadikan contoh. Hanya dengan menulislah kita meninggalkan warisan sangat berharga buat anak cucu. Untuk dijadikan pengalaman bagi setiap insan di dunia ini dan tentunya sebagai self reminder bagi si penulis.

Walaupun menjadi kontroversi soal keotentikan surat-suratnya, tapi saya suka dengan kutipan ini, “ Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan fikiran ( fikroh ) dan keningratan budi ( akhlak ). Tidak ada manusia yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya dari pada melihat orang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholih orang yang bergelar macam Graaf atau Baron ? Tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku yang picik ini ” ( Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899 ) dan kutipan yang ini “ Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya” ( Surat Kartini kepada Rosa Maria Abendanon, Agustus 1900 ).

Intinya, dalam ajaran Islam, perempuan itu istimewa. Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda untuk menjadi partner yang saling melengkapi. Laki-laki memang kepala keluarga, seorang imam, Arrijalu qowwamuna 'alannisaa'. Wanita dalam Islam adalah mitra pria bukan sekedar lawan jenis yang cenderung bernuansa rivalitas dan kontradiksi ataupun hanya sebagai pemuas nafsu, filosofinya adalah dua pasang insan yang berlainan jenis yang saling melengkapi dan membutuhkan. Seperti yang dijelaskan dalam Quran surat At-Taubah ayat 71, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka ( adalah ) menjadi mitra dan penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh ( mengerjakan ) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar.”

Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “ Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”. Memahami dan menghayati semangat Kartini secara benar akan menambah keistimewaan itu. Menuntut emansipasi berlebihan justru akan membuat hidup kaum wanita melenceng alias kebablasan karena melupakan kodratnya sebagai perempuan. 

Pihak yang mendukung peringatan Hari Kartini pasti membanggakan bahwa Kartini bukan sekadar tokoh emansipasi wanita yang mampu mengangkat derajat kaum perempuan di Indonesia saja tapi juga di Eropa. Kartini juga dianggap sebagai tokoh fenomenal. Melalui aneka gagasan serta ide-ide pembaharuannya, dia telah dianggap sebagai pejuang emansipasi wanita. 

Apapun itu meski ada pro dan kontra, semua itu hanyalah catatan sejarah. Tak perlu sampai berdebat kusir seperti yang bisa kita baca di kolom komentar beberapa media online. Ada atau tidak ada seorang Raden Ayu Kartini, perubahan jaman akan terus terjadi dan ini tidak bisa kita hindari. Takdir sudah ditentukan dan Raden Ayu Kartini tidak dapat dipanggil kembali untuk sebuah konfirmasi. Isi benaknya tetap tersimpan dalam deretan tulisan sejarah yang ditorehkan orang lain dan tumpukan surat-suratnya dalam lingkaran elit kolonial. Kartini tampaknya memang ditakdirkan menjadi milik semua golongan dan diperebutkan oleh berbagai pihak untuk bermacam-macam kepentingan. 

Satu lagi soal emansisapi eh emansipasi, tak perlu ada rasa lebih tinggi atau rendah. Dua tangan berlainan jenis yang saling bergandengan dan bahu membahu itu lebih baik. Berjalan beriringan, terkadang salah satu berlari lebih cepat atau lambat. Kalau memang bisa gantian apa susahnya sih, gitu aja kok repot ... he he he. Sekedar opini aja yak, semoga bermanfaat dunia akhirat ... 


Have A Nice Day ...



# SUMBER : WIKIPEDIA INDONESIA

Sunday 26 March 2017

LOVE, SINCERITY & INTENTION


Manusia dan kehidupan memang tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan cinta. Seperti yang sudah-sudah, tema cinta adalah tema yang tidak pernah bosan untuk dibahas. Apalagi bulan Februari lalu, seluruh dunia merayakan apa yang disebut Valentine’s Day. Cinta dalam sebentuk coklat. Sebegitunya sampai-sampai disetiap sudut pertokoan bertaburan warna pink, setangkai bunga mawar dan tentu saja coklat dengan kemasan “ hati “ sebagai ungkapan rasa cinta. Kalau saya sih lebih suka memilih akad nikah daripada dikasih coklat mewah ... he he he.

Meskipun tidak pernah merayakan dengan apa yang disebut “ hari kasih sayang “ itu, soalnya tidak ada yang ngasih saya coklat nih, kasian banget yaak ... LoL. Juga tidak ingin membicarakan sejarah ataupun hukum mengikuti perayaan itu, karena saya yakin seyakin-yakinnya, pasti sudah banyak yang tahu, mendengar dan membaca tentang semua itu. Mau merayakan atau tidak, pilihan ada ditangan Anda. Hanya sedikit ingin menguak hubungan antara cinta dengan niat dan ketulusan. Dan yang terjadi adalah, ternyata susah payah saya menulisnya, bahkan sampai berminggu-minggu nggak kelar-kelar. Lebih mudah bagi saya untuk menulis resep masakan, cerita lucu dan artikel ilmiah daripada menulis dengan tema cinta, lebih menguras energi dan tentunya perasaan ... LoL. Tapi yang lebih penting lagi adalah adanya pelajaran baru yang saya temui pada saat yang tidak saya sangka sebelumnya. 

Lanjut ke urusan cinta. Cinta itu tidak bisa ditebak, kadang kadang bisa membuat hati kita berbunga bunga, menangis dan kadang-kadang juga membuat kita lupa diri. Pandangan orang terhadap cinta pun lain-lain dan terkadang orang tidak bisa membedakan antara rasa suka dan cinta. Sebagai contoh nih, misalnya kita punya rasa kekaguman terhadap public figure, tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang good looking ataupun punya teman yang menarik hati sehingga membuat kita suka melihatnya dan betah ngobrol dengan mereka, apa seperti itu bisa dinamakan cinta atau jatuh cinta ? kan nggak tuh. Memang sih, pada awalnya bisa dari hal-hal kecil seperti itu. Wajar karena sebagai manusia yang normal pasti punya ketertarikan terhadap lawan jenis, berarti indra perasa kita berjalan dengan normal. Memangnya salah kalau kita punya rasa kekaguman dan suka dengan lawan jenis. Apalagi kalau pacaran juga nggak, kencan juga nggak pernah dan ngobrol pun beramai-ramai. Kalau ada orang yang berpikiran seperti itu saya anggap pikirannya dangkal banget yaakk. Perasaan cinta itu yang saya tahu, tidak sesederhana rasa suka ataupun kagum tapi lebih dari itu. Apalagi kalau didasari dengan niat baik dan benar-benar tulus.

Di jaman kuda doyan besi saat ini, banyak orang dengan mudahnya berkata, I love you meskipun baru bertemu sepuluh menit. Tidak sedikit yang mengartikannya sebagai love at the first sight. Begitukah ? Semudah itu ? Dan yang lebih parah lagi adalah banyak orang yang berkompetisi untuk mendapatkan cinta ini, satu orang diperebutkan banyak orang, seru yaa ... he he he. Tidak salah sih, namanya juga usaha ... LoL. Karena jodoh bisa saja beredar dimana pun atau kapan pun. Karena adanya kompetisi cinta ini, ada yang dengan mudahnya mengatakan, yang penting niat, namanya juga ikhtiar. Pertanyaannya, dimana letak ketulusannya ? Tentunya, yang namanya kompetisi itu, entah terlihat atau tidak terlihat, yang terjadi adalah adanya perlombaan menunjukkan eksistensi dirinya yang terbaik dan rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Ada juga yang suka templok sana-sini dengan dalih mencari pasangan yang cocok dengan mengatas namakan cinta. Terus niat baiknya apa kabar ?

Nah, yang ini nih, semua dengan atas nama niat baik. Memang sih, Innamal a’malu bin niyat. Semua amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan niat itu pada umumnya terselubung di dalam hati dan tidak terlihat. Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa yang tahu. Kenyataan yang sebenarnya adalah susah untuk mengenali, mana yang benar-benar tulus mencintai kita apa adanya, bukan ada apanya, he he he. Ngomong-ngomong, mana ada manusia di muka bumi ini yang mau mengaku punya niat buruk, betul nggak ? Para penjahat, enggak maling, jambret, copet, pengedar narkoba, koruptor kalau ditanya kenapa ia melakukan kejahatan itu, pasti mereka mengatakan kalau niat mereka baik, untuk menafkahi anak dan isteri. Karena niat inilah maka ditempuhlah segala macam cara. Niatnya baik tapi cara-cara yang dilakukan tidak terpuji. 

Jadi, ada relevansi yang kuat antara cinta, niat dan ketulusan. Seperti sebuah pohon, masing-masing saling melengkapi antara akar, batang dan daun. Memang, di dunia ini tidak akan pernah ada orang yang sempurna. Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Orang yang benar-benar tulus mencintai tidak akan peduli bagaimanapun kita sehingga kita tidak perlu berpura-pura di depannya. Tidak perlu ada yang disembunyikan ataupun ditutup-tutupi. Tidak akan peduli meskipun kita memiliki banyak kekurangan. Namun sejauh mana kita bisa menilai ketulusan seseorang, tentunya itu akan sulit dan tidak semudah menjentikkan jari, era pencitraan gitu loh. Ketulusan dan niat itu hanya bisa dirasakan dan benar-benar tidak terlihat. Meskipun itu terkadang tercermin dalam sebuah sikap, tapi tak selamanya sikap itu mencerminkan isi hati seseorang. Kelihatannya sih alim dan pendiam, ternyata ada udang dibalik gimbal dibalik sikapnya itu.

Btw, tidak sedikit lho yang merasa tertipu karena persoalan cinta ini. Sebaliknya, orang yang benar-benar tulus pun juga malah sering dicurigai. Dikira pembohong-lah, punya maksud tertentu-lah, inilah, itulah. Karena saya juga termasuk manusia yang sering dicurigai nih ... he he he. Kalau ada yang bertanya, kenapa saya belum menikah, jawaban secara pastinya saya tidak tahu. Tapi kalau soal praduganya banyak ... LoL. Mungkin kadar keimanan saya sedang diuji ALLAH, mungkin saya telah banyak melakukan kekhilafan, punya banyak kekurangan, mungkin  akibat doa jelek orang lain atau  mungkin juga ALLAH punya rencana lain yang saya tidak tahu. Sebagai manusia yang banyak kekurangan, saya tahu diri kok, pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka. Maklum-lah, yang namanya sifat hasad, hasud, iri, dengki dan lain-lain banyak menghinggapi manusia terutama kaum perempuan. Ya, sudahlah, apapun penilaian orang lain, monggo kerso panjenengan, aku ra popo. Lebih baik mengoreksi diri sendiri dari pada menenggelamkan diri pada penilaian orang lain, is it right ?

Jujur, saya memang suka banget bercanda, tapi kalau urusan hati, jangan tanya dah, 100 % serius. Makanya saya tidak pernah mau bermain-main dengan perasaan orang apalagi mempermainkan hati, bisa fatal akibatnya. Apalagi kalau berkompetisi soal cinta, nggak banget deh, lebih baik mundur aja, saya persilahkan bagi yang mau rebutan. Ambil sono seampas-ampasnya ... LoL. Bukan karena saya pengecut, tapi urusan perasaan itu panjang karena ALLAH, SWT yang menciptakan adanya rasa itu. Meremehkan perasaan berarti juga meremehkan Sang Pencipta-Nya. Memang puyeng kalau sudah menyangkut urusan hati yakk. Tapi kalau memang benar-benar cinta pasti ada keyakinan, kepastian, tidak akan ada perbandingan, tidak akan memilih yang lain, tidak akan mempermainkan, tidak akan men-dholimi dan tidak akan menarik ulur. Memangnya perasaan itu layangan berbentuk hati apa ? he he he.

Last but not least, mengutip dari Darwis Tere Liye, “ Waktu yang akan menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Niat baik dan tujuan-tujuannya. Jika sejatinya memang baik, maka seiring waktu berjalan, akan terlihat semakin terang, sebaliknya, jika hanya topeng, maka seiring waktu berlalu, pasti akan terbuka juga “.

Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi kita semua ... Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

HAVE A NICE DAY ...


Tuesday 7 February 2017

AUTOIMMUNE DISEASES


Pasti banyak yang nggak ngeh dengan penyakit yang satu ini. Sama seperti teman-teman saya, penyakit opo kuwi ? kakehan mentimun ? ... LoL. Wajar karena selama ini saya memang tidak pernah kontak dengan mereka dan lebih banyak menyembunyikan diri juga. Jadinya hanya beberapa gelintir yang paham dan lebih banyak yang tidak tahu. Hanya satu kata Autoimmune tapi ada lebih dari 80 jenis. Dan saya adalah salah satu penderita autoimmune Graves Disease atau Hyperthyroid, artikelnya sudah saya share beberapa kali di blog ini. Akhir-akhir ini, tidak sedikit orang yang didiagnosa oleh dokter menderita penyakit autoimun. Persamaan lain semua penyakit autoimun adalah sistem imunnya “ error “. Meskipun sebabnya belum diketahui, ada beberapa faktor pemicunya seperti virus, stress fisik maupun emosional, genetik atau faktor lingkungan lainnya.

Trus, apa sih sebenarnya penyakit autoimun itu ? Dari segi bahasa auto artinya diri sendiri dan imun artinya sistem pertahanan tubuh. Jadi pengertian autoimun adalah sistem pertahanan tubuh mengalami gangguan sehingga menyerang sel-sel tubuh itu sendiri. Merupakan penyakit kelainan pada kekebalan tubuh dimana sistem kekebalan tubuh kita yang seharusnya menjadi benteng dalam menghadapi penyakit justru malah menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh kita sendiri. Sistem kekebalan tubuh adalah kumpulan sel-sel khusus dan zat kimia yang berfungsi melawan penyebab infeksi seperti bakteri dan virus serta membersihkan sel-sel tubuh yang menyimpang, misalnya pada kanker. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang keliru menyerang jaringan tubuh sendiri. Penyakit ini bisa berdampak pada bagian tubuh seseorang seperti otak, mata, jantung, hati, paru dan sel darah. Ibaratnya seperti “senjata makan tuan”, itulah yang dikenal dengan sebutan autoimun.

Dalam istilah medis, tercatat ada sekitar lebih dari 80 jenis penyakit autoimun. Diantaranya yang sering dikenali adalah rheumatoid arthritis ( radang sendi ), hashimoto tiroiditis ( hypotiroid ), graves disease ( hyperthiroid ), reactive arthritis ( peradangan sendi, saluran kencing dan mata ), myasthenia gravis ( gangguan neuromuskuler yang melibatkan otot dan saraf ), dermatomyositis ( penyakit otot yang dicirikan dengan radang dan ruam kulit ), sjorgen sindrom, addison ( penyakit yang terjadi ketika kelenjar adrenal tidak memproduksi cukup hormon ), multiple sclerosis ( gangguan autoimun yang mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat tulang belakang ), systemic lupus erythematosus ( lupus atau gangguan autoimun kronis, yang mempengaruhi kulit, sendi, ginjal dan organ lainnya ), hemolityc anemia, psoriasis ( merah, kulit bersisik, papula, plak dan biasanya gatal kulit ), antiphospholipid syndrome ( APS ), idiopathic thrombocitopenic purpura ( ITP ), vitiligo, celiac disease, ankylosing spondylitis, guillain-barre syndrome (GBS), alopecia areata dan masih banyak lagi.

Gejala yang dialami setiap penderita bervariasi, tergantung pada jenis penyakitnya. Tapi gejala umum yang dirasakan nyaris sama seperti yang dulu sering saya rasakan. Pusing, fatigue atau kelelahan luar biasa, tremor, otot kaku, disorientasi, demam tingkat rendah, mudah marah, gelisah, berat badan naik turun, sensitif terhadap cahaya, nyeri di pada anggota-anggota badan, pencernaan bermasalah, rambut mengalami kerontokan parah, sering terkena sariawan, kehilangan keseimbangan dan kurang konsentrasi. Yang dimaksud kurang konsentrasi disini adalah sesaat Anda kehilangan memori dan fokus. Entah saat sedang menulis, menaruh atau mengambil suatu benda dan saat berbicara. Tapi bukan kehilangan memori seperti amnesia atau alzheimer lho yaa, cuma sesaat aja. Karena gejala-gejala dari beberapa gangguan autoimun yang serupa inilah sehingga membuatnya sulit untuk di-diagnosa jenis gangguan dan memberikan pengobatan yang tepat. 

Meskipun para ahli belum bisa menentukan penyebab pasti dari gangguan autoimun, tetapi dari hasil tes fisik dan cek laborat dapat dikenali. Kalau yang secara fisik terlihat, mungkin lebih cepat didiagnosis. Yang kadang tidak mudah dideteksi yang jenisnya tidak terlihat alias invisible illness. Jenis gangguan ini bisa menyebabkan kerusakan jaringan tubuh, perubahan fungsi organ atau perubahan dalam pembentukan organ. Gangguan autoimun yang paling terpengaruh adalah pembuluh darah, otot, sendi, jaringan ikat, kulit, sel darah merah dan kelenjar endokrin. Ada kalanya gangguan juga mempengaruhi lebih dari satu bagian tubuh. Jadi, sangatlah mungkin bagi seseorang untuk terkena lebih dari satu gangguan autoimun pada saat yang sama. Kalau dokter pun dibikin bingung, apalagi si penderita ... pilu, hiks.

Meskipun ada yang terlihat dan yang tidak terlihat, pengobatan untuk gangguan autoimun biasanya efektif. Hal ini membantu mengontrol gejala sehingga penderita bisa beraktifitas kembali secara normal. Apalagi kalau si penderita menerapkan pola hidup sehat. Pada sebagian besar penderita, penerapan pola hidup sehat telah terbukti menekan gejala yang timbul hingga mencapai remisi, yaitu kondisi dimana penyandang dapat beraktivitas layaknya manusia normal tanpa bantuan obat-obatan. Saya mengalami masa remisi ini cukup lama, sekitar empat tahunan. Namun, akan ada saat-saat ketika gejala mungkin menjadi lebih buruk, tetapi mereda lagi pada akhirnya. Periode ini disebut flare-up. Dan yang saya alami di bulan Januari lalu adalah flare-up ini. 

Saya memang pernah mengalami thyroid storm atau thyrotoxic crisis, yaitu suatu kegawat daruratan yang terjadi akibat peningkatan hormon tiroid secara mendadak dan drastis. Profesor yang menangani saya menyebutnya dengan istilah panik mendadak. Pernah menjadi penghuni ICCU dan yang kedua kali, Alhamdulillah, meskipun kadar T3 dan T4 naik, T4 sampai 77 ( angka rujukan maksimal 22 ) kesadaran saya masih stabil, sel-sel didalam tubuh masih kuat melawan sehingga tidak perlu dirawat inap. Dulu kalau mau sesak napas pasti ditandai dengan badan yang terasa seperti keracunan, nyeri di dada, terutama dibagian leher. Gejala yang saya alami kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Benar-benar diluar dugaan karena tidak ada tanda-tanda karena tiba-tiba saja detak berjalan cepat, tremor, pandangan mata kabur, sesak napas dan gelisah. Endingnya sudah pasti bisa ditebak, harus rawat inap di rumah sakit karena memerlukan terapi oksigen secara intensif. Itu juga belum berakhir karena setelah beberapa hari dirumah dan saya mesti mondok lagi di rumah sakit karena terkena panic attack berulang. Setelah KO untuk yang kedua kalinya ini, baru diketahui kalau hasil cek darah saya ternyata lebih buruk dibanding yang sebelumnya. Meskipun kadar FT4, TSHS dan CT Scan thyroid normal, hasil tes darah hematologi ada yang naik dan ada juga yang turun. Kesimpulannya, saya terkena panic attack karena ketahanan tubuh saya memang sedang drop alias tidak ada perlawanan akibat terinfeksi. Hal inilah yang jadi penyebab utamanya dan jangan ditanya gimana rasanya yakk. Jadi selama 2 bulan kedepan mesti lebih berhati-hati karena selama waktu-waktu itu saya berada dalam masa recovery.

Meskipun pengobatan untuk penyakit autoimun hanya dirancang untuk mengontrol gejala dan menekan sistem kekebalan tubuh saja, tapi ini jauh lebih baik berobat daripada tidak menerima pengobatan sama sekali. Asal tahu aja, gangguan autoimun yang tidak diobati, bisa mengakibatkan komplikasi yang lebih serius dan mengalami risiko yang lebih buruk, lebih dari sekedar infeksi. Dalam perkembangan dunia medis, belum ditemukan obat yang dikatakan dapat menyembuhkan penyakit autoimun, namun penelitian terus dikembangkan untuk itu. Meskipun begitu, penyakit ini dapat dikontrol dengan obat-obatan yang ada alias di non-aktifkan untuk menekan progesifitas penyakit. Proses ini bagi seorang dokter juga tidak semudah membalikkan telapak tangan karena gangguan autoimun tidak dapat dicegah, terutama jika penyebab pastinya tidak diketahui. Obat-obat hanya meringankan atau menghilangkan gejala tetapi tidak mengubah perjalanan penyakit. Namun, tidak jarang juga penderita merasakan obat-obat tidak banyak manfaatnya. Dan jujur ya, obat itu seperti narkoba bagi penderita autoimun karena untuk melepaskan ketergantungannya sangat tidak gampang. Bagi penderita hyperthyroid, Propylthiouracil / PTU, Methimazol / MMI, Propanolol, bukan barang baru lagi. Yang paling gawat adalah obat penenang atau obat tidur seperti Clobazam, Alprazolam, Ativan dan Valisanbe karena obat-obat itu nama patennya adalah Xanax. Meskipun obat generik tapi tetap saja menyebabkan ketergantungan bagi si penderita. Karena penderita hyperthyroid memang susah tidur dan sering gelisah. Tapi mesti perlu diperhatikan juga kalau obat-obat yang dikonsumsi penderita autoimun pada umumnya mengiritasi lambung ( gastritis ), makanya kemarin dokter ahli endokrinologi terus terusan memberi saya obat gastritis sirup dan tablet. Baru tahu setelah browsing di internet, kirain dokternya mau nyiksa badan, ngasih obat ini itu ... LoL.

Bagaimanapun juga tidak ada seorang pun yang menginginkan dirinya menjadi sakit apalagi jika seumur hidup. Yang paling penting adalah mengenali penyakit yang kita derita karena si penderita sendirilah yang mengetahui secara persis bagaimana kondisi dirinya dan penyakitnya. Apalagi penyakit autoimun, penyakit yang menjadi bagian dari diri kita sendiri dimana sistem kekebalan tubuh kita sendiri yang menyerang jaringan kita sendiri. Yang perlu diingat, kondisi dan daya tahan tubuh setiap penderita itu tidak sama. Kenali karakter penyakitnya dan biasakan dengan ‘’ sifatnya “.   Seperti pesan profesor yang menangani saya, dititéni déwé opo sebab é

Setelah banyak browsing dan follow grup autoimun indonesia dan membaca cerita-cerita orang, saya jadi lebih tahu kalau perkembangan penyakit pada setiap penderita itu berbeda-beda, ada yang progresifitasnya lambat dan ada yang cepat. Bersyukur banget meskipun hyperthyroid susah untuk dimengerti tapi tergolong mudah untuk diobati. Dengan membaca pengalaman orang lain kita bisa menjadi lebih paham dalam usaha mengenali karakter penyakit kita sendiri, sehingga lebih siap menghadapi penyakit kita. Cari dokter yang tepat dan jalin komunikasi yang baik antara pasien dengan dokter-dokter yang menangani. Itu adalah langkah awal dalam penanganan penyakit. Satu lagi, kalau ada yang nawarin pengobatan ini itu sebaiknya dipertimbangkan atau dipikirkan dulu baik-baik dan bijak dalam mengambil sikap. Yang ahli soal penyakit aja kadang-kadang bisa tertipu dengan gejala suatu penyakit, apalagi orang yang bukan ahlinya. Paham karena menyandang penyakit autoimun itu memang kesabarannya selalu diuji. Hidup dengan autoimun juga tidak segampang dan semudah kata-kata motivator, semua akan indah pada waktunya .... he he he.

Hidup dengan penyakitnya aja sudah berat ya, terutama bagi penderita yang terbiasa aktif kesana kemari kayak saya nih, mesti mencari nafkah untuk diri sendiri. Kalau ditambah dengan kurangnya pengertian orang-orang disekitar dan tempat dimana kita bersosialisasi bakalan capek luar dalam dah. Apalagi bagi penderita autoimun yang termasuk golongan invisible illness. Yang dikira males, manja, cari perhatian, padahal sakit beneran. Kita tidak mungkin menjelaskan ke semua orang secara mendetail. Dan yang ini nih, memberikan pengertian dengan sebuah istilah yang dapat dimengerti dan diterima orang lain itu tidak mudah. Simple aja, seorang penderita biasanya lebih tahu keadaan dirinya sendiri karena mengalami secara langsung suatu kondisi. Kalau belum mengalaminya sendiri akan sulit untuk nyambung dan mendapatkan pengertiannya meskipun sudah dijelaskan berjuta-juta kali. Ada juga nih yang pura-pura menjadi penderita ( saya prihatin ) dan sok tanya ini itu, kata-katanya di medis-medisin padahal nggak nyambung sama sekali dengan penyakitnya, hadeehh capek deehh ... he he he. Hidup dengan penyakit autoimun itu tidak gampang lho. Hati-hati yaa, ntar kalau kata-katanya di Aamiin-in ama malaikat gimana coba, kalau situ beneran sakit ? Just kidding ... LoL.

Syukuri dan nikmati aja proses perjalanan hidup kita. Hanya ada satu kata, lawan ! Masih banyak kok orang yang kondisinya tidak lebih baik dari kita. Tidak berusaha beraktifitas hanya akan membuat kita lebih merasakan sakit baik itu secara fisik dan mental. Tapi bener lho, kalau terus-terusan ngendon di kasur tuh rasanya nggak enak, badan malah sakit semua. Tapi tetap yakk, kalau sedang kambuh atau dalam masa recovery, kayak yang nulis artikel ini nih ... he he he. Tidak perlu ngóyó, mulai dari gerakan yang ringan dulu, secara bertahap bergerak yang lebih banyak dan lama sehingga kita bisa beraktifitas lagi secara intensif. Mandi air hangat dan minum air madu hangat. Olahraga yang disarankan sama dokter saya nih, yang ringan seperti jalan kaki, senam, yoga atau berenang. Yang terakhir ini saya bisanya gaya sungai bengawan solo ... kecipak kecipuk ajaahh alias kécéh ... LoL. 

At least, menderita penyakit autoimun tidak boleh membuat kita malas, kehilangan semangat hidup dan mematikan kreatifitas. Takdir sudah ada yang mengatur. Enjoy ajaahh ... We are the Warrior. Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi kita semua ... Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.



# sumber Wikipedia

Thursday 12 January 2017

UNCONDITIONAL LOVE


Lama nggak nongol, piye kabaré ? Itu pertanyaan dari teman saya karena lama timbul tenggelam dari peredaran grup lawak rumpi dan rempong WA teman-teman kuliah. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan untuk menyambung silaturrahmi dengan mereka. Namanya juga makhluk hidup, pasti pernah merasakan yang namanya sakit. Drama kesehatan ini dimulai dari adik saya, bapak, sepupu dan saya sendiri bergantian masuk rumah sakit. Jadinya jarang nongol, apalagi online. Siklus kehidupan yang mau tidak mau mesti saya jalani dengan berbesar hati dan berlapang dada. Yaah, kadang hidup begitu menyakitkan, tapi mungkin juga peringatan dari ALLAH, SWT agar lebih peduli dengan sinyal dari tubuh kita untuk istirahat sejenak dari berbagai hiruk pikuk dunia. Jadi curhat nih ... he he he. Tapi ada hubungannya nih dengan topik yang paling top markotop sedunia yang akan saya hadirkan kali ini ... cinta tanpa syarat.

Cinta adalah kata yang selalu menarik untuk dibicarakan dan tak pernah basi untuk di diskusikan karena definisi cinta itu sangat luas sehingga tidak pernah tuntas untuk dibahas. Para penyair, penulis lagu dan seniman telah mencoba untuk menangkap esensi dari kata itu sejak lama. Semua orang juga berpikir kalau mereka tahu apa artinya, tapi tidak ada yang benar-benar bisa meng-explor. Cinta adalah perasaan yang universal, tidak mengenal jarak, usia, suku ataupun ras. Seperti udara, tidak bisa diraba dan hanya bisa dirasakan. Tak peduli cinta dengan sesama manusia, dengan tumbuhan, binatang ataupun dengan Sang Pencipta. Cinta adalah milik semua orang karena cinta adalah penggerak kehidupan dan anugerah terindah dari Tuhan yang di berikan kepada manusia. Seseorang yang tidak pernah mengenal cinta itu kalau diibaratkan nih, kebanyakan makan roti tapi tidak pernah minum, jadinya seret ditenggorokan. Kalau nggak percaya, coba aja ...

Pengertian cinta itu menurut Wikipedia adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi. Istilah afeksi dalam bahasa Inggris sering digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua orang atau lebih, yang lebih dari sekedar rasa simpati atau persahabatan terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah tindakan aktif yang dilakukan manusia berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh dan mau melakukan apapun yang diinginkan oleh seseorang. Seksualitas, asmara dan ikatan emosional yang sangat kuat. Intinya, adanya keinginan yang kuat dan daya tarik terhadap orang yang kita cintai. 

Banyak ya definisinya dan yang membuatnya agak rumit adalah konsep dari cinta itu sendiri, cinta bersyarat dan tanpa syarat. Unconditional love yang menurut sebagian orang merupakan bentuk cinta sejati, sementara yang lainnya menyebut sebagai hal yang tidak mungkin. Percaya akan cinta tanpa syarat dan benar-benar mencintai tanpa syarat itu memang membutuhkan suatu pemikiran, tindakan dan keyakinan yang kuat. Biasanya juga tidak begitu saja terlihat. Hal lain seperti cinta karena adanya materi, jabatan atau maksud-maksud tertentu dan lain sebagainya, yang seperti ini nih, yang disebut cinta bersyarat, secara fisik lebih mudah terlihat. Istilahnya, lebih gampang terendus. Pengalaman pribadi nih, dikenalin sama orang yang suka pencitraan, sok perfect, sok agamis, sok kaya, padahal aslinya iyuuuhhh banget dah. Untung saja, saya tipe manusia yang tidak gampang keblinger di saat orang lain terpesona, termehek-mehek dengan gayanya itu. Akhirnya yaa ke laut aje ya Cung, makan tuh gaya modus lu ... LoL.

Memang sih, di dunia ini tidak ada yang tidak bersyarat. Tidak bisa dipungkiri kalau cinta pada awalnya selalu bersyarat, maunya sama yang tinggi, berkulit putih, romantis, humoris atau maunya sama pembalap, pemuda berbadan gelap. Termasuk bersyarat juga nggak tuh .... he he he. Pada umumnya yang lebih mudah dikompromikan adalah soal kebiasaan sehari-hari dan seiring dengan berjalannya waktu, cinta bersyarat tersebut bisa bertransformasi menjadi cinta tak bersyarat. Itu kalau kita menemukan orang yang berhati lapang, kalau nggak yaa wassalam dah ... LoL. Pun dengan cinta tak bersyarat, setelah menikah kok ternyata hidupnya tidak merasa bahagia, entah karena kurangnya materi atau apa yang didambakannya tidak terwujud dan sebagainya. Cinta yang awalnya tidak bersyarat menjadi bersyarat alias penuh dengan tuntutan. Jadi, semua tergantung pada pribadi kita masing-masing ya, bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan orang yang dicintainya atau tidak. Kalau kita sendiri banyak kekurangannya, kenapa minta yang lebih pada orang lain, betul nggak ? # Edisi sadar diri ...

Padahal sebenarnya kalau dipahami lebih dalam, cinta itu tidak pernah menuntut kesempurnaan tetapi memahami kekurangan karena cinta adalah fitrah. Dan kekurangan pada diri manusia juga merupakan fitrah karena manusia bukan makhluk yang sempurna, nobody’s perfect in this world. Jadi satu fitrah yang ditetapkan oleh Allah tidak akan pernah berlawanan dengan fitrah yang lainnya. Kalau ada yang mengatakan cinta tetapi menuntut ini itu, harus begini begitu, harus jadi ini itu dulu, harus sukses dulu, harus punya ini itu sebagai bentuk tanda cinta, itu bukanlah cinta tetapi keegoisan. BTW, itu egois apa kemaruk ya ... atau dua-duanya.

Kata teman yang menjalani hubungan pernikahan nih, modal cinta saja tidak cukup karena makhluk yang mengenal cinta itu juga perlu makan, minum, beramal dan bersosialisasi. Tapi mestinya nggak perlu berlebihan juga, hanya karena hal-hal seperti itu terus dijadikan alasan untuk menuntut lebih atau bahasa kerennya matre positif. Pendapat saya nih, kata matre positif itu cocoknya untuk manusia pemalas tapi banyak tuntutan. Kalau kepengen materi yang lebih, ya dua-duanya harus saling bahu membahu berusaha, kalau yang satunya cuma ongkang-ongkang kaki doang mah, sama juga bohong. Mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan dan kita terima itu lebih damai dihati, nrimo ing pandum gitu loh. Itu baru namanya cinta tanpa syarat. Kalau kita bisa menerima, apapun halangan dan rintangan pasti bisa diatasi. Tapi juga bukan berarti kalau kita mencintai seseorang tanpa syarat itu kita harus menerima pelecehan, perselingkuhan, kecanduan, kekerasan atau masalah lain yang tidak bisa kita tolerir. Itu bukan unconditional love namanya, tapi cinyol ... cinta konyol ... he he he.

Hal yang sering tidak kita sadari dalam kehidupan, sebenarnya unconditional love sudah kita dapatkan tetapi malah kita abaikan atau kita anggap remeh, sering juga malah diketawain. Entah itu cinta tanpa syarat dari pasangan ataupun teman. Saat kita sedang sakit, sedih, susah atau istilahnya berada dalam titik nol dalam kehidupan kita, saat itulah kita akan tahu siapa saja yang benar-benar berada di samping kita dan men-support kita. Dari situ kita bisa melihat, siapa teman sejati kita, siapa orang yang bisa kita ajak bicara dan setia mendengarkan keluhan kita. Orang bisa saja berkoar mengaku-ngaku kalau mereka adalah teman terdekat kita, kalau ada maunya aja tuh. Begitu kita kena musibah, pada nggak nongol semua. Manusia-manusia bersyarat seperti itu biasanya akan terkena seleksi alam dengan sendirinya. Bakalan tersingkir dari dunia persilatan. Logikanya, mana ada orang yang mau dekat-dekat dengan manusia bermuka dua seperti itu, iya nggak ? Meski memakai topeng kebaikan sekalipun, yang namanya manusia modus tetap saja akan terendus.

Allah telah mengajarkan unconditional love kepada kita melalui sifat Rahman dan Rahim-Nya, dimana Allah memberikan rahmat dan nikmat kepada manusia. Jaman sekarang susah menemukan orang yang benar-benar tulus, seperti orang tua kita. Memberi tak berharap kembali, rela berusaha dan bekerja sekuat tenaga untuk kebaikan dan kemajuan kita tanpa menuntut apa pun dari kita, menerima kekurangan diri kita dan selalu memberi maaf terhadap pengingkaran dan kesalahan yang kita lakukan kepada mereka. Kalaupun kita sudah menemukannya, jangan disia-siakan yaa. Seseorang seperti itu tidak akan datang dua kali dalam kehidupan kita.

Mencintai tanpa meminta imbalan apa-apa, memberikan hati tanpa syarat kepada seseorang yang Anda pilih, memang punya dua sisi yang saling melengkapi, membahagiakan meski kadang menyakitkan. Cinta itu indah, walau sesekali memunculkan rasa perih. Bisa menerima apa adanya tanpa tendensi untuk mendapatkan lebih. Cinta seharusnya adalah sesuatu yang sederhana. Manusia dan nilai-nilai buatan manusia-lah yang membuatnya rumit apalagi jika melibatkan duniawi, hitung-hitungan untung rugi, berat diongkos. Kayak pedagang aja nih, prinsip ekonomi ... LoL.

Sekedar self reminder untuk diri saya sendiri, tidak bermaksud menyinggung siapapun. Jangan menilai soal kadar keimanan saya yaakk karena pengetahuan agama saya masih cethék, masih belajar dan terus belajar untuk memperbaiki diri. Semoga ALLAH, SWT selalu memberikan kelapangan hati dan kemudahan bagi kita semua ... Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.