Sunday 28 September 2014

ONLY A HUMAN

Hari-hari yang melelahkan karena mengurusi segala tetek bengek pernikahan adik sepupu saya dari A sampai Z. Lebih melelahkan lagi saat Departemen Kesehatan melakukan kunjungan ke rumah untuk mensertifikasi usaha kecil saya di bidang kuliner. Kunjungan setiap 3 tahun sekali yang mau tidak mau harus saya terima dengan ramah dan muka yang berseri-seri .... LoL. Sejak bulan April sampai dua minggu yang lalu seperti mengikuti lomba lari marathon, setiap detik kejar-kejaran dengan waktu. Rasanya lega setelah semuanya berlalu. Saya punya banyak waktu lagi untuk menulis dan keluyuran. Finally ......

Eh, malah ngelantur nih. Sebenarnya saya ingin nulis tentang tingkah laku manusia yang disebut dengan jahil bin usil alias iseng. Jahil atau usil menurut saya perilaku orang atau kelompok yang melakukan kegiatan untuk kesenangan pribadinya. 

Sebagai manusia, saya juga suka jahil bin usil. Karena suka bercanda, makanya saya suka iseng gitu loh .... he he he. Yang menjadi korban kejahilan saya sih biasanya anak kecil, teman atau orang-orang yang saya kenal dengan baik. Tapi kejahilan saya tidak keterlaluan lho, tidak sampai menyakiti fisik apalagi perasaan. Intinya, jahil yang nyata, tidak keterlaluan, nabok nyilih tangan atau istilahnya " lempar batu sembunyi tangan ". Kalau yang seperti itu menurut saya bukan cuma jahil, tapi juga pengecut. Amit-amit dah ....LoL.

Jujur, saya sendiri juga sering menjadi korban kejahilan orang lain ( hukum karma kali yaa .... he he he ). Saya sih, nyantai-nyantai aja. Mau dijahilin, diomongin, atau digodain, nggak bakalan ngaruh tuh. Bukan berarti saya tidak tahu, kalau masih dalam batas kewajaran sih biasanya saya cuma diam ataupun senyum-senyum aja. Bahkan ada yang hal-hal yang menurut saya aneh saat ada orang yang tak dikenal tiba-tiba saja mengkritik, mentertawakan, mencaci maki dan menghina. Kalau berhadapan dengan manusia seperti itu biasanya saya lebih suka menghindar. Bukannya takut atau tidak punya perasaan, tapi males aja. Rasanya kok malah seperti merendahkan level kita sama seperti orang itu. Nggak penting banget ......

Memang sih, sebagai manusia saya juga punya batasan. Punya kesabaran dan ketidak sabaran. Kalau dulu semasa masih kuliah, saya biasanya balik membalas kejahilan orang. Bukannya pendendam, tapi sekedar berbagi rasa aja, emang enak diusilin ...... he he he. Seiring dengan semakin berkurangnya umur saya alias semakin tua, saya biasanya membiarkan orang-orang yang bertingkah itu. Kalau menurut pandangan orang, kejahilan mereka sangat keterlaluan, biar Allah saja yang membalas. Disadari atau tidak, semua perbuatan, entah baik atau buruk, pasti akan berbalik kembali pada diri kita masing-masing. Ibaratnya, alam-lah yang akan berbicara.

Semoga kita semua tidak termasuk manusia yang keterlaluan karena pada dasarnya manusia dalam kehidupannya tidak bisa hidup dengan seenaknya sendiri, dalam kehidupan orang lain juga terdapat berbagai aturan, dimana aturan-aturan tersebut sesuai dengan norma-norma dan kaidah yang berlaku.

Ngono yo ngono
ning mbok yo ojo koyo ngono .... 


Saturday 27 September 2014

THE WEDDING


I finally found someone
Someone to share my life
I finally found the one
to be with every night
'Cause whatever I do,
It's just got to be you
My life has just begun ....

Pernikahan adalah sebuah peristiwa yang sangat penting dan berarti dalam hidup seseorang, terutama kaum wanita. Sebagai babak baru dalam perjalanan hidup. Kesakralan sebuah pernikahan terlihat dari prosesi adat yang dilangsungkan sesaat, sebelum dan ketika pernikahan digelar. Meski kehidupan modern sering menganggap prosesi adat tidak praktis dan rumit, namun untuk sebuah pernikahan banyak orang tetap memandang penting menggelarnya sebagai bagian dari pelestarian tradisi sekaligus memaknai kesakralan pernikahan tersebut.

Beberapa minggu yang lalu keluarga besar saya punya hajatan mantu. Menikahkan adik saya atau lebih tepatnya adik sepupu, yang sudah saya anggap seperti adik kandung saya. Dan ketiga sepupu bersaudara ( anak-anak Bulik saya ) juga memanggil orangtua saya, papa dan mama. Karena sejak kecil mereka sudah menjadi anak-anak yatim, dan kebetulan bapak saya juga ikut mengasuh mereka. Karena mereka tinggal di Jakarta dan pernikahan dilangsungkan di Solo, jadi secara otomatis orangtua saya juga ikut-ikutan mantu. Dan saya " didhapuk " menjadi wedding organizer. Meskipun saya sendiri belum menikah ... hiks, tapi sudah terbiasa dengan yang namanya pernikahan. Karena seringnya menghadiri prosesi pernikahan dan ikut menyiapkan acara mulai dari pra upacara pernikahan hingga resepsinya, tapi kalau dulu sih seringnya hanya disuruh nganterin undangan atau dapat bagian bikin snack aja, soalnya masih dianggap anak bawang ..... he he he. Saya pun akhirnya kerap memperhatikan dan membandingkan urutan-urutan upacara pernikahan adat Jawa. Selain mendokumentasikan dalam ingatan momen-momen sakral pernikahan keluarga ( sepupu - sepupu yang tertua ) yang terdahulu.

Karena pernikahan adat Jawa yang lengkap tergolong sangat rumit dan melelahkan, tapi membahagiakan bagi sepasang pengantin .... LoL. Saya memberanikan diri untuk memangkas beberapa ritual agar pernikahan menjadi lebih sederhana tanpa mengurangi kesakralannya. Tidak seperti upacara pernikahan keluarga saya yang lainnya. Tapi karena para kepala suku alias pakde-pakde saya semuanya datang maka ada beberapa tradisi ( pakem ) pernikahan yang dilakukan dengan alasan pelestarian budaya yang sudah turun-temurun, seperti Midodareni, Seserahan dan Atur pambagyo. Setelah itu baru dilaksanakan upacara Akad Nikah dan Walimatul Ursy. Kalau mengikuti tradisi secara full, sampai seminggu juga nggak bakalan selesai dan sekaligus ngabisin duit. 

Rasanya plong saat acara berlangsung cukup sukses, meskipun sempat menaikkan tensi. Maklum, namanya juga menghadapi banyak orang, capek lahir batin. Semua berkumpul untuk menyambung tali silaturrahmi, nostalgia bagi yang sudah tua-tua ( asal jangan kelewatan aja yaa ... LoL ). Bantuan terhebat dari para koneksi, tim catering, fotografer, MC dan para penyanyi. Karena kebanyakan para tamu mengira kalau pesta itu menghabiskan dana 100 juta, padahal super irit banget tuh. Kasih tahu nggak yaa ...... he he he. Kalau dibilang puas, rasanya belum sih, soalnya sepupu saya yang lain minta pesta yang lebih spesial lagi. 

Terlepas dari semua itu, menikah juga bukan masalah pestanya saja, tapi yang lebih penting adalah akad dari pernikahan tersebut. Jangan sampai mengatur pesta sedemikian rupa, tapi rukun-rukunnya ditinggalkan. Moment yang terjadi sekali seumur hidup, Inshaallah. Karena sebuah keinginan untuk menikah dengan niat beribadah kepada Allah SWT dan menjalankan sunnah-Nya, merupakan berkah terindah dari Allah SWT. Semoga yang sudah berniat menikah segera terkabul dan terlaksana, termasuk saya juga loh ..... Aamiin Yaa Rabbal Alamin.