Sunday 26 March 2017

LOVE, SINCERITY & INTENTION


Manusia dan kehidupan memang tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan cinta. Seperti yang sudah-sudah, tema cinta adalah tema yang tidak pernah bosan untuk dibahas. Apalagi bulan Februari lalu, seluruh dunia merayakan apa yang disebut Valentine’s Day. Cinta dalam sebentuk coklat. Sebegitunya sampai-sampai disetiap sudut pertokoan bertaburan warna pink, setangkai bunga mawar dan tentu saja coklat dengan kemasan “ hati “ sebagai ungkapan rasa cinta. Kalau saya sih lebih suka memilih akad nikah daripada dikasih coklat mewah ... he he he.

Meskipun tidak pernah merayakan dengan apa yang disebut “ hari kasih sayang “ itu, soalnya tidak ada yang ngasih saya coklat nih, kasian banget yaak ... LoL. Juga tidak ingin membicarakan sejarah ataupun hukum mengikuti perayaan itu, karena saya yakin seyakin-yakinnya, pasti sudah banyak yang tahu, mendengar dan membaca tentang semua itu. Mau merayakan atau tidak, pilihan ada ditangan Anda. Hanya sedikit ingin menguak hubungan antara cinta dengan niat dan ketulusan. Dan yang terjadi adalah, ternyata susah payah saya menulisnya, bahkan sampai berminggu-minggu nggak kelar-kelar. Lebih mudah bagi saya untuk menulis resep masakan, cerita lucu dan artikel ilmiah daripada menulis dengan tema cinta, lebih menguras energi dan tentunya perasaan ... LoL. Tapi yang lebih penting lagi adalah adanya pelajaran baru yang saya temui pada saat yang tidak saya sangka sebelumnya. 

Lanjut ke urusan cinta. Cinta itu tidak bisa ditebak, kadang kadang bisa membuat hati kita berbunga bunga, menangis dan kadang-kadang juga membuat kita lupa diri. Pandangan orang terhadap cinta pun lain-lain dan terkadang orang tidak bisa membedakan antara rasa suka dan cinta. Sebagai contoh nih, misalnya kita punya rasa kekaguman terhadap public figure, tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang good looking ataupun punya teman yang menarik hati sehingga membuat kita suka melihatnya dan betah ngobrol dengan mereka, apa seperti itu bisa dinamakan cinta atau jatuh cinta ? kan nggak tuh. Memang sih, pada awalnya bisa dari hal-hal kecil seperti itu. Wajar karena sebagai manusia yang normal pasti punya ketertarikan terhadap lawan jenis, berarti indra perasa kita berjalan dengan normal. Memangnya salah kalau kita punya rasa kekaguman dan suka dengan lawan jenis. Apalagi kalau pacaran juga nggak, kencan juga nggak pernah dan ngobrol pun beramai-ramai. Kalau ada orang yang berpikiran seperti itu saya anggap pikirannya dangkal banget yaakk. Perasaan cinta itu yang saya tahu, tidak sesederhana rasa suka ataupun kagum tapi lebih dari itu. Apalagi kalau didasari dengan niat baik dan benar-benar tulus.

Di jaman kuda doyan besi saat ini, banyak orang dengan mudahnya berkata, I love you meskipun baru bertemu sepuluh menit. Tidak sedikit yang mengartikannya sebagai love at the first sight. Begitukah ? Semudah itu ? Dan yang lebih parah lagi adalah banyak orang yang berkompetisi untuk mendapatkan cinta ini, satu orang diperebutkan banyak orang, seru yaa ... he he he. Tidak salah sih, namanya juga usaha ... LoL. Karena jodoh bisa saja beredar dimana pun atau kapan pun. Karena adanya kompetisi cinta ini, ada yang dengan mudahnya mengatakan, yang penting niat, namanya juga ikhtiar. Pertanyaannya, dimana letak ketulusannya ? Tentunya, yang namanya kompetisi itu, entah terlihat atau tidak terlihat, yang terjadi adalah adanya perlombaan menunjukkan eksistensi dirinya yang terbaik dan rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Ada juga yang suka templok sana-sini dengan dalih mencari pasangan yang cocok dengan mengatas namakan cinta. Terus niat baiknya apa kabar ?

Nah, yang ini nih, semua dengan atas nama niat baik. Memang sih, Innamal a’malu bin niyat. Semua amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan niat itu pada umumnya terselubung di dalam hati dan tidak terlihat. Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa yang tahu. Kenyataan yang sebenarnya adalah susah untuk mengenali, mana yang benar-benar tulus mencintai kita apa adanya, bukan ada apanya, he he he. Ngomong-ngomong, mana ada manusia di muka bumi ini yang mau mengaku punya niat buruk, betul nggak ? Para penjahat, enggak maling, jambret, copet, pengedar narkoba, koruptor kalau ditanya kenapa ia melakukan kejahatan itu, pasti mereka mengatakan kalau niat mereka baik, untuk menafkahi anak dan isteri. Karena niat inilah maka ditempuhlah segala macam cara. Niatnya baik tapi cara-cara yang dilakukan tidak terpuji. 

Jadi, ada relevansi yang kuat antara cinta, niat dan ketulusan. Seperti sebuah pohon, masing-masing saling melengkapi antara akar, batang dan daun. Memang, di dunia ini tidak akan pernah ada orang yang sempurna. Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Orang yang benar-benar tulus mencintai tidak akan peduli bagaimanapun kita sehingga kita tidak perlu berpura-pura di depannya. Tidak perlu ada yang disembunyikan ataupun ditutup-tutupi. Tidak akan peduli meskipun kita memiliki banyak kekurangan. Namun sejauh mana kita bisa menilai ketulusan seseorang, tentunya itu akan sulit dan tidak semudah menjentikkan jari, era pencitraan gitu loh. Ketulusan dan niat itu hanya bisa dirasakan dan benar-benar tidak terlihat. Meskipun itu terkadang tercermin dalam sebuah sikap, tapi tak selamanya sikap itu mencerminkan isi hati seseorang. Kelihatannya sih alim dan pendiam, ternyata ada udang dibalik gimbal dibalik sikapnya itu.

Btw, tidak sedikit lho yang merasa tertipu karena persoalan cinta ini. Sebaliknya, orang yang benar-benar tulus pun juga malah sering dicurigai. Dikira pembohong-lah, punya maksud tertentu-lah, inilah, itulah. Karena saya juga termasuk manusia yang sering dicurigai nih ... he he he. Kalau ada yang bertanya, kenapa saya belum menikah, jawaban secara pastinya saya tidak tahu. Tapi kalau soal praduganya banyak ... LoL. Mungkin kadar keimanan saya sedang diuji ALLAH, mungkin saya telah banyak melakukan kekhilafan, punya banyak kekurangan, mungkin  akibat doa jelek orang lain atau  mungkin juga ALLAH punya rencana lain yang saya tidak tahu. Sebagai manusia yang banyak kekurangan, saya tahu diri kok, pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka. Maklum-lah, yang namanya sifat hasad, hasud, iri, dengki dan lain-lain banyak menghinggapi manusia terutama kaum perempuan. Ya, sudahlah, apapun penilaian orang lain, monggo kerso panjenengan, aku ra popo. Lebih baik mengoreksi diri sendiri dari pada menenggelamkan diri pada penilaian orang lain, is it right ?

Jujur, saya memang suka banget bercanda, tapi kalau urusan hati, jangan tanya dah, 100 % serius. Makanya saya tidak pernah mau bermain-main dengan perasaan orang apalagi mempermainkan hati, bisa fatal akibatnya. Apalagi kalau berkompetisi soal cinta, nggak banget deh, lebih baik mundur aja, saya persilahkan bagi yang mau rebutan. Ambil sono seampas-ampasnya ... LoL. Bukan karena saya pengecut, tapi urusan perasaan itu panjang karena ALLAH, SWT yang menciptakan adanya rasa itu. Meremehkan perasaan berarti juga meremehkan Sang Pencipta-Nya. Memang puyeng kalau sudah menyangkut urusan hati yakk. Tapi kalau memang benar-benar cinta pasti ada keyakinan, kepastian, tidak akan ada perbandingan, tidak akan memilih yang lain, tidak akan mempermainkan, tidak akan men-dholimi dan tidak akan menarik ulur. Memangnya perasaan itu layangan berbentuk hati apa ? he he he.

Last but not least, mengutip dari Darwis Tere Liye, “ Waktu yang akan menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang. Niat baik dan tujuan-tujuannya. Jika sejatinya memang baik, maka seiring waktu berjalan, akan terlihat semakin terang, sebaliknya, jika hanya topeng, maka seiring waktu berlalu, pasti akan terbuka juga “.

Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi kita semua ... Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

HAVE A NICE DAY ...