Monday 5 February 2018

POST



Kembali nge-blog lagi setelah jungkir balik menidurkan si mumun yang sepertinya mau memberontak, mulai dari fatigue, malas, gatal, kaki bentol-bentol, badan pegal, ngilu, napas berat dan pandangan mata yang nggak nyaman. Efek dari super blue blood moon yang cetar membahana di seluruh jagad raya. Harap maklum, curcol the warrior ... LoL. Semoga kedepannya tidak begini lagi ... Aamiin.

Back to topic. Manusia jaman now mana nih yang nggak kenal kata post atau posting. Kalau dijaman dulu, kata-kata post itu identik dengan surat menyurat atau kegiatan korespondensi yang melibatkan kantor pos, perangko, amplop, surat, kartu pos dan sejenisnya. Posting didalam sistem akuntansi adalah pemindahan dari buku jurnal ke buku besar dengan cara otomatis oleh komputer atau auto posting. Tapi lain dulu lain sekarang ya, istilah post atau posting semakin tenar seiring dengan semakin banyak pengguna internet atau netizen yang aktif di media sosial. 

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan setiap orang dari semua golongan bisa memiliki media sendiri. Media sosial menjadi sebuah sarana untuk mem-posting atau cara bersosialisasi satu sama lain secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa batasan ruang dan waktu. Dimanapun kita berada, tidak peduli seberapa jauh jarak, entah siang atau pun malam. Sebuah wadah modern untuk memudahkan komunikasi kita dengan manusia lainnya melalui chat, email, offline message dan media sosial lainnya. Dari situ kita bisa mengetahui kegiatan semua orang, baik yang sudah kita kenal di dunia nyata maupun yang belum pernah kita temui sebelumnya. Sebenarnya banyak manfaat dari sosial media, salah satunya adalah kita bisa berinteraksi dengan mudah dan mempererat tali silaturrahmi dengan mereka hanya dengan sekali sentuh dan klik. Kita juga bisa mengomentari kegiatan mereka melalui update status atau aktivitas yang mereka posting di media sosial. 

Didunia nyata, untuk memiliki media elektronik yang menjadi sarana informasi seperti TV, radio, koran, majalah ataupun tabloid membutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak. Seorang pengguna media sosial bisa memposting sesuatu dan mengaksesnya dengan jaringan internet yang lambat sekalipun, tanpa biaya yang besar, tanpa alat mahal dan bisa dilakukan sendiri tanpa karyawan. Mulai dari mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video dan berbagai content lainnya sebebas-bebasnya. Dari situ kita juga mengenal adanya istilah selebtweet, selebgram dan lain-lain. Hal ini menjadi bukti bahwa media sosial bisa memberikan jati diri baru bagi seseorang melalui postingan.

Post, update status dan share adalah salah satu cara mengekspresikan diri sehingga setiap orang bisa menjadi apapun dan siapapun di dunia maya, dunia yang bebas tanpa batas. Seseorang bisa menjadi sangat berbeda kehidupannya antara didunia nyata dengan dunia maya, seperti yang banyak terlihat dalam jejaring sosial. Seseorang yang bukan apa-apa seketika bisa menjadi besar dengan media sosial, begitupun sebaliknya orang tadinya ”apa-apa” dalam sedetik bisa menjadi tidak ada artinya di media sosial.

Tidak dipungkiri kalau di jaman sekarang setiap orang menjadi ingin terkenal. Mulai dari yang muda sampai yang tua. Tapi bagi mereka yang mulai kehilangan kontrol di media sosial, perlahan dia akan mulai kehilangan jati diri yang sesungguhnya. Karena terlalu sering menuai pujian di dunia maya, lama kelamaan “ artis ” media sosial itu mulai memunculkan sesuatu yang palsu. Gambaran yang sangat jauh dari realita. Apalagi kalau ditambah dengan adanya persaingan terselubung akibat terlalu kepo dengan netizen lainnya. Mereka jadi sering mengupdate gaya hidup yang lebay alias terlalu diumbar-umbar, postingan yang menunjukkan kalau dirinya yang paling top markotop dan semua jenis kesombongan-kesombongan lainnya demi mendapatkan like atau jempol. Bayangkan aja, memaksakan diri dengan update status atau memposting di dunia maya hanya untuk sebaris komentar dan sebuah emotikon bergambar jempol. Kalau artis beneran atau pembuat konten yang bagus dan bermanfaat, ngejar jempol pasti dapat bayaran ya, lha kalau orang biasa dengan postingan yang tidak bermanfaat dapatnya apa coba ?

Memang ada sebagian orang yang menggunakan sosial media secara positif. Sebagai sarana untuk berbisnis, promosi, informasi, edukasi, dakwah dan silaturrahmi. Tapi tidak sedikit juga yang menjadikannya sebagai sarana untuk memamerkan sesuatu atau menjadikan sosial media sebagai sarana untuk mengeluarkan pendapat yang justru mengganggu kenyamanan orang lain, seperti merasa dirinya yang paling “ ter “ dalam hal apapun. Yang lebih parah lagi, yang menjadikan medsos sebagai diary. Semua permasalahan dalam kehidupannya diobral gratis habis-habisan. Setiap menit pasti posting sesuatu, entah itu di medsos ataupun grup chat.

Post, update dan share sebagai sarana berekspresi bukanlah sesuatu yang salah. Namun yang seringkali terjadi adalah adanya ketidaknyamanan yang kita rasakan saat bertemu orang yang berlebihan dalam memposting. Masalahnya adalah saat orang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk berekspresi tanpa batas kebanyakan pada lupa aturan dan kehilangan tata krama, contohnya nih, spam, hate speech, bullying dan narsisme. 

Sudah bukan rahasia, gara-gara media sosial orang jadi mulai lupa cara bersosialisasi didunia nyata. Hal ini terjadi karena mereka berpikir di media sosial semuanya semua orang bebas berekspresi, padahal kenyataannya tidak. Sudah banyak kejadian orang kehilangan “ hidupnya ” gara-gara berkomentar dan mem-posting atau meng-update status yang berlebihan di media sosial. Ada yang bercerai, dipecat dari tempatnya bekerja, dipenjarakan karena dianggap menghina, kehilangan rekan bisnis, putus tali silaturahmi dan lain sebagainya. 

By the way, dulu saya juga sempat begitu tuh, diawal-awal punya akun FB. Tapi ini cerdul alias cerita dulu lho yaa. Sempat juga sih ikut-ikutan update status, posting ini itu kayak orang-orang. Penasaran karena anak-anak yang dulu kos dirumah nenek saya setiap menit yang diomongin posting, sharing, status, update. Mereka juga yang ngajarin saya tapi juga ngledek, kudet alias kurang update. Kalau saya baca sekarang ini kok rasa-rasanya konyol banget, berasa seperti orang sakit jiwa, otak nggak sehat dan ora mutu babar blas. Bukan artis, milyuner atau pejabat penting, just an ordinary person aja kok gayanya sok-sok an ... LoL. Lama-lama ya sadar diri juga, buat apa postang-posting atau update status. Sudah pasti lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Setelah itu langsung dah, jarang update status. Karena saya cuma seorang tukang masak dan dodolan kue, sekarang yang sering saya posting tentunya makanan dan resep. Kadang juga kata-kata puitis kalau mental kuli tinta-nya lagi keluar. Saya juga lebih suka share postingan orang lain, tentunya hal yang positif, edukatif dan lebih bersifat informasi. Itupun kadang ada juga “ pemirsa ” yang sering gagal paham atau mungkin juga galfok alias gagal fokus. Entah karena memang jahil atau mungkin juga karena tidak terbiasa membaca caption dengan baik kali yaa, jadinya komentarnya agak-agak nylenéh. Kalau ada yang seperti itu biasanya sih saya balas emoticon senyum aja biar tidak panjang urusannya. Saya mah tidak peduli, mau dikomen apapun atau tidak, dikasih jempol atau tidak, nggak pernah saya pikirkan. Kalau mau posting ya posting aja, orang lain mau suka atau tidak ya, monggo kerso panjenengan mawon ... 

Jujur, meskipun dulu ikut-ikutan memposting sesuatu tapi kalau ada postingan yang agak gimana, ya rasanya biasa aja tuh. Cuma kalau ada yang komen kadang saya tanggapi. Lagipula, dasarnya saya juga lebih suka berinteraksi secara langsung, eyes to eyes, head to head. Nggak suka bekompetisi, slow action, nggak ngoyo dan termasuk moody. Lebih suka menjalani hidup apa adanya, alon-alon asal kelakon, nggak akan lari gunung dikejar, biar lambat asal selamat, nggak akan balas nabok kalau nggak duluan ditabok, gelem yo syukur nek ra gelem yo wis. Soal kepo, hmmm ... kadang sih ... he he he, ngaku nih. Tapi jangan salah nggih, nggak pernah bermaksud apa-apa, hanya sekedar melihat-lihat aja dan tidak pernah menjahili. 

Memang sih, selama kita masih main-main dengan media sosial, kita tidak bisa menghindari berinteraksi dengan orang-orang seperti itu. Entah itu yang suka pamer, jahil, sok bergaya artis, dan lain sebagainya. Mau tidak mau kita juga pasti membaca update status ataupun postingan milik orang lain. Entah itu yang kita kenal ataupun tidak kita kenal. Tidak kita kenal dalam hal ini karena kita tahunya hanya didunia maya. Kalau dengan orang yang sering kita temui tentunya tidak ada masalah ya. Meskipun orang yang pernah kita temui dulu mungkin orang yang sama tapi di jaman now perilakunya sudah berbeda. Lain di postingan, lain pula di kenyataan. Setahu saya dunia maya itu memang bisa merubah segalanya, mulai dari perilaku, cara berpikir dan cara bertutur. Ada yang positif dan ada pula yang negatif. Hanya manusia yang kuat mental warasnya aja yang tidak berubah.

Kalau saya nih, walaupun mereka adalah teman kita di dunia nyata, entah dijaman old atau jaman now, nggak perlu ragu untuk meng-unfollow seandainya akun-akun mereka mengganggu kenyamanan kita. Unfollow kan juga tidak berarti kita putus silaturrahmi. Karena bagaimana pun juga, tujuan kita untuk memiliki sosmed adalah sebagai kelancaran komunikasi dan kenyamanan kita sendiri. Bukan untuk orang lain. Mempertahankan akun yang mengganggu itu, hanya akan membuat diri kita semakin teracuni. Kita hanya akan menambah dosa terutama untuk diri kita sendiri. Karena bisa jadi kita ngedumel alias menggerutu dalam hati ketika akun tersebut sudah mulai memposting atau meng-update sesuatu. Kalau update yang positif dan bersifat informasi sih, nggak akan ada masalah ya. Tapi kalau sudah menjurus ke profokatif, malah nambah dosa tuh. Dosa jariyah karena yang membaca postingan kan nggak cuma satu dua orang tapi ratusan bahkan ribuan orang. Ibaratnya, menyeret orang lain yang tidak tahu apa-apa untuk berkomentar atas sesuatu yang bukan menjadi urusan mereka.

Feedback dari teman di dunia maya seperti likes atau komentar positif memang bisa membuat diri menjadi lebih baik. Namun kita juga mesti berhati-hati jika hal ini sampai mempengaruhi diri. Jangan sampai menjadi thumb addict dan terobsesi dengan pujian. Kepedulian seseorang tidak bisa dibuktikan dengan jempol yang dia berikan atau komentarnya di postingan Anda. Kehadiran seseorang di dekat Anda lebih penting daripada kemunculan jempol atau komentar di update status kita. Jangan sampai kita kehilangan waktu berkualitas dengan keluarga, sanak saudara dan teman-teman di dunia nyata hanya karena sibuk memposting atau membaca postingan. Mereka adalah the real person yang benar-benar selalu ada untuk kita. 

Last but not least, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati. Diambil positifnya aja yaakk. Semoga ALLAH, SWT memberikan keberkahan di sisa umur kita ... Aamiin Yaa Rabbal Alamiin. 


HAVE A NICE DAY ....