Thursday 11 February 2016

JANJI

 

Ntar aku kasih hadiah, tunggu aja …
Besok aku pasti datang ke rumahmu, jam 2 siang, … 
Nanti malam aku telpon lagi, beneran deh ! Sumpah !
Datang aja kesini, nanti kita jalan-jalan
Besok aku traktir kamu makan-makan sepuasnya …

Banyak sekali contoh di sekitar kita akan hal ini, mereka yang dengan gampang berjanji lalu dengan gampang pula mengingkarinya, sehingga janji tidak lagi mempunyai makna apa-apa. Kalimat demi kalimat mengalir seperti air, lalu menghilang tak berbekas. Teman, saudara, pacar, tua, muda, pejabat, anggota dewan, politikus dan termasuk yang nulis artikel ini nih … he he he. Semua pasti pernah mengingkari janji, entah itu sekali, dua kali dan ada juga yang menjadikannya sebagai kebiasaan. Yang paling menjengkelkan yang ini nih, kebiasaan ingkar janji.

Dari sudut pandang sosial, apabila seseorang berjanji dan pada implementasinya sering tidak menepati janji, maka hal ini dapat berdampak pada menurunnya kepercayaan orang lain terhadap diri seseorang. Sehingga dapat dianggap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Bahasa kerennya nih, Pemberi Harapan Palsu alias PHP. Kayak nomor IP Address aja yaa. Dan si tukang PHP ini biasanya enteng banget ngomongnya. Pun ketika dikonfirmasi pasti dia punya sejuta alasan untuk ngelés, sibuk lah, cuaca tidak mendukung, nggak ada duit-lah, inilah, itulah, pokoknya segala macam tampang memelas dan jurus silat lidah keluar semua … LoL. Biasanya nih, janji-janji dilontarkan karena mereka ada maunya alias maksud terselubung. Ada udang dibalik bakwan … He he he.

Yang lebih parah lagi kalau mereka juga menambahkan kata Inshaallah. Ini sering terjadi ketika si tukang PHP ini tidak serius atau hanya sekedar main-main. Sebagai cara untuk pembenaran diri dan mempertahankan argumen. Segala macam sumpah pun tertumpahkan, tidak tanggung-tanggung, kalimat “ Wallahi ” pun ikut terlontar. Di kesempatan ini, mumpung saya masih punya banyak waktu luang, lagi mood menulis dan juga sambil mengingat janji-janji pada keponakan-keponakan saya … he he he. Me-review filosofi Jawa yang sangat terkenal Ajining diri ana ing kedhaling lathi, ajining sarira ana ing busana.

Ajining diri ana ing kedhaling lathi ini diartikan bahwa setiap orang itu dihargai dan dihormati karena lidahnya dalam arti yang lebih luas, bisa menjaga tutur kata, senantiasa berbicara benar, dapat dipercaya dan tidak berlebihan. Tentunya kita tidak bakal mudah percaya dengan omongan orang yang baru kita kenal, apalagi omongan orang yang kita tahu kalau mereka terbiasa bohong alias tukang kibul. Lain ceritanya ketika kita mendengar perkataan orang yang jujur dan setiap tutur katanya baik, maka pastilah kita langsung percaya. Meskipun, sekarang lagi ngetrend kalo orang lebih percaya sama si tukang bohong. Nggak salah sih, karena si tukang bohong dan PHP ini biasanya pandai bermain kata dan memutar balikkan fakta. Lidahnya licin banget, suka minum Oli kali yaa. Pengalaman pribadi nih, sering di PHP-in …

Ada korelasi yang positif antara filosofi Jawa dengan agama. Jika kita tidak bisa berkata baik dan memberi manfaat maka jauh lebih baik bagi kita untuk diam, bukannya malah berbicara yang menghasilkan dosa seperti bergunjing dan mengobral janji. Sesungguhnya yang paling utama bagi kita adalah agar senatiasa mengingat bahwa segala hal dalam diri kita akan dimintai pertanggung jawaban, tak terkecuali lidah, mata, kuping, hati dan yang lainnya. Dan setiap perbuatan itu pasti ada ganjarannya. Lucu aja kalau melihat ada tukang bohong yang sakit hati karena merasa dibohongi. Makanya, ngibul itu jangan dijadikan kebiasaan Cong, bakalan kena batunya dah.

Berbeda dengan Ajining sarira ana ing busana, kalimat ini memiliki perspektif yang berbeda. Dimana untuk filosofi yang kedua ini jauh lebih menonjol pencitraan diri yang bersifat fisik dan duniawi. Ajining sarira ana ing busana diartikan bahwa setiap orang dihargai dan dihormati dari penampilan atau atributnya. Busana disini bisa diartikan secara harfiah maupun turunannya. Secara harfiah diartikan baju atau pakaian dan secara turunan dapat diartikan juga sebagai atribut atau pangkat jabatannya. Itu kan dulu, iya nggak ?

Kalau kita melihat dari perspektif duniawi, sudah sangat jelas-lah. Di belahan dunia manapun orang yang berpakain necis, trendy, elegan dan berkelas langsung pertama kali dilihat orang meskipun sebenarnya dia hanyalah seorang penipu. Selayaknya pejabat yang sangat disegani padahal dia hanyalah seorang tukang obral janji. Jadi cenderung membuat kita tertipu dengan penampilan, tanpa melihat ke isinya yang lebih dalam. Hal ini tentu saja terbalik dengan kenyataan bahwa harga manusia di mata ALLAH, SWT adalah dilihat dari kualitas ketaqwaannya. Harkat dan derajat penerimaan terhadap diri kita yang sebenarnya bukanlah karena atribut, baju ataupun kedudukan kita, melainkan apa yang ada didalam diri kita yaitu, perilaku, jiwa dan hati kita.

Seringkali kita mendengar pepatah janji adalah hutang atau dengan kata lain ketika kita sedang membuat janji dengan seseorang maka sebisa mungkin harus bisa ditepati. Asal bukan janji untuk berbuat maksiat aja yaakk seperti nyuri mangga tetangga … he he he. Karena hutang memang harus dibayar. Jika kita sering mengingkari janji akan membuat kita tidak akan dipercayai orang lain. Tapi bila memang benar-benar tidak bisa menepati janji sebaiknya sesegera mungkin berterus terang dan meminta maaf kepada orang yang sudah janjian dengan kita. Jangan sampai membuat orang lain menunggu karena bisa saja mereka menyempatkan waktu untuk kita, sementara kita mengingkarinya begitu saja tanpa pemberitahuan. Menunggu sampai bertahun-tahun … pilu, Hiks. Memang berat sih, karena tidak semua orang bisa menerima alasan kita. Atau justru malah kita yang dianggap tidak menepati janji dan suka PHP-in orang. Janjimu palsu, gombal mukidi

Mudah-mudahan kita bukan termasuk seseorang yang suka mengobral janji, karena janji yang tidak ditepati adalah sebuah hutang yang harus dipertanggung jawabkan di hari akhir nanti. Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Menjaga lisan dan hati kita, jangan sampai kita terjebak dengan gemerlapnya di dunia karena kemeriahan dunia hanyalah semu. Tidak ada manusia yang bisa menjadi super hero, yang bisa melakukan apapun. Tidak perlu memiliki ribuan janji, cukup satu janji tapi berusaha mewujudkannya dengan sempurna. 

Mohon ma’af bila ada yang tersinggung atau tersakiti dengan tulisan saya yang apa adanya ini. Hanya orang yang suka mengemukakan opini dalam bentuk tulisan. Sebagai manusia masih terus memperbaiki kualitas diri. Kalau saya punya janji dengan Anda, tagih aja yaak. Tapi kalau Anda yang berjanji, nggak usah takut, saya bukan debt collector janji kok … LoL. 

Semoga ALLAH melimpahkan hidayah-NYA pada kita semua … Aamiin.



No comments:

Post a Comment