Tuesday 13 October 2015

The Meaning of Life



Mungkin, banyak orang yang sering berpikir dan bertanya, apa sih arti kehidupan ini? Kenapa sih kita harus hidup di dunia ini ? Untuk apa kita berdo’a ? Jika dicermati sedemikian rupa atas pertanyaan-pertanyaan itu, maka akan banyak sekali jawaban. Satu dengan lainnya bisa saja bertentangan, tidak sama atau bisa saja mirip. Jawaban tentu bergantung pada ilmu dan akhlak orang yang menjawabnya. Juga terletak pada nilai kemaslahatan dan manfaatnya. Jika kita menjalani dan memahami hidup dengan benar, dengan mudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. 

Bagi sebagian orang kehidupan adalah uang dan kesenangan. Jadi setiap detik dalam kehidupannya digunakan untuk mencari uang dan bersenang-senang. Jika tidak ada uang, ia seperti kehilangan hidupnya. Ada pula yang menjawab bahwa kehidupan adalah kedudukan atau pangkat dan jabatan. Mereka yang menganggap bahwa dunia adalah titik akhir, sehingga terus mencari kesenangan dunia. Pertanyaan selanjutnya, apakah kita hidup hanya sekedar mencari makan, hidup sekedar untuk hidup, bekerja sekedar untuk bekerja, hanya mencari materi duniawi, uang yang banyak, kendaraan mewah, rumah bak istana dengan jumlah yang banyak dan pendamping yang rupawan ? Apakah hidup ini cukup dengan hanya memiliki nama dan pengakuan dari orang lain ? 

Wajar jika manusia suka kepada dunia, orang biasa, alim ataupun ulama, apalagi manusia seperti saya … he he he. Makan, minum, belajar, bekerja, istirahat, olahraga dan sebagainya. Semuanya adalah bagian dari kehidupan kita, sebuah ketentuan yang telah dikehendaki oleh Allah, SWT. Semuanya yang namanya manusia memandang indah wanita, pria, anak-anak, harta benda dan kekayaan yang melimpah. Menurut Buya Hamka nih, jika kita hidup sekedar untuk hidup, babi di hutan juga hidup, kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja, Banyak orang yang secara materi berlimpah, memiliki jabatan tinggi, suami yang ganteng, istri yang cantik, seakan serba serasi dan terlihat seolah-olah hidupnya bahagia, tapi sebenarnya banyak diantara mereka yang hatinya kosong. Hmm … hanya sekedar pencitraan di depan orang lain kali yaa, dunia ini panggung sandiwara … LoL. Pada kenyataannya, suami kemana, istri kemana dan anak juga kemana. Semua harta yang mereka miliki seolah tak mampu membuat mereka bahagia dalam arti yang sesungguhnya. 

Arti kehidupan bagi penghuni kolong jembatan tentunya juga berbeda. Kayaknya mereka happy-happy aja tuh dengan cara hidup mereka. Bagi mereka arti kehidupan adalah ada tempat untuk berlindung dan makan ala kadarnya. Iyalah, gimana nggak happy, mereka tidak perlu membayar tagihan listrik, telepon, air minum dan pajak ini itu. Hanya satu yang bikin mereka nggak happy, petugas Satpol PP … LoL. Teman saya ada yang lebih aneh lagi, hidup baginya adalah kesempurnaan. Jadi, apa-apa dia maunya yang perfect dalam segala hal, terutama soal pendamping hidup. Sampai saat ini teman wanitanya selalu berganti-ganti terus sampai tak terhitung. Dia bosan lalu tinggalkan, bosan tinggalkan, begitu terus seolah tidak ada yang pantas semua. Dikatakan playboy atau penjahat wanita, dia tidak terima, lucu ya. Tapi kalau melihat yang seperti itu malah miris jadinya, kesannya jadi melecehkan seorang wanita. Apalagi usianya juga sudah berumur ( lebih tuaan dikit dari saya … he he he ), seharusnya dia sudah settle down dengan seseorang, jadi saya hanya bisa mendo’akan, semoga umurnya cukup dalam pencariannya itu. Tobat nasuha, Bro … LoL.

Saya sendiri kalau ditanya tentang arti kehidupan pasti akan saya jawab, Life is a journey. Kalau ada yang ngeyel, where’s the map ? Peta-nya sudah ada kok, tinggal menunggu petunjuknya aja … he he he. Karena sudah sering mendapatkan “ perhatian “ dari ALLAH, dengan berbagai peristiwa, saya lebih suka menjalani hidup apa adanya, tidak ngoyo ataupun iri dengan kehidupan orang lain. Setiap manusia kan sudah ada suratannya masing-masing. Tapi kalau ada orang yang iri, dengki atau jengkel dengan kehidupan saya ataupun merasa terganggu dengan eksistensi saya, silahkan aja, itu masalah Anda. Apapun pandangan Anda terhadap kehidupan saya, monggo kerso panjenengan … LoL. Semua yang terjadi pada kehidupan saya adalah takdir yang sudah ditentukan dan tidak mungkin saya bisa mengelak. Yang penting, saya terus belajar, banyak-banyak bersyukur, berusaha berbuat yang terbaik dan tahu ke mana arah tujuan saya. Kalau kita melakukan hal-hal yang baik, tentunya lingkungan di sekitar kita akan terkena dampak baiknya juga. 

Kecenderungan sifat manusia adalah tidak pernah puas, takabur dan riya’. Baru diberi sedikit kenikmatan aja sudah sombongnya minta ampun, sudah merasa diatas angin. Padahal sesuatu yang berhubungan dengan duniawi dalam sekejap bisa musnah bila ALLAH berkehendak, tanpa banyak bicara dan tanpa peringatan. Pun dengan kesehatan, mungkin sekarang kita dalam kondisi sehat segar bugar, namun tak tahu kapan akan jatuh sakit. Bisa saja saat ini berlimpah harta benda, tapi besok, siapa tahu harta itu bisa musnah. Tidak ada yang tahu seberapa lama hidup kita dan tidak ada yang pernah tahu, bagaimana nasib kita ke depannya.

Orang yang sudah tahu tujuan dia hidup dan untuk apa dia hidup, maka dia tidak akan pernah berfikir bahwa dia akan hidup selama-lamanya di dunia. Dia juga tidak mungkin berfikir untuk bisa hidup hanya dengan tangannya sendiri tanpa ada peran " tangan Tuhan " dan juga manusia yang lainnya sebagai makhluk sosial. Sekuat apapun kita, tetap akan membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita. Memangnya kalau kita sakit parah, kita bisa menyetir sendiri, berobat ke rumah sakit ? Menggali kuburan kita sendiri saat sudah mati ? Kalau bisa malah gawat tuh, yang melayat pada ngacir semua … LoL. Kebanyakan orang juga seringkali lupa dan tidak mau mengoreksi diri sendiri. Lebih banyak melihat kesalahan orang lain tanpa bercermin terlebih dahulu. Merasa dirinya paling hebat, paling baik dan paling bijak. Seandainya terjadi sesuatu, mereka selalu mengeluh dan merasa menjadi orang yang terdzalimi. Padahal semua yang terjadi pada diri kita adalah akibat dari perbuatan kita sendiri, entah di masa lalu ataupun sekarang. 

Kalau saya melihat dan mengamati orang-orang yang saya temui, banyak sekali dari mereka yang terpuruk itu pada awalnya punya perasaan ujub, suka riya dan merasa jumawa dengan keberadaan dirinya. Bahkan pada saat terpuruk pun mereka tidak pernah mengoreksi diri, berkoar-koar pada semua orang kalau dia sudah didzalimi, disakiti dan dikhianati. Padahal kalau mau hitung-hitungan, justru mereka-lah dulunya yang sering mendzalimi orang. Baik dengan kata-kata dan perbuatan, disengaja ataupun tidak. Termasuk juga dalam hal mencari rezeki. Jarak antara yang halal dan yang haram hanya seutas benang, jika benang ditarik, sreeet … yang haram tiba-tiba dijadikan halal, sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. Banyak sekali yang berucap syukur karena merasa mendapatkan limpahan nikmat …. Alhamdulillah Yaa Allah, saya mendapatkan banyak rejeki hari ini. Padahal nikmat yang dia dapatkan itu hasil dari perbuatan mereka yang tidak terpuji, bukan hasil dari kerja keras karena berikhtiar, misalnya melakukan sesuatu yang diharamkan, merampas, mengambil hak milik orang lain, menipu, melacurkan diri ( ma’af beribu ma’af ) …. Naudzubillahi min dzalik. Tapi bagi mereka yang “ merasa “ baru mendapatkan musibah, limpahan nikmat itu dianggap sebagai barokah. Jujur, hal-hal seperti itu terlihat aneh dan terkadang membuat saya ingin tertawa, mungkin bagi Anda juga kali yaa. Sepertinya kok ada yang error gitu loh … he he he. 

Kalau kita mau berpikir lebih jauh lagi, terkadang limpahan nikmat yang bertubi-tubi itu mungkin saja ujian dari Allah, SWT yang sesungguhnya. Atau mungkin sebagai bentuk ketidak pedulin-Nya lagi pada kita, dikasih cobaan tapi malah semakin sombong dan kemaruk harta. Istilah jawanya, urip di ujo bondho terus-terusan. Mereka yang memahami arti hidup maka setiap gerak langkahnya dalam mengarungi kehidupan selalu berhati-hati dalam bertutur dan bertindak, apalagi kalau hal itu melibatkan orang lain. Lebih baik menunda sejenak dalam berbuat sebelum tahu persis apakah hal tersebut baik, buruk, terpuji, tercela, halal atau haram. 

Sebagai manusia yang beragama tentunya kita mempunyai sandaran hidup akan keyakinan kita terhadap Tuhan. Agar tegar dalam menghadapi setiap gejolak kehidupan. Kita bisa menemukan arti kehidupan sesungguhnya lewat agama yang kita anut. Dengan begitu kita akan sadar sejauh mana kita mengartikan kehidupan ini. Dan pada akhirnya tinggal kita sendiri yang menyimpulkan apa arti kehidupan ini ? untuk apa ? dan akan dibawa kemana arah kehidupan kita ? Mungkin setiap manusia boleh saja berbeda dalam mengartikan kehidupan, tetapi jangan pernah terjerumus kedalam arus kehidupan yang akan menyesatkan diri kita sendiri. Wallaahu a’lam bissawab.

Hanya ingin mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 1437 HIJRIYAH, semoga ALLAH, SWT melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya pada pada kita semua … Aamiin Yaa Rabbal Alamin. 


This is the beginning of a new day and new years 
What I do today is important
When tomorrow comes, this day will be gone forever
And I just want to be a better person 

Goodbye yesterday
Hello today
Welcome tomorrow …


~ SOLO, 1 MUHARRAM 1437 HIJRIYAH ~





Monday 21 September 2015

HATERS


Suka mencari-cari kesalahan, komentarnya pedas, mengkritik dengan bahasa frontal, selalu berpikiran negatif, suka pamer, merasa dirinya paling benar, hebat, paling cantik, paling ganteng, suka kepo, pandai berkelit, kreatif dalam membuat isu, tidak pernah kehabisan akal untuk menjatuhkan orang lain, suka menertawakan orang, sangat memperhatikan kekurangan orang lain dalam hal apa pun dan orang lain selalu salah di matanya. Anda familiar dengan orang-orang yang memiliki karakteristik seperti itu ? Atau ada beberapa orang di sekitar Anda punya sifat seperti itu, entah itu teman atau saudara. Apa yang ada di benak Anda ketika melihat manusia seperti itu ? Manusia iri ? Dengki ? Orang iseng ? Atau kebun binatang berjalan ? Hmm … tidak lain dan tidak bukan, itulah yang dinamakan Having Aggression Towards Everyone Reaching Success alias Haters. 

Buat yang belum ngeh, haters itu bisa diartikan dengan " Pembenci " atau orang yang selalu tidak suka dengan segala perbuatan kita. Kalau di alam nyata, orang-orang seperti itu dikenal sebagai manusia yang punya sifat hasad alias suka iri dan dengki. Dengan orang yang sudah dikenal ataupun yang tidak dikenal. Dan orang yang punya sifat hasad ini biasanya juga suka menghasut. Haters di dunia maya lebih parah daripada manusia hasad. Lho, kok bisa sih ? Kalau kita dibenci karena sifat atau tingkah laku kita yang kurang pantas, itu mah wajar yaa. Tapi kalau kita sudah introspeksi diri dan merasa baik-baik saja, kan aneh juga, betul nggak ? Meskipun memang benar sebaik-baiknya kita menjadi manusia, tetap saja ada orang yang tidak suka, bahkan membenci kita. Maklum-lah namanya juga manusia, asalkan masih dalam batas kewajaran, mungkin orang lain masih bisa mentolerir. Bagi manusia normal, memang tingkah mereka memang super aneh dan melewati batas. Tapi bagi para haters sendiri, mereka menganggapnya wajar-wajar aja. Era demokrasi gitu loh, semua orang berhak mengeluarkan pendapat. Benar-benar membuat orang tepok jidat dan gedheg-gedheg … LoL. 

Internet saat ini memang penuh dengan hal-hal aneh dan ganjil, yang semakin ekstrem bermunculan selama beberapa tahun terakhir ini. Seiring dengan semakin berkembangnya tehnologi, banyaknya generasi muda yang meluangkan waktunya dengan internet dan semakin sedikit meluangkan waktu berinteraksi dengan orang di dunia nyata. Mulai dari kantor, sekolah, pasar, pinggir jalan dan angkutan umum, rata-rata pada memegang gadget semua. Dan tempat yang paling sering dibuka adalah situs-situs media sosial yang populer, seperti Facebook dan Twitter. Komentar-komentar bermunculan seperti terjadi perang kata-kata, debat kusir yang tak berkesudahan.

Cara manusia biar dikatakan gaul untuk cari perhatian dan eksis memang tidak pernah habis. Ironisnya, dari waktu ke waktu caranya juga semakin aneh. Mulai dari yang paling klasik yaitu pamer, tentunya pamer yang lebih halus dan kelihatan rendah hati, dengan sedikit menyitir ayat-ayat dari kitab suci … he he he. Tidak salah kok, berdakwah di media sosial dan mengajak orang kearah yang lebih baik. Malah sangat bagus tuh, Amar ma’ruf nahi munkar. Yang membuat kelihatan aneh adalah kalau mereka memang taat dalam beribadah, paham banget tentang agama, kenapa juga harus pakai menyindir orang per orang, menghakimi dan kesannya jadi nyinyir banget. Kalau pamer barang dagangan sih wajar aja, namanya juga orang jualan. Lha ini, pamer, nyindir dan nyinyir, seolah mereka sendiri yang berada di jalan yang benar, yang lain salah semua. Ini menurut analisa sotoy ane lho yaa … LoL.

Yang agak modern memakai cara dengan memposting status galau, agar diperhatikan. Tujuannya hanya satu, ingin ditanya. Yuups, pengen banget ditanya terutama tentang kehidupannya dan jawabannya bisa ditebak, pamer. Padahal kehidupannya jauh dari kenyataan yang sebenarnya alias not real. Tujuannya hanya untuk pencitraan, butuh pengakuan dari orang lain agar dianggap eksis, hebat, bijaksana, super dan sempurna. Sifat ini sebenarnya sudah kelihatan dari beberapa orang yang saya temukan di media sosial, tidak satu kata hati dan perbuatan. Perbedaan yang terlalu jauh antara realita dan dunia maya. Kalau manusia normal pastilah mereka meng-up date status dengan cara-cara yang normal juga. Entah itu dikomentari atau tidak, dikasih jempol atau tidak, mereka stay calm aja. Untuk takaran yang lebih ekstrim lagi, yang mabuk pamer dan yang gila hormat, biasanya antara pertanyaan atau jawabannya juga nggak nyambung, OOT alias out of topic. Kalau tidak ada yang kasih komen atau jempol, mereka jadi uring-uringan nggak jelas. Malah jadi kelihatan kualitas mereka yang sebenarnya, ngakunya sih sarjana, tapi gaya bicaranya kayak preman pasar ... Oops …. he he he. 

Secara logika nih, mana ada haters yang cantik semlohay atau ganteng, kaya, pinter, baik hati, sopan, bijaksana dan ahli agama. Yang ada manusia-manusia dengan kualitas itu malah banyak haters-nya tuh. Kebanyakan para haters tuh kehidupan yang sebenarnya jauuuh banget dari apa yang mereka pertontonkan di media sosial. Lebih banyak kekurangannya, entah itu dari segi materi, fisik dan caranya bersosialisasi. Bisa jadi, eksistensinya di dunia nyata dianggap sebelah mata alias diremehkan. Mulai dari teman, tetangga, suami, istri dan bahkan saudaranya sendiri. Prestasi yang dihasilkannya pun biasanya yang kategori biasa-biasa aja, jauh dari kata luar biasa. Dan hal seperti itu sudah membuat mereka melambung alias over confident, menganggap kalau dirinya-lah yang terhebat. Hasilnya, makhluk yang sebenarnya patut dikasihani ini merasa perlu menyerang semua orang yang hidupnya adem ayem, tentrem, damai, bahagia dan melakukan hal-hal yang positif.

Karena itulah haters rajin banget men-stalking akun-akun kita, men-cek siapa saja yang mention kita, mengamati display picture BB kita, dibandingkan dengan kawan-kawan biasa yang kita miliki. Dan bisa jadi pula, para haters kita lah orang-orang pertama yang tahu berita tentang diri kita, sangat update. Dan kalau ditanya kenapa, jawabannya pasti seperti ini, " Ya suka-suka gue dong mau benci, mau suka apa nggak ke orang, itu urusan gue !". Dari pernyataan itu sudah jelas banget betapa konyolnya dia. Dia bilang benci, tapi nggak mau bilang kenapa bencinya. Yuups ... tidak mau bilang alasannya karena dia malu atas kekonyolan sendiri, ketahuan kepo. Tapi kalau dipikir-pikir, mana ada Haters yang malu yaa. Rata-rata para Haters itu bermental badak, tahan cuaca kayak Aquaproof … LoL. Mereka mengalihkan pembicaraan, tujuannya untuk mencari celah keburukan dan menyerang kita, tapi tetap saja perilaku tersebut menunjukkan betapa mereka itu benar-benar miskin hati dan miskin perasaan. Kasihan deh lu … LoL.

Para Haters sebenarnya adalah orang-orang yang bersedih karena kehidupan mereka tidak seperti yang mereka harapkan, pembohong kelas teri yang berpura-pura sok aksi dan mereka percaya kalau bisa menghancurkan kesuksesan orang lain, barulah mereka akan merasa puas. Puas bisa menghina, mencaci maki dan menertawakan orang lain. Seseorang pengecut dan pecundang karena ia hanya bisa mencari keburukan dari orang lain. Kenapa tidak bercermin dan melihat dirinya sendiri. Tidak perlu bicara tentang kejelekan atau keburukan orang lain, apalagi di media sosial. Tidak perlu berlebihan juga dalam update status atau komentar. Percuma dan tidak berguna. Nobody's perfect, isn't it? 

Tuhan itu maha adil, setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan. tapi jangan membuat kekurangan diri sendiri dengan menjadi seorang Haters yang hanya bisa nyinyir dengan kelebihan orang lain atau mengejek kekurangan orang lain. Mungkin sekarang masih bisa kepo, ketawa-ketiwi, mencaci dan menghina orang lain, besok-besok siapa yang tahu ? Allah, SWT adalah sutradara dan arsitek kehidupan manusia yang luar biasa, scene-scene kehidupan rancangan-Nya tidak seperti sinetron yang mudah ditebak. Skenario kehidupan rancangan Allah jelas menarik dan super hebat, selalu ada maksud-maksud tersembunyi yang tak pernah terbayangkan, entah itu kesenangan duniawi, banyak uang ataupun saat tertimpa musibah. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini dan biasanya baru disadari setelah melewatinya. 

Saya sendiri juga sudah terlalu sering kok berhadapan dengan pasukan Haters, pasukan nasi bungkus dan siapapun itu entah apa nama bekennya, manusia kepo, nerd, troll, funboy … saking banyaknya sampai mumet, tapi saya cuek bebek ajaahh … LoL. Apapun itu, kata-kata haters tidak perlu dimasukkan hati. Jengkel sih memang iya tapi kalau sampai terpancing emosi, yang rugi kan kita sendiri. Kita jadi ikut menjadi penghuni kebun binatang. Pikir lebih dalam lagi, mana ada kebun binatang yang bersihnya kayak Masjid ? Itu berarti Anda turun level, dari tempat yang nyaman ke tempat dimana hukum rimba berlaku dan segala macam kotoran ada. Dan kalau Anda sudah sukses nyungsep ke kebun binatang, bakal ribet saat balik lagi ke masjid, perlu membersihkan diri, mandi dan luluran sampai bersih ... he he he. Itulah tujuan utama mereka, memancing Anda untuk turun level menjadi seperti mereka. Penghuni kebun binatang ! Amit-amit dah, na’udzubillah min dzalik … 

Nikmati apa yang udah Anda dapatkan, jangan menjadi pendusta nikmat. Biarkan para haters jalan di tempat, karena mereka selalu sibuk sendiri untuk “ mengurusi “ urusan orang lain, mereka kan bisanya hanya begitu-begitu ajjaahh. Justru karena mereka jeli dalam mencari-cari kekurangan kita yang mereka sampaikan kepada kita baik dengan cara menyindir ataupun frontal, kita bakal jadi lebih sadar, bagian mana dari diri kita yang harus dibenahi. Menyakitkan memang tapi anggap saja semua kritik pedas mereka adalah kritik yang membangun. Kita hanya perlu jengkel, nangis atau teriak-teriak dengan cara yang berkelas, tapi cukup sekali aja yaa. Bukankah setiap perbuatan, entah itu baik atau buruk selalu ada balasannya, betul nggak ? Biarlah Yang Maha Kuasa aja yang membalas perbuatan mereka. So, let it go … let it go …

Intinya, bila kita dibenci oleh sebab yang tidak berdasar karena setelah introspeksi kita menyadari sedang dalam upaya perbaikan diri, bukan sedang melakukan keburukan atau maksiat, maka keberadaan haters merupakan anugerah Allah agar dosa-dosa kita sedikit berkurang, anggap saja begitu … he he he. Nikmati kehidupan yang hanya sekali ini dengan menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam segala keadaan. Sebab syukur itu memancing anugerah dan rejeki yang lebih besar dari Allah, sedangkan keluhan memancing hambatan yang lebih besar lagi dan juga jauh dari Allah. Bersyukur saat mendapatkan kesenangan mah siapapun juga bisa, iya nggak ? Kalau kita bersyukur saat ada orang lain yang menghina dan menertawakan kita, selalu bisa stay cool dalam menghadapi segala pancingan haters, berarti Anda memang punya mental juara. Cool, calm, confident … LoL. 

Manusia yang normal biasanya sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Produktif dalam kehidupan sehari-harinya, menghabiskan waktu secara berarti bersama teman-teman dan keluarga mereka. Memberi komentar, kritik, pendapat dengan santai dan lapang dada. Berbagi kebahagiaan di media sosial dengan wajar, tidak berlebihan dan tanpa ada unsur riya’. Mereka boleh jadi memberi sesuatu yang bermanfaat dalam informasi, berkomentar dan menanyakan pertanyaan yang cerdas. Mereka juga tidak " butuh " pengakuan ataupun pujian dari dunia maya. Meskipun jujur nih, semua orang pasti ada keinginan untuk dipuji dan diakui, tapi mereka lebih suka mendapatkannya dari orang-orang disekitarnya. Tidak perlu berkoar-koar agar seluruh dunia tahu, tindakan nyata-lah yang akan membuktikannya.

Jika Anda menemukan banyak sekali manusia seperti yang saya ulas diawal tadi di Internet, segera bercermin dan tersenyum karena Anda tergolong manusia normal, so am I, saya juga … LoL. Jika sekarang ada yang marah karena artikel ini, maka bisa jadi Anda adalah salah satu haters. Biasanya nih, haters tidak mau mengakui dirinya sebagai haters, malahan suka menunjuk orang lain sebagai haters. Satu jari menunjuk orang lain, tiga jari yang lainnya menunjuk pada dirinya sendiri. Itulah, Haters. By the way, dekat rumah saya ada keluarga yang bangga dikenal sebagai Hater. Bahkan sampai sekarang, sudah almarhum pun tetap menjadi Hater, istrinya juga dipanggil Bu Hater, lha wong namanya memang M. Hater, cuma nggak ada tambahan huruf S-nya … he he he.

Last but not least, Ajining sarira ana ing busana, ajining diri ana ing kedhaling lathi. Hormatilah dan hargailah orang lain agar Anda juga dihormati.  Haters gonna be hate .... 

Tuesday 18 August 2015

FRIENDSHIP


Persahabatan bagai kepompong
Dapat berubah menjadi kupu-kupu …. 

Di jaman sekarang orang mudah sekali menjalin pertemanan, apalagi tekhnologi sekarang sudah semakin canggih. Hanya dengan sekali klik, kita bisa mendapatkan ribuan teman. Google, FB, Instagram … dan sebagainya. Eits … tunggu dulu, teman seperti apa yang dimaksud ? Terlebih lagi sahabat, tidak semudah itu, Guys. Sahabat dan teman itu berbeda. Itu juga bukan berarti kalau kita pilih-pilih teman. Semua orang bisa kita jadikan teman, entah itu di dunia nyata ataupun dunia maya, tapi tidak semua orang bisa menjadi sahabat. 

Persahabatan memang bukan hubungan yang bisa didapatkan secara instan dan cepat. Ada yang menjalin persahabatan hingga puluhan tahun lamanya. Faktor yang membentuk persahabatan diantaranya seperti kesamaan karakter, persepsi, hobi dan lain sebagainya yang terjalin secara intens dengan rentang waktu yang lama sehingga menghasilkan sebuah unsur yang sangat penting dari sebuah persahabatan, yaitu saling mempercayai, saling jujur, saling menjaga, saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

Saya sendiri juga gampang sekali mendapatkan teman, dalam semenit bisa bercanda ha ha hi hi he he, hanya sebatas itu. Banyak sih, yang mengaku-ngaku sebagai teman dan mereka sok tahu banget, padahal sebenarnya tidak tahu apa-apa. Kalau ada info yang salah, bukan saya yang bohong tapi mereka yang palsu dan mengada-ada. SKSD gitu loh … sok kenal sok deket … he he he. Pada saat saya kuliah pun teman saya juga banyak, tapi “ my best friends “ hanya ada beberapa dan masih tetap awet sampai sekarang. Yang kelihatan sering runtang-runtung, ketawa-ketiwi itu belum tentu orang terdekat saya. Justru orang yang mengenal saya dengan baik malah jarang terlihat, tidak pernah exist alias tidak mengenal Facebook, Whatsapp, BBM dan sebagainya. Saya punya cara tersendiri untuk keep in touch dengan mereka. Sahabat punya arti lebih buat saya karena seorang sahabat akan selalu ada untuk kita dan mempunyai ikatan emosi dan batin yang kuat pada diri kita, akan tetapi seorang teman adalah orang yang hanya kita kenal dan tidak ada ikatan batin dan emosi yang sama. Buat saya, teman ya teman aja, tidak lebih. Kalau pacar sih, beda lagi … I adore, me amour …. cie … cie … LoL.

Seringkali ada orang yang mengaku sabagai teman, namun pada satu ketika ternyata dia diam-diam menginginkan dan melakukan sesuatu yang pada dasarnya tidak pernah terpikirkan oleh kita. Keberadaanya yang kita anggap sebagai teman, namun ternyata mereka tidak memiliki pengertian dan punya pemahaman yang berbeda akan arti pertemanan. Selama mereka mendapatkan keuntungan, mereka akan terus nempel pada kita, tapi begitu semua keinginannya tercapai, say goodbye alias ngacir. Hmm … memang susah ya, mencari seseorang yang benar-benar tulus dan bisa kita percaya. Sudah pasti yang kita rasakan adalah kekecewaan yang sangat dalam. Sakitnya tuh disini … hiks.

Tapi ada baiknya juga lho, kita mesti bersyukur karena ALLAH, SWT memberikan hati, nafsu dan pikiran agar manusia dapat memilah-milah hal yang dianggap baik dan buruk. Meskipun persahabatan tak selalu sejalan dan juga terkadang menjengkelkan namun itulah "bumbu-bumbu" yang membuat arti persahabatan menjadi semakin indah karena itu menandakan persahabatan sejati terus tumbuh. “ Don’t judge the book by its cover ”, tidak mudah kita menilai seseorang dari luarnya saja untuk melihat kebaikan dan ketulusan dalam sebuah pertemanan tetapi coba rasakan dan jangan hanya melihat dengan mata, tapi juga dengan hati supaya tidak salah memilih teman, apalagi sahabat. Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi kita semua … Aamiin.


Sahabat sejatiku
Hilangkah dari ingatanmu
di hari kita saling berbagi
Dengan kotak sejuta mimpi
aku datang menghampirimu
Kuperlihat semua hartaku

Kita selalu berpendapat
Kita ini yang terhebat
Kesombongan di masa muda yang indah
Aku Raja kaupun Raja
Aku Hitam kaupun Hitam
Arti sobat lebih dari sekedar materi …

~ SOS ~






Friday 31 July 2015

MBA ... Married By Arrangement

Apa sih yang kau tunggu
Apa sih yang kau mau
Langsung saja
Coba katakan ya
Coba katakan ya
Coba katakan kau setuju ...

Pernikahan adalah sebuah hal yang sakral, yang menjadi awal dari sebuah hubungan yang berlangsung seumur hidup. Namun saat ini banyak kasus di mana pernikahan digunakan sebagai alat, baik untuk menaikkan status sosial, ekonomi, menyenangkan pihak-pihak tertentu, bahkan demi kepentingan politik dan bisnis. Married by arrangement, pernikahan yang sudah diatur atau perjodohan, istilah bekennya lagi “ Arranged Marriage “. Topik paling menarik, bukan hanya di Indonesia saja, tapi di seantero jagad. Dan semua orang tidak pernah bosan membicarakan, termasuk saya. Soalnya banyak nih yang sudah mendapat gelar MBA, tapi mudah-mudahan saya tidak … LoL. 

“ What ? Dijodohin? Nggak salah nih ? Memangnya ane nggak bisa nyari sendiri ? Ane bukan Siti Nurbaya … Helloooo …”. Ya, kurang lebih inilah komentar saya saat masih kuliah … LoL. Dulu selain kuno, perjodohan juga saya dianggap sebagai salah satu pelanggaran terhadap hak seseorang dalam menemukan sendiri belahan jiwanya. Itu mah dulu, biasalah, komentar cewek berumur 20-an. Kalau sekarang lain lagi, karena sudah tua jadi lebih open minded. Tidak pro dan juga kontra … he he he. 

Sebenarnya, saya sudah tidak heran lagi dengan yang namanya perjodohan, rata-rata saudara sepupu saya menikah karena dijodohkan. Memang sih, kelihatannya baik-baik dan rukun-rukun aja sampai sekarang. Tidak selamanya dijodohkan itu buruk dan perjodohan juga bukan berarti orangtua tidak percaya kalau kita bisa mencari pasangan secara mandiri. Sebenarnya tidak ada salahnya jika memilih untuk menikah melalui jodoh yang dicarikan orang tua atau keluarga dekat kita. Kalau saya sih lebih sering berkelit, bukan apa-apa cuma persoalan hati aja. Karena hati tidak pernah bisa berbohong … Jiiaahh. Sehingga, apapun resikonya saya sendiri yang akan menghadapi.

Yang menjadi masalah utama dalam perjodohan itu umumnya adalah tujuan dan bagaimana cara menjodohkan. Jika fokus utama menjodohkan adalah untuk kebahagiaan kita, it’s okay-lah tidak ada masalah tapi apabila ada motif lain, misalnya karena harta dan tahta alias kekayaan atau status sosial, nggak banget dah. Perlu diingat, hormat dan patuh pada orangtua atau kerabat yang lebih tua, bukan berarti mengikuti semua kemauannya. Karena bagaimana pun setiap orang adalah pribadi mandiri yang berhak membuat keputusan sesuai dengan kemauannya sendiri. Dengan membuat keputusan sendiri, bukan berarti menjadikan kita sebagai anak durhaka. Jadi nggak ada cerita deh yang namanya main paksa. Meskipun banyak juga orang tua yang melakukan hal-hal seperti itu. Lagipula, cinta tidak bisa diukur dengan materi, kayak orang jualan aja, ya nggak ? 

Kadang berdasarkan ego tersebut, mereka jadi menutup mata dan telinga dari anaknya yang nggak mau dijodohin. Kalau cocok sih tidak apa-apa tapi kalau tidak cocok ? Itu bakalan menjadi malapetaka. Apalagi kalau memaksakan dicocok-cocokin, sudah pasti menjadi situasi yang sangat dilematis. It’s love disaster, membuat neraka untuk diri sendiri. 

Beruntung, saya mempunyai orangtua yang cukup moderat meski kadang-kadang sifat kolotnya keluar, tapi kalau urusan perasaan mereka memberi kebebasan penuh. Yang penting anak-anaknya happy, tidak salah pilih dan tetap berada di jalan yang lurus … he he he. Karena memilih pendamping adalah pilihan hidup bagi sang anak. Si anak-lah yang akan menjalani bahtera kehidupan. Justru keluarga dekat saya yang lainnya yang merasa jengah dengan ke-single-an saya dan adik saya. Menurut mereka, saya dan adik saya tidak ada alasan untuk menjadi jomblo … LoL. Makanya semua pada ribut menjodoh-jodohkan dengan si ini, si itu … pusing dah. 

Dan kali ini yang ketiban sampur adalah adik laki-laki saya. Karena sudah punya pilihan sendiri, adik saya sampai ngamuk-ngamuk saat mau dikenalkan dengan seorang gadis. Kalau saya yang digituin mah udah kebal, jadi nyantai aja … he he he. Yang tidak mengenakkan kalau yang menjodohkan itu berharap banyak alias harus jadi naik ke pelaminan. Masalah yang tadinya hanya sepele malah menjadi berkelanjutan, kriwikan dadi grojogan, bingung aja menghadapi hal seperti itu. Mestinya kan harus disadari kalau tidak semua orang mau menerima perjodohan. Yang belum menikah, belum tentu mereka tidak laku. Yang kelihatan masih single, belum tentu mereka tidak punya pilihan atau pasangan. Orang lain mah cuma melihat dari sisi luarnya aja, awalnya bermaksud baik mau mencarikan jodoh, pada akhirnya malah menjadi masalah. Kesannya jadi main paksa begitu. 

Memang sih, baik untuk seseorang belum tentu baik untuk kita. Banyak yang berpikir kalau masih single itu berarti pilih-pilih pasangan, mencari yang perfect atau punya standart yang tinggi. Padahal semuanya salah besar. Menemukan orang yang tepat tuh tidak semudah membalikkan telapak tangan, tidak seperti memilih kucing dalam karung. Saya dan adik saya punya tipe yang sama, mencari yang tidak neko-neko. Belum tentu yang cantik atau yang ganteng dan banyak duit itu disukai, kecuali bagi orang yang punya modus tertentu. Saya sendiri tidak mencari pangeran ganteng yang gagah dan gaul, saya hanya mencari “ A gentleman who really love me ”. Kalau cuma cinta abal-abal mah bertebaran. Karena sudah ketahuan, apapun yang mereka katakan hanyalah Lip Service dan tidak perlu ditanggapi. 

Menurut saya nih, perjodohan yang berdasarkan keterpaksaan membuat perjodohan begitu rapuh karena tak ada kecocokan yang dibangun di antara keduanya. Ikatan hubungan yang dibangun atas dasar cinta memang tidak menjadi jaminan akan langgeng apalagi bila hubungan tersebut berdiri tanpa dasar cinta sedikit pun, hal tersebut juga terancam lebih rapuh lagi. 

Jika ada yang mau menjodohkan, akan lebih baik dijajaki terlebih dahulu, jangan langsung iya,iya alias terima aja dan kemudian segera menikah. Karena menikah itu bukan lomba lari, siapa cepat, dia dapat. Bukannya menunda-nunda atau mengulur waktu tapi dilihat juga cocok atau tidak. Tidak apa berkenalan dulu dengan cara baik-baik, pernikahan itu masalah hati, harus cocok hati dan cocok pikiran. Fase ini penting untuk saling mengenal satu sama lain. Yang lebih penting lagi adalah niat baik dan kejujuran. Dalam arti, berniat untuk membina hubungan yang serius dan kedua belah pihak juga harus saling menyadari kalau dijodohkan, sehingga perlu dibicarakan secara intens, apakah perjodohan ini perlu diteruskan atau tidak. Jangan sampai mengambil keputusan untuk langsung menikah. Akan lebih baik meminta waktu untuk saling mengenal. Sehingga dalam proses saling mengenal, apabila tidak cocok, lebih baik hubungan diakhiri. Harus sama-sama legowo gitu loh … 

Memang sih, banyak yang memberikan argumen bahwa cinta dapat dibangun seiring waktu berjalan “ witing tresno jalaran seko kulino “. Nggak salah sih, cinta akan datang karena terbiasa. Tapi itu kan memerlukan proses dan kebesaran hati dari dua insan untuk saling menerima apa adanya. Namun persentase kemungkinan terbangunnya kecocokan, cinta atau tidak adalah fifty-fifty. Bisa jadi di tahap penjajakan itu keduanya akan jatuh hati, atau juga tidak. Pada umumnya, pasangan yang menikah karena cinta memiliki rasa cinta mereka sebagai salah faktor terbesar untuk menghadapi konflik-konflik pernikahan. Namun ketika tidak memilikinya, apa yang akan menjadi alasan terbesar untuk tetap setia pada pasangan ketika berbagai konflik berkelanjutan menghampiri ? Jika memang yang dijodohkan merasa nyambung pastinya mereka bisa saling mencintai, tetapi jika tidak ada kecocokan, ya susah untuk ke depannya. Hmm … memang enak, menjalani sebuah pernikahan di mana kemungkinannya adalah kita akan terjebak bersama seseorang yang tidak dicintai atau mencintai kita seumur hidup ? Alih-alih bahagia bersama pasangan yang dipilihkan, yang ada malah penderitaan batin berkepanjangan. 

Bukan berarti saya mengagung-agungkan cinta lho yaa. Seperti yang dikatakan sepupu saya, sometimes love just ain't enough, cinta saja tidak cukup. Perlu adanya kepercayaan, rasa nyaman, komunikasi, toleransi dan solidaritas yang tinggi dalam sebuah pernikahan dari kedua belah pihak. Bukan cuma salah satu aja, tapi keduanya harus sama-sama berjuang, mau menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan berbesar hati dan berlapang dada. 

Bagaimana pun tak bisa dipungkiri, kenyamanan dan rasa saling percaya menjadi alasan utama yang melandasi dua manusia tetap berkomitmen untuk berada dalam satu hubungan. Namun, kekakuan dan rasa sungkan yang ada pada pasangan hasil perjodohan seringkali membuat komunikasi yang lancar dan hangat sulit dilakukan. Biasanya sih kelihatan formal banget, kan jadinya malah aneh. Menjalin hubungan jarak jauh aja seringkali terjadi misunderstanding, apalagi yang baru saja saling kenal dan langsung menikah. 

Cuma kelebihannya dijodohkan nih, kalaupun tidak jadi, kita bisa segera move on. Perjodohan yang belum terlalu dalam tentu lebih mudah daripada move on dari hubungan bertahun-tahun yang dijalani atas pilihan sendiri, ngilunya sampai merasuki pembuluh darah, Cynn … he he he. Tapi hal ini sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk templok sana-templok sini, mentang-mentang bisa move on secepat kilat.

Kelebihan dijodohkan yang lainnya, ada pria yang berani meminang secara resmi dan bertanggung jawab di depan orang tua, setidaknya itu sudah menunjukkan sisi gentleman-nya daripada pria yang bertahun-tahun mengencani kita tapi tidak kunjung mau berkomitmen serius. Karena sudah dari awal diniatkan perjodohan hanya satu arahnya, untuk bersama-sama naik ke pelaminan. 

Berjalannya sebuah hubungan memang tak selalu mulus. Tidak jarang seseorang dihadapkan dengan hubungan yang tidak jelas status dan tujuannya. Niat hati ingin mendapatkan pasangan sejati, kadang orang yang dicintai justru menggantungkan hubungan. Tidak bisa dipungkiri kalau kaum pria memang memiliki banyak kelebihan, bisa memilih karena banyak pilihan. Bunga yang ada digenggaman seorang pria biasanya tidak hanya sekuntum, tapi seikat. Sering memberi harapan, eh nggak tahunya tiba-tiba malah pergi dengan yang lain tanpa pesan ataupun alasan. Wanita cenderung lebih tersiksa dalam pacaran dan sering terjebak dengan perasaannya sendiri … gue banget nih … hiks. 

Kemungkinan terburuk yang saya ceritakan adalah salah satu kasus disekitar saya yang pernah terjadi akibat perjodohan, tapi tidak semua perjodohan akan berakhir buruk, sepupu-sepupu saya juga baik-baik aja sampai sekarang. Banyak juga pasangan dari perjodohan yang hidup bahagia selamanya … Live happily ever after. Jadi tidak perlu mengalami menghabiskan waktu untuk pacaran lama, tapi tidak kunjung dinikahin alias di PHP-in aja … nyesek nih, sedih … 

Jujur, sebagai seorang anak kita tak selamanya benar. Bila kita punya pilihan atau pendapat lain, bukan berarti kita tidak sayang atau tidak menghormati orang tua atau kerabat lain yang lebih tua. Kalau salah diingatkan, kalau benar ya dibenarkan, jangan disalah-salahin melulu. Terlepas dari baik-buruknya perjodohan, kembali lagi kalau jodoh, rejeki, umur itu di tangan Tuhan. 

Biarlah kita menjalani pengalaman hidup agar bisa mendewasakan diri. Mengambil hikmah dari pelajaran yang didapat. Seiring berjalannya waktu, setiap manusia akan menjadi tua dan dewasa, menjalani lika-liku kehidupan dari kegagalan, keberhasilan, patah hati, jatuh cinta dan sebagainya. Justru hal-hal seperti itulah yang membuat hidup kita lebih berwarna. 

Apapun yang memang sudah takdirnya, yang akan terjadi pasti akan terjadi. Yang bisa dilakukan hanyalah ikhlas dan menerima, enjoy ajjahh gitu. Itulah yang terbaik. Semoga informasi ini berguna, bagi Anda yang sedang menjalin hubungan ataupun akan dijodohkan dan menjadi self reminder untuk saya sendiri. Mau dibawa kemana hubungan kita … Ku tak akan terus jalani … tanpa ada ikatan pasti … antara kau dan aku … LoL. 

Semoga ALLAH, SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya pada kita semua … Aamiin.



Thursday 11 June 2015

JUDGING OTHERS


Kenapa ya, kebanyakan dari kita punya kecenderungan menjadi sosok yang gemar sekali mencari-cari kesalahan orang lain. Ini salah, itu salah, seharusnya begini, seharusnya begitu dan begono … he he he. Sepertinya tidak suka kalau melihat orang lain senang, lebih baik daripada dirinya dan lebih sukses. Gampang banget ya, seseorang menuntut dan mengkritik orang lain. Bahkan tidak jarang juga mengharamkan sesuatu padahal halal dan haram itu dalam Islam sudah jelas ada ketentuannya. 

Apapun yang dilakukan oleh orang lain selalu salah dimata mereka. Mereka merasa menjadi manusia yang paling benar, sudah berlaku adil, jujur, sangat peduli, tidak pernah menyakiti hati orang lain, beramal lebih banyak dan lebih ta’at dalam hal ibadah daripada yang lain. Padahal kenyataannya, nol besar. Semua tindakan dan ucapannya jauh dari itu. Yang ada malah justru mereka sering menyakiti perasaan orang lain dengan kritikannya.

Sebenarnya sih, tidak salah dan boleh-boleh saja mengkritik teman atau siapa pun itu, tapi dalam menyampaikan kritik, saran atau koreksi sebaiknya kita tetap menghormati. Saat menyampaikan informasi yang sifatnya sebuah koreksi, sebaiknya kita menyampaikannya dengan cara yang baik. Seringkali orang menyampaikan saran, kritik atau ketika mengkonfirmasikan sesuatu hal dengan cara yang langsung menyudutkan dan menyalahkan, istilah kerennya judging alias menghakimi. Asal main tuding, main tembak dan main kecam aja. 

Melihat dan memahami diri sendiri ternyata bukan perkara mudah, ya. Dan tidak semua orang mau melakukannya. Mereka biasanya lebih suka melihat pada pemandangan yang jauh di luar dirinya dan sebaliknya lupa melihat hal yang dekat, apalagi terhadap dirinya sendiri. Kuman di seberang lautan tampak, gajah dipelupuk mata tak tampak. Itulah sebabnya, betapa sulit melihat kesalahan dirinya sendiri daripada melihat kesalahan orang lain. Atau mungkin memang sudah fitrah manusia kali yaa, seneng banget melihat kejatuhan orang lain … LoL. Tapi ada sesuatu yang lebih daripada itu, yaitu sebuah mekanisme untuk melindungi dirinya sendiri dari kekurangan dan kesalahannya. Mereka tidak suka kekurangan dan kelemahannya diketahui orang lain. Itulah sebabnya, manakala kekurangan itu diketahui orang, maka yang bersangkutan menjadi tersinggung dan marah karena merasa dirinya-lah yang paling benar dan sudah sempurna. 

Jelas lah, setiap orang merasa senang manakala mampu menunjukkan kelebihan dirinya sendiri, sekalipun kelebihan itu misalnya hanya diada-adakan, pamer gitu loh … he he he. Itulah sebabnya penampilan seseorang sehari-hari selalu berbeda dari penampilannya dirinya yang sebenarnya. Dengan sifat seperti itu menjadikan siapapun tidak mudah menghakimi dirinya sendiri. Para hakim pintar mengadili orang lain, tetapi tidak mampu mengadili dirinya sendiri atau keluarganya. Demikian juga orang pada umumnya, tidak mudah mengetahui dan bahkan menyadari atas kekurangan dan kesalahannya. Kesulitan melihat diri sendiri itulah yang menjadikan orang pada umumnya selalu bersikap subyektif.

Sebagai seorang wanita, kadang kita sering berpikir dan bertindak dengan emosi. Terlebih kalau kita termasuk pribadi yang sensitif, yang seringkali memaknai perkataan dan tulisan orang lain atas dasar buah pemikiran kita sendiri, kodrat semua kaum Hawa …. he he he. Terkadang saya juga terbawa emosi kalau mendengar kata-kata yang tidak enak didengar, entah itu ditujukan ke saya ataupun kepada orang lain. Karena jengkel, saya jadi agak emosi. Meskipun suka bercanda, jangan dikira saya tidak bisa marah. Kalau ada orang yang nabok, bagi saya yang penting adalah membuat benteng pertahanan. Maklum-lah, sebagai manusia, saya punya kesabaran dan juga ketidak sabaran. Walaupun wajar tapi kan tetap aja, buat saya nambah-nambahin dosa aja tuh … he he he, nyadar nih. Bagaimana tidak, pada akhirnya kita juga ikut terbawa arus dengan membicarakan orang yang menohok kita. Mendingan menjauh aja deh, dari manusia-manusia yang punya penyakit kronis seperti itu. Maunya apa sih, kok semua orang dicela dan dikecam terus-terusan seolah tidak ada satupun yang benar. Kayak nggak ada capek-capeknya ngomongin orang lain melulu.

Saya sendiri tidak anti terhadap kritikan, karena kritikan itu akan memacu saya untuk berbuat lebih baik lagi. Asal kritikan yang membangun lho yaa, yang logis dan nggak ngawur aja. Dan juga, tidak asal mengecam, perbedaannya jauh lho antara kritikan dan kecaman. Jujur, sampai saat ini saya pun masih terus belajar dalam segala hal, entah itu bisnis, tulis menulis, ilmu pengetahuan, agama, hubungan dengan sesama manusia dan kehidupan sehari-hari. Meskipun sudah menjadi kodrat manusia, tapi tidak bisa dibenarkan kalau hal itu dijadikan tameng untuk bertindak berdasarkan emosi atau untuk menghakimi orang lain. Yang punya kedudukan, merasa paling pintar, orang lain yang tidak sama dengannya bodoh semua. Ada juga yang merasa paling ahli dalam hal agama, padahal berdo’a saja tidak becus, plegak-pleguk, bacaan Qur’annya aja sendal pancing alias tersendat-sendat … he he he. Tapi kalau dia bertemu orang yang seperti dirinya itu, tanpa ba bi bu langsung dituding dan dikecam habis-habisan. Suka menuduh orang lain selalu berbohong padahal dia sendiri juga demen banget bicara bohong. Aneh kan ? Itu karena dia merasa dirinya sendiri lah yang paling sempurna, seorang ahli surga dan tidak pernah salah. 

Padahal kalau dipikir-pikir secara mendalam, apa coba yang kita dapat dari mencela dan menghakimi orang lain ? Senang, puas, bangga ? Tidak … yang ada adalah orang lain tidak mau dekat-dekat, mendingan kabur, takut kalau ada elu … LoL. Sebenarnya setiap orang tahu kalau hal seperti itu bisa mendatangkan kerugian untuk dirinya sendiri dan dosa, saat sibuk menilai kekurangan orang lain yang membuat kita lupa introspeksi diri. Namun tahu hanya sekadar tahu, tapi tetap saja melakukan kebiasannya itu. Watak menungso … menus-menus kebak doso … he he he.

Hmm … semakin sibuk kita menilai dan mencari-cari kekurangan orang lain, maka semakin sulit untuk kita bisa melihat dengan jelas kekurangan-kekurangan diri kita sendiri. Tidak ada manusia yang sempurna dan belum tentu kalau kita lebih baik dari orang yang kita nilai itu ? Bisa jadi kita jauh lebih buruk darinya, apalagi jika ternyata orang yang kita hakimi tak melakukan keburukan seperti yang kita lakukan, yaitu sibuk mencari-cari kekurangan orang lain. Kemarahan dan kritikan kita atas perilaku orang lain biasanya mengenai aspek yang belum terselesaikan dari diri kita sendiri, menurut saya pribadi lho ya. Seperti yang sering saya amati, biasanya manusia dengan sifat seperti itu banyak kekurangan dan masalahnya banyak banget, entah dengan teman, keluarga, lingkungan atau dengan dirinya sendiri.

Sebaiknya, sebelum kita menilai buruk orang lain, lihatlah diri sendiri. Sudah benarkah kita, sudah baikkah kita, apakah kita atau anggota keluarga kita tak pernah melakukan keburukan dan dosa? Orang yang benar, belum tentu selamanya benar dan orang yang salah tidak juga selamanya salah. Dengan kita mengoreksi diri kita lebih dulu, akan membuat kita lebih berhati-hati menilai orang lain. Karena tanpa kita sadari, diri sendiri pun sering tak luput dari keburukan dan hal-hal negatif yang orang lain tak mengetahuinya. 

Apalagi di dunia maya, lebih serem dan brutal. Di dunia itu orang gampang sekali menghakimi, mencaci memaki dan menghasut. Semakin banyak penggunanya, semakin tinggi pula angka cyber bullying-nya. Sungguh sangat disayangkan apabila kita kurang cerdas dalam menggunakan fasilitas internet. Seharusnya internet digunakan untuk hal-hal positif yang bermanfaat bukan malah digunakan untuk menghakimi atau mencaci orang lain. Ketika berinteraksi dalam dunia maya, kita hanya banyak berkomunikasi dan berdialog lewat tulisan. Tulisan pada dasarnya merupakan representasi dari buah pikiran dan lidah. Ketika lisan tidak mungkin berkata, tulisan-lah yang berbicara. Tapi tidak semua orang bisa menangkap makna keseluruhan yang dimaksud penulis. Kalau saya sih, maklum aja karena setiap orang memiliki tingkat pemahaman dan kualitas ilmu yang berbeda. Dunia tulis menulis memang sangat berpotensi membuka peluang perbedaan persepsi terutama bagi para pembaca. Bagi para penulis, pena itu setajam lidah … LoL.

Coba tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, sudah mampukah kita berbuat lebih baik dari orang yang kita kritik atau kita cari-cari kesalahannya? Daripada kita terus menerus menyibukkan dan melelahkan diri kita dengan mengorek-ngorek dan mencari-cari kesalahan dan kelalaian orang lain, yang kita jadikan senjata untuk menyerangnya, lebih baik berpikir positif aja ya. Buktikan kalau memang lebih baik ! Lakukanlah sesuatu hal yang sama persis dengan apa yang dilakukan oleh orang yang kita cari-cari kesalahannya. Apakah kita bisa melakukan sama baiknya dengan orang yang kita cari-cari kesalahan dan kekurangannya atau malah lebih buruk dari orang tersebut? 

Aku tidak pernah menyesali apa yang tidak aku ucapkan, namun aku sering sekali menyesali perkataan yang aku ucapkan. Ketahuilah, lisan yang nista lebih membahayakan pemiliknya daripada membahayakan orang lain yang menjadi korbannya ~ Dr. Aidh Al-Qarni, M.A 

Tulisan ini sebagai pembelajaran khususnya untuk diri saya pribadi. Sebagai pengingat, saling mengingatkan dan terus belajar tentang etika yang sering terlupakan ketika kita mengkritik, berkomentar dan menulis. Agar tidak terlalu sibuk melihat diri orang lain dan mengganggap diri sendiri lebih baik. Sesungguhnya ALLAH, SWT telah menciptakan kita semua sama, makan, minum, bernapas dan saling mengenal satu sama lain.  Life is so beautiful without judging others …. 


HAVE A NICE DAY 


Friday 5 June 2015

HOPES & DREAMS


Mimpi adalah kunci
Untuk kita menakhlukkan dunia
Berlarilah
Tanpa lelah
sampai engkau meraihnya …

Song by Nidji

Setiap orang pasti sering bermimpi, entah disaat tidur ataupun saat terbangun. Karena mimpi adalah sifat manusia yang hakiki untuk sungguh menjadi manusia. Tidak ada sebuah perubahan tanpa diawali sebuah impian dan tiada sebuah impian tanpa sebuah harapan. Impian membuat manusia senantiasa berpikir maju mengatasi situasi konkrit yang membelenggu dan mengikat dirinya. Sesuatu yang bisa kita tunjukkan pada orang lain.

Di saat tidur terkadang kita suka mimpi dari mulai yang aneh sampai yang ajaib, mimpi indah sampai mimpi horror dan kadang ada juga mimpi yang menjadi kenyataan. Dream comes true gitu loh …. Yaayyy. Saya sendiri merasa aneh kalau tidak bermimpi. Tapi jangan diasosiasikan yang nggak-nggak lho yaa. Saat bangun tidur yang ada cuma bengong, mimpi apa aku semalam …. he he he. Beda kalau kita bermimpi, seperti ada sesuatu banget … LoL. Meskipun terkadang, mimpi bisa membuat orang takut, mimpi membuat hidup kita menjadi lebih berwarna.

Banyak orang yang mengganggap mimpi atau impian itu sama dengan khayalan atau angan-angan tetapi sebenarnya serupa tapi tak sama. Mimpi atau impian itu lebih ke arah sesuatu yang dapat digapai sedangkan khayalan atau lamunan itu lebih ke arah keinginan yang tidak realistis, menurut sebagian orang nih. Tapi sepertinya ada yang salah ya, kebanyakan penulis atau pencipta lagu itu bekerja dan berkarya melalui khayalan, pembenaran untuk diri sendiri … LoL. Sebagai contoh, lihat saja serial Harry Potter, buku dan film-nya booming di seluruh jagad raya ini, ceritanya realistis nggak ?

Harapan dan impian adalah dua hal yang memegang peranan penting dalam pembelajaran hidup manusia. Manusia harus dan pasti memiliki sebuah harapan. Harapan yang mendorong dirinya untuk dapat merubah dunia yang memungkinkan diri dan hidupnya dapat berjalan menuju sebuah titik kebaikan dan keutuhan hidup. Harapan dan impian adalah sesuatu yang membuat hidup kita lebih hidup, karena menjadi generator dalam setiap aksi, visi dan kita. Dalam setiap langkah kita pastilah kita sering berucap, semoga ... semoga ... Itu sebagai sebuah bukti kalau harapan itu ada di setiap desahan napas kita.

Sejak kita dilahirkan, harapan dan impian sudah melekat. Bahkan ada tradisi yang menyiratkan besarnya impian dan harapan. Di Jawa ada sebuah tradisi tedak siten atau turun tanah, saat bayi mulai berjalan untuk pertama kali. Tujuannya agar si kecil bisa tumbuh menjadi anak yang mandiri. Do’a-do’a dari sesepuh sebagai pengharapan agar kelak bisa sukses dalam menjalani hidupnya.

Saya sendiri juga punya story yang menurut saya agak aneh. Menurut cerita dari keluarga saya nih, sebelum ari-ari saya dimasukkan kedalam bokor tanah liat beserta tutupnya dan dipendam, nenek dan ortu saya memasukkan pensil, secarik kertas bertuliskan Arab, buku kecil, jarum, benang jahit, pisau kecil, uang kertas, koin dan sejumput beras. Dan seiring berjalannya waktu, harapan yang tersirat dalam bokor itu menjadi kenyataan. Saya demen banget menulis, bisa menjahit, bisa memasak dan bisa nyari duit. Semua itu terjadi begitu saja secara otodidak. Kalau dipikir secara nalar memang tidak masuk akal ya … LoL. Kalau saya sih, lebih suka menyebut semua yang telah terjadi adalah takdir. Tapi itulah yang dinamakan harapan dan impian orangtua kepada anaknya, meskipun terkadang ada harapan yang tidak kesampaian. Agak nanggung juga sih, kenapa dulu nggak sekalian aja masukin mainan rumah-rumahan, helikopter, sepeda, mobil dan pesawat, kan asyik tuh kalau jadi penerbang … bokornya mana muat, kemaruk banget … he he he.

Ngomong-ngomong soal penerbang nih, dulu saya kepengen banget jadi Wanita Angkatan Udara karena sering terpilih menjadi tim upacara bendera di sekolah, baris-berbaris dan pramuka, terbiasa dengan aturan protokoler gitu.  Kayaknya keren nih, ada cewek nyetir pesawat. Tapi itu dulu, impian itu kandas karena mata saya minus silinder. Dan seiring berjalannya waktu, saya tidak bisa menemukan impian yang sesuai. Ikut folk song saat SMP, tapi saya tidak mau jadi penyanyi. Meskipun sering bikin orang lain ketawa, tapi saya nggak suka jadi pelawak. Jadi atlet bela diri, nggak banget deh … he he he. Lha wong dulu latihan seminggu dua kali aja aras-arasén alias males. Ikut latihan juga karena nggak mau kalah kalau berantem sama adik-adik saya. Apalagi yang berbau sains, matematika saya aja pas-pasan, pinternya cuma ngitung duit … LoL. Pada saat kuliah pun sebenarnya saya memilih dua jurusan, pengen kuliah di fakultas Hukum, tapi malah diterimanya di fakultas Ekonomi, takdir kali yaa. Setelah itu semua saya jalani seperti air yang mengalir.

Namanya juga manusia, meskipun menjalani hidup apa adanya yang namanya impian dan harapan masih tetap saja ada selama dia masih hidup. Impian saya tidak tinggi dan muluk-muluk, saya ingin punya kebun kecil yang berisi tanaman seperti sayuran, buah dan tanaman herba. Tujuannya sederhana, untuk memasak … he he he. Pengen punya resto, nggak perlu yang gede-gede amat, yang penting makanannya murah dan bisa dinikmati dari berbagai kalangan. Rasa bintang lima, harga kaki lima. Dan sepertinya teman-teman saya juga punya impian yang sama, bisa sih berkolaborasi dengan mereka, hitung-hitung reuni-lah. Cuma nggak kebayang bagaimana  “ gilanya “ karena kalau ngumpul pada ngaco semua … he he he. Kalaupun pada akhirnya nanti semua impian saya jadi kenyataan, segala sesuatunya menjadi besar dan amazing, itu mah bonus dari ALLAH, SWT. Yang penting sekarang, jalani dulu apa adanya.

Impian seperti udara yang mampu memberikan nafas kehidupan bagi kita karena tanpa impian tak akan ada semangat untuk mengarungi lautan kehidupan, tanpa impian yang pasti tak akan mungkin jiwa rapuh ini mampu bertahan. Apalagi bagi manusia yang sering diPHP-in seperti saya ini … hiks. Meskipun pedih, makanya saya kebal sama janji-janji palsu.

Harapan dan impian membuat hidup menjadi lebih mudah, kuat menghadapi cobaan dan rintangan karena impian menimbulkan kemauan keras utuk merealisasikannya. Selama kita masih bernapas, harapan itu masih terus ada. Semoga ALLAH, SWT mengijabahi semua do’a dan harapan kita … Aamiin Yaa Rabbal Alamin.


Friday 8 May 2015

GENTLEMAN & GENTLEWOMAN


Kalau membaca kamus Oxford, gentleman itu artinya a chivalrous, courteous and or honourable man atau dalam artian umum bahasa Indonesia, seorang lelaki yang terhormat dan pengertian terhadap wanita. Gentleman sendiri memiliki makna yang banyak sekali karena sejak jaman dahulu kala, kata ini digunakan untuk menggambarkan pria sejati yang hebat atau bangsawan gagah berani. Mungkin seperti Alexander Great, gitu kali yaa. 

Dan istilah “ gentlewoman “ sendiri memang tidak seumum gentleman yang memang terlebih dulu muncul. Meski saat ini istilah itu juga sudah mengalami perluasan arti, tapi benang merahnya masih tetap sama. Apa definisi gentleman dan gentlewoman yang sebenarnya ? Apakah ini menyangkut soal status sosial, gelar akademik, kekayaan atau pangkat ? Atau mengenai perilaku dan sikap yang ditunjukkannya ? Tentu Anda sudah sering mendengar anak-anak cewek ABG yang bilang pada teman-teman cowoknya, Gentleman doong ! Padahal kalau ditanya definisinya mereka juga bakalan tidak mengerti dan jawabannya pasti juga ngaco. Tapi belum pernah dengar ada cowok yang bilang, yang Gentlewoman doong … LoL.

Gentleman itu bukan gabungan antara kata gentle dan man, yang bisa diartikan sebagai pria baik, pria lembut, pria perhatian atau sejenisnya. Mencolek arti kata gentle yang berarti lemah lembut, apakah gentleman seorang yang lemah lembut? jinak ? berperasaan halus dan ramah ? apakah seorang gentleman terlihat seperti itu ? Cucok gitu loh … LoL. Ataukah yang namanya gentleman itu stereotype-nya seseorang yang kasar, kejam, liar tapi gagah dan berlogika ? Layaknya seorang atlet, smack down beibeh … he he he. 

Gentleman bukanlah pria gentle malahan tipe pria petarung yang sangat percaya diri, dominan, arogan dan tidak menyukai basa-basi. Istilah gentleman sendiri menurut opini banyak orang, sudah berubah menjadi sekumpulan pria-pria yang rajin memperlakukan setiap wanita jalanan manapun yang menarik perhatian sebagai seorang Putri, karena berharap dia akan memperlakukannya balik sebagai Pangeran. Pertanyaannya, apakah pria seperti itu layak disebut gentleman ? ataukah gentle man ? 

It’s not being a gentleman, it’s just being a gentle man. Lebih jauh lagi, ada jurang pemisah antara a gentleman dan a gentle man. Mengapa? Karena a gentle man tidak memiliki high standard dan chivalrous quality yang justru sangat dibutuhkan dalam fase pendekatan dengan lawan jenis. Hal yang sama juga berlaku untuk seorang gentle woman. Jadi, dua-duanya sembarangan main sikat. Asalkan suka, ya ayoo ajjah …

Gentleman and gentlewoman, tidak semudah saat kita melihat dalam sekejap. Sejam, sehari, seminggu bahkan sebulan. Seseorang tidak bisa dikatakan gentleman atau gentlewoman hanya melalui appearance-nya alias penampilan luarnya saja. Mentang-mentang habis ketemu sama orang yang terlihat banyak duit, mobil metereng, gagah, gaul, perlente dan brewokan terus dengan mudahnya bilang, he’s a gentleman. Dan seorang pria yang punya segala-galanya, harta, tahta dan wanita, lantas bisa memproklamirkan dirinya sebagai seorang gentleman. Pun dengan wanita cantik, sexy, atraktif, metropolis dan punya banyak perusahaan, mereka adalah seorang gentlewoman. Hmm, tidak seperti itu, Guys. Justru di pelosok desa malah banyak gentleman dan gentlewoman. 

Apakah Anda harus menjadi seorang gentleman atau gentlewoman saat mendekati seseorang, maksudnya adalah melakukan tindakan-tindakan yang menguji nilai pria atau wanita tersebut agar dapat menentukan apakah dia cukup kompatibel dengan standar diri Anda yang berkelas ? Sama sekali tidak !
Wanita mana pun pasti akan langsung luluh pada tipe pria seperti ini, membiarkan Anda duduk terlebih dahulu, membukakan pintu mobil, mengirimkan bunga saat Anda ulang tahun, sampai menjaga tutur katanya sehingga tak menyakiti Anda. Hmm … wanita pasti langsung melayang. Tapi, benarkah pria seperti itu juga layak disebut gentleman? Mesti mikir lebih jauh lagi kayaknya. Soalnya, sikapnya itu tulus beneran, sok-sok an romantis atau sekedar pencitraan nih. Kalau cuma sekedar settingan untuk mendapatkan perhatian sih, mendingan kelaut aje ye … he he he.

Seorang gentleman dan gentlewoman tidak akan mendekati seseorang yang menarik perhatiannya dengan cara memberikan piutang kebaikan dan perhatian. Apalagi sok-sok an begini begitu. Mereka tidak akan menurunkan standar dan menjadi murahan dengan terlalu banyak berkorban untuk seseorang sebelum orang itu membuktikan bahwa dirinya benar-benar tulus dan berniat baik.

Pandangan saya pribadi nih, gentleman dan gentlewoman itu adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seorang yang berhati tangguh, steel heart, brave and tough. Seorang yang tahu apa yang dia mau dan berusaha dengan keras untuk mendapatkan keinginannya. Entah itu dalam percintaan ataupun profesi. Bukan berarti setelah mendapatkan yang dia mau, setelah itu ditinggalkan begitu saja, kalau yang ini mah, habis manis sepah dibuang namanya … LoL. 

Setiap pria dan wanita memiliki banyak peran. Sebagai kekasih, teman, sahabat, dan bagi seorang pria, dia juga harus menjadi pemimpin. Dalam setiap peran itu, jika kualitas yang diharapkan bisa dirasakan oleh orang yang berhubungan dengan seseorang tersebut, maka ia layak disebut gentleman atau gentlewoman. Dan pada umumnya, seorang gentleman dan gentlewoman itu lebih banyak memberi daripada menuntut. Memberi dalam hal ini bukan berarti sering ngasih hadiah, nraktir ke resto, beliin ini itu atau ngasih duit. Lebih banyak ke arah spiritual daripada material. Setidaknya seseorang yang bisa diandalkan dalam situasi apapun.

Masing-masing paham akan kewajiban dan tanggung jawabnya. Konsisten dengan apa yang telah diucapkannyanya, tidak mangkir atau lari begitu saja alias tinggal glanggang colong playu layaknya seorang pengecut. Apalagi kalau sampai lempar batu sembunyi tangan … wah, nggak banget daah. Dan tidak ada ceritanya seorang gentleman atau gentlewoman itu PHP, ituu … pemberi harapan palsu. Kata-katanya selalu jelas, tegas tetapi tetap sopan dan tidak mudah terpengaruh.

Dan yang paling penting nih, seorang gentleman atau gentlewoman tidak akan merasa dirinya selalu benar dan menyadari bahwa dia juga seorang manusia yang memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Karena itu, dia selalu berani mengakui kesalahannya, dia tak segan minta maaf bahkan meskipun bukan dia yang salah sebenarnya. Jalan pikirannya selalu obyektif, tidak berasumsi atau suka menduga-duga. Karena jika kadar asumsi dan dugaan terlalu banyak, seseorang akan cenderung men-judge seenaknya saja. Dan yang terutama nih, perasannya tidak sembarangan diobral kemana-mana alias setia. Tuuh … kan, emang nggak semua orang bisa disebut gentleman-gentlewoman, kalau gentle man atau gentle woman mah bertebaran dimana-mana, dipinggir jalan juga banyak … LoL.

Tetapi sayangnya pengertian gentlewoman ini diartikan bermacam-macam oleh masing-masing individu dan sering terjadi kesalah pahaman. Meskipun banyak perempuan berkoar-koar menyuarakan persamaan gender, terkadang ada saat dimana kaum perempuan kurang memahami juga akan istilah gentlewoman. Menjadi seorang gentlewoman juga bukan berarti mengerjakan pekerjaan yang dilakukan kaum pria, berpenampilan atau bertutur seperti lelaki alias tomboy. Berbicara keras dan lantang kan tidak sama dengan berbicara kotor alias misuh-misuh. Kata-kata kotor, keluar dari hati yang kotor. Miris banget …

Jujur, meskipun menjunjung tinggi emansipasi wanita tapi saya bukan seorang feminis. Saya juga sering mengerjakan pekerjaan laki-laki soalnya disuruh sama bapak saya sih, cuma nyetir mobil aja yang belum boleh, curang banget yaa … he he he. Fenomena kaum feminis jaman sekarang, sedikit-sedikit yang dikoarkan hanya soal kesetaraan gender melulu. Tapi kalau dituntut tentang kewajibannya sebagi seorang wanita, pada ngeles semua. Wanita juga punya hak yang sama dengan kaum pria, tapi bukan berarti terus merasa hebat dan ingin menguasai segalanya. Ada batasan antara hak seorang wanita dan seorang pria. Sesuatu yang perlu disadari karena setiap manusia itu masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, jadi saling melengkapi bukannya saling menjahili gitu loh … LoL.

Lepas dari semua itu pria adalah seorang pria dan wanita tetaplah seorang wanita. Be a gentleman … be a gentlewoman. Dan cucok tetaplah cucok … LoL. Oops, mohon ma’af bila ada salah-salah kata, it's just my opinion. Nobody’s perfect in the world, karena kesempurnaan hanya milik ALLAH, SWT.

Have A Nice Weekend …



Wednesday 22 April 2015

TRUST


Ketika seseorang memiliki masalah, ia akan cenderung untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain terutama yang dekat dan dikenalnya. Manusia membutuhkan keberadaan orang lain untuk saling memberi, saling menerima termasuk juga dalam berbagi suka dan duka. Pertanyannya, masih banyakkah orang yang bisa dipercaya ?

Di jaman sekarang ini, sangat sulit mendapatkan orang yang tulus dan bisa dipercaya. Banyak orang melakukan sesuatu karena adanya kepentingan, terutama kepentingan pribadi alias memikirkan dirinya sendiri. Apalagi kalau itu menyangkut soal duit, UUD … ujung-ujungnya duit … LoL. Kalau tidak mendatangkan keuntungan untuk dirinya sendiri, say goodbye gitu loh. Tapi rasanya kok tidak etis ya, apabila seseorang hanya menginginkan senangnya saja dan tanpa mau memandang kesusahan orang lain. Golek penaké dhewe alias mencari enaknya sendiri. Setelah mendapat apa yang diinginkan, begitu ada sesuatu malah ngacir. Seperti kata pepatah Jawa, “ Tinggal glanggang, colong playu “. Orang yang benar-benar baik, tidak akan punya sikap seperti itu. 

Semestinya bisa dibedakan ya, mana yang benar-benar tulus, mana yang modus alias hanya memanfaatkan situasi. Mempercayai seseorang adalah sama dengan sikap hati yang “ setuju dengan sesuatu dan menerima ”. Percaya lebih beroperasi di dalam diri kita karena percaya adalah suatu sikap hati alias yakin. Maksudnya, keyakinan itu adalah sesuatu yang menyangkut masalah hati sedangkan percaya itu merupakan sesuatu yang menyangkut pikiran dalam otak kita. Tidak percaya sebelum melihat dengan mata kepala sendiri, setelah itu baru lah timbul keyakinan dalam hati. Sepandai-pandainya manusia, tidak akan ada manfaatnya jika dia tak punya hati tapi sebodoh-bodohnya manusia tetap ada manfaatnya jika dia punya hati. Betul nggak nih … he he he. 

Dan jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak seindah mengaplikasikannya dalam keseharian. Tidak berlebihan bila ada yang mengatakan kejujuran itu semakin langka, bahkan ada yang mengatakan, wong jujur kuwi malah kojur alias sengsara. Sengsara membawa nikmat .... LoL. Semua orang paham akan maknanya, tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih berbahaya lagi kalau ada orang yang merasa selalu bersikap jujur, tapi tindakan mereka tidak sepenuhnya termasuk dalam kategori jujur. Meskipun di sering bersumpah dengan mengatas namakan Allah, SWT dan ayat-ayat Qur’an. Jenengé menungso opo iki … he he he.

Saya selalu mendengar kata “ iyalah, percaya …”, sebenarnya, jujur aja nih, jarang sekali kita mengerti, apa sih sebenarnya artinya percaya itu ? Percaya beneran, apa nggak nih ? Saya sendiri juga sering mengucapkannya … LoL. Maksudnya sih, hanya tidak ingin memperpanjang topik aja, tidak punya niatan apa-apa, gitu loh. Seringkali, salah mempercayai seseorang akan membuat manusia dengan pendidikan paling tinggi sekalipun jadi terlihat seperti si Oneng, kasian banget ya ... he he he. Saking bingungnya, kadang argumen mereka terdengar seperti di luar logika. Mereka menutup mata dan lebih mendengarkan perkataan secara sepihak dari orang yang menurutnya terpercaya. Ada orang yang maniak banget dalam hal percaya, apapun yang dikatakannya selalu benar dan saat dia tidak mempercayai seseorang, apapun yang dikatakannya selalu salah. Pikiran dan penilaiannya subyektif banget yaa …

Sebenarnya simpel aja, kepercayaan kita pada seseorang tidak hanya dibuktikan dengan kata-katanya saja, tetapi juga dari sikap, perkataan dan perilakunya. Kita dapat melihat apakah seseorang itu benar-benar bisa dipercaya atau tidak. Sinkron apa nggak, antara kata-kata yang diucapkan dan perbuatannya. Apalagi kalau track record-nya di lingkungan sosial kurang baik. Kalau dipikir lebih jauh lagi, sebenarnya reputasi itu adalah sebuah tanda, trade mark bagi diri seseorang.

Memang sih, mana ada orang yang tidak pernah berbohong ? Semua orang pasti pernah berbohong, termasuk saya …. he he he. Tapi bukan bohong yang merugikan orang lain lho ya, juga bukan untuk kepentingan diri sendiri dan tidak berakibat fatal, apalagi kalau untuk menipu orang lain. Biasalah, manusia kadang kan suka iseng, apalagi kalau lagi ngumpul sama teman-temannya dan pasti ada jahil-jahilnya juga, tapi yang paling penting nggak bermaksud jahat aja. 

Jujur, ada perasaan tidak enak saat orang lain mengira kita berbohong saat kita berkata apa adanya, rasanya gimana gitu, atiku nelongso … he he he. Kalau dihadapkan dengan orang yang menuduh seperti itu, biasanya cuma saya biarkan saja. Mau percaya yaa syukur, kalau tidak percaya ya monggo kerso. Yang penting, saya hanya berusaha bicara apa adanya. Saya tidak akan dan tidak perlu meyakinkan atau menjelaskan ini-itu secara mendetail agar mereka percaya, menggunakan berbagai cara, apalagi kalau memakai sumpah-sumpah segala, nggak banget daah. Kalau mereka mengira saya berbohong, ya terserahlah, itu opini mereka.  Nrimo ing pandum mawon, saya mah orangnya begitu ... he he he. Namanya juga manusia, pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka sama kita. Berpendapat itu kan hak setiap orang, iya nggak ? 

Berkata jujur bukan berarti kita mengatakan segala sesuatu pada orang lain secara rinci. Bicara apa adanya kan ada tempatnya juga dan bukan berarti kita sedang berbohong. Misalnya nih, kalau ada yang bertanya saya mau pergi kemana, bila saya jawab mau ke supermarket, saya tidak perlu mengatakan mau beli ini-itu, apa saja dan berapa habisnya. Kita tidak berkewajiban untuk mengatakan segala sesuatunya secara detil pada orang lain. 

Kalau pendapat saya pribadi nih, ada batas-batas tertentu dalam hal mempercayai ataupun tidak mempercayai kata-kata seseorang. Ada saat kita percaya dan ada saat kita tidak harus percaya. Terutama kalau segala sesuatunya di luar logika alias nggak masuk akal. Terutama saat menghadapi manusia-manusia yang suka membual dan punya sifat hasad alias dengki. Jangan sampai kita terhasut, terlarut dan ikut-ikutan membenci seseorang, padahal mereka tidak ada urusan dengan kita. Apalagi kalau sampai mencampuri urusan orang lain dengan sedalam-dalamnya. Entah itu teman atau saudara dekat, walau bagaimana pun semua orang juga punya kehidupan pribadi yang wajib kita hormati.

Berhati-hati dalam mempercayai seseorang itu lebih baik asalkan pikiran kita tetap terbuka. Jadi bisa membedakan mana yang benar-benar bisa dipercaya dan mana yang tidak. Yang terlihat baik, belum tentu benar-benar baik dan yang terlihat buruk, belum tentu buruk. So, don’t judge the book by it’s cover. 

Semoga ALLAH, SWT melindungi kita semua …. ﺁﻣِﻴْﻦُ ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦ