THYROID
Sistem dalam tubuh manusia sangat kompleks dan melibatkan banyak hal yang menjadi bagian dari proses serta mekanisme kerja tubuh. Salah satunya adalah tiroid.
Kelenjar tiroid terletak di leher dan bentuknya seperti kupu-kupu. Ia menghasilkan hormon yang dilepaskan kedalam aliran darah untuk mengontrol pertumbuhan tubuh dan metabolisme, T4 ( Tiroksin ) dan T3 ( Triidiotironin ). Hipertiroid atau overactive thyroid ( tiroid yang terlalu aktif ) artinya tiroid yang terlalu banyak menghasilkan hormon.
Beberapa hari yang lalu saya mengantar Ibu saya berkunjung ke rumah Profesor, dokter keluarga saya, untuk check up bulanan. Saat mau berpamitan, Profesor mengatakan sesuatu pada saya , " Ayo, tunjukkan karya terbaikmu ! ". Itulah sebabnya, mengapa kali ini saya share sekaligus curhat tentang hipertiroid. Karena saya bukan ahli medis, saya akan share sesuai dengan kapasitas dan pengalaman saya sebagai seorang pasien. Kata beliau, tidak ada tulisan yang lebih baik selain dari si penderita sendiri. Dan ini sekaligus menjadi pembuktian buat saya, karena bisa menceritakan sendiri penyakit saya, itu artinya saya sudah benar-benar sembuh.
Delapan tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2005, saya didiagnosa menderita Hipertiroid. Agak mengherankan karena saya dan keluarga saya adalah penganut pola hidup sehat. Penyakit yang satu itu juga terdengar asing di telinga dan sekaligus tidak diketahui penyebabnya. Bahkan pada saat saya bilang pada teman-teman saya, mereka malah meledek, hiperseks kali ..... Hadeehh !! Tapi setelah mereka melihat saya tidak berdaya saat masuk rumah sakit, mereka semua bungkam dan mungkin juga menyesal karena sudah mengolok-olok.
Sebelumnya saya tidak pernah menderita sakit. Hanya sakit flu ringan dan itupun juga jarang sekali. Bahkan Dokter saya pun selalu bilang kalau saya nggak boleh sakit. Tapi seperti yang dikatakan oleh beliau juga, hipertiroid adalah penyakit yang tidak bisa dihindari. Tidak seperti kolesterol, asam urat, hipertensi, ataupun jantung. Penyakit tersebut bisa timbul akibat gaya hidup yang tidak sehat. Ada beberapa faktor yang bisa memicu hipertiroid.
1. GRAVE DISEASE.
Kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid sehingga menstimulasi tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus. Grave's Disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, terutama pada usia 20-40 tahun. Tapi dalam kasus tertentu ada juga yang terkena pada usia diatas 50 tahun.
Secara estetika, orang yang terkena Grave's Disease, kegantengan dan kecantikannya tidak terpengaruh .... Lucky me ! Tapi beberapa orang ditemukan gangguan dimata , mata jadi melotot ..... naudzubillah min dzalik .... Sekali lagi saya beruntung karena mata saya sipit.
2. NODULAR THYROID DISEAS
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan membesarnya kelenjar tiroid. Seperti yang saya lihat dari sesama penderita, leher ada benjolan yang terus membesar. Penyebabnya karena adanya mutasi genetik.
3. KETIDAK SEIMBANGAN HORMON
4. PEMASUKAN YODIUM YANG BERLEBIHAN
Dan gejala-gejala yang saya rasakan pada waktu itu :
1. Intoleransi panas.
Tidak pernah kedinginan. Karena basal metabolic rate meningkat, otomatis panas tubuh juga meningkat. Kalau di negara tropis seperti Indonesia, tidak bakal terlihat, karena disini memang panas. Tapi kalau di negara empat musim, penderita Hipertiroid nggak bakal kedinginan di tengah musim dingin, sementara yang lainnya memakai pakaian yang berlapis-lapis.
2. Keringat yang berlebihan.
Biar di dalam ruangan ber-AC dengan suhu terendah pun, tetap saja merasa gerah, kepanasan melulu. Apalagi pekerjaan saya selalu melibatkan panas dan api, mandi keringat tiap hari.
3. Napas tersengal sengal atau ngos-ngosan.
Untuk berjalan lambat saja napas rasanya mau putus, apalagi untuk beraktifitas berat.
4. Denyut jantung meningkat.
Karena napas sering tersengal-sengal dan denyut jantung meningkat, saya juga sempat periksa ke Kardiologis dan mengira terkena penyakit jantung. Tapi dokternya malah bilang kalau deg-degan itu perasaan saya sendiri ( diliatin cowok cakep jadi deg-degan .... LOL ) dan mungkin juga akibat over training, berolahraga dengan menggunakan beban. Diagnosa yang kurang memuaskan karena beban yang saya pakai cuma dumble dengan berat 1 kilo, keponakan saya yang berumur dua tahun juga bisa ngangkat beban segitu. Dan saya ikutin juga anjurannya, berolahraga ringan, seperti jalan kaki selama 15 menit, seminggu maksimal 5 kali ( Meskipun sama saja, masih tetap ngos-ngosan ). Obat dan vitamin yang diberikan lumayan juga, seperti mendapat tambahan amunisi.
5. Temperamental.
Gejala spesifik yang mungkin membingungkan lingkungan di sekitar saya karena sebelumnya saya terkenal dengan sebutan Miss Cucumber. Apapun situasinya, saya tidak pernah terusik sedkitpun. Saya berubah menjadi manusia yang moody, sering gugup, nggak nyantai, gampang tersinggung dan paranoid.
6. Insomnia alias susah tidur
7. Frekuensi buang air besar meningkat.
8. Susah konsentrasi.
Makanya saya jadi malas menulis dan berkreasi dengan menu makanan ( karena usaha saya bergerak di bidang kuliner ). Otak rasanya seperti jalan ditempat, stagnant. Hidup segan mati tak hendak.
9. Sering flu
10. Siklus menstruasi tidak tetap atau haid terganggu.
11. Tangan sering gemetar atau Tremor
12. Kulit semakin hitam, padahal tidak pernah berjemur.
13. Rambut rontok
14. Ada perubahan intonasi suara
Dulu saya saat masih sekolah, saya penyanyi folk song bersuara Messo Sopran. Setelah itu, suara apa juga nggak jelas. Perasaan sih, jadi kayak kaleng rombeng .... lol
15. Tekanan darah tiba-tiba tinggi
Bayangkan saja, tekanan darah saya yang biasanya cuma 100/60 menjadi 190/90, gimana nggak temperamental ....
16. Berat badan turun drastis.
Bagi orang yang over weight, mungkin ini yang paling ditunggu, berat badan turun tanpa usaha keras. Dalam waktu 3 minggu saya kehilangan berat badan sampai 15 kg dan seminggu kemudian, turun lagi sebanyak 7 kg. Sebelumnya, pola makan saya normal, tapi pada saat itu saya jadi sering makan, mungkin lebih dari 10.000 kalori per hari dan juga ngemil tiap menit. Sampai Tante saya bilang, mata melek, mulutnya juga melek . Tapi tetap saja berat badan turun tanpa dikomando.
17. Pandangan mata tidak nyaman.
Bisa dibayangkan, bagaimana rasanya, dari sehat terus mendapatkan rasa sakit yang datang bertubi-tubi. Setelah kesana kemari seperti ninja, karena bingung juga dengan apa yang saya rasakan, dan Dokter juga sudah mulai curiga, pada akhirnya saya menjalani test Hematologi rutin dan pemeriksaan tiroid ( T3 dan T4 ). Hasilnya sungguh fantastis sekali. Untuk hasil test hematologi rutin semuanya error, diatas batas normal dan hasil test T3 dan T4, saya dinyatakan positif Hipertiroid.
Meskipun bukan tipe gadis manja perasaan bingung dan sedih itu sudah pasti ada. Apalagi saat Profesor menjelaskan berbagai kemungkinan, termasuk yang terburuk. Tapi saya tetap berusaha ceria, meskipun dalam hati remuk redam. Nyali sempat menciut juga saat melihat wajah Dokter yang terlihat sangat serius karena saya kenal betul dengan beliau. Saya hanya menjaga perasaan Bapak dan Ibu saya, pada tahun 2002 kami kehilangan salah satu keluarga, yaitu adik saya. Dan dari ke empat anak mereka, tinggal saya dan adik bungsu saya yang mereka miliki. Saya tidak mau menambah beban pikiran mereka. Apapun yang terjadi, saya harus tetap kuat dan tegar ....Fight !
Saya mendapatkan terapi obat antitiroid PTU ( Propylthiouracil ) yang dapat menghambat laju hormon tiroid dan Propanolol ( beta blocker ). Dokter tidak memakai metode RAI ( Radio Active Iodine ) karena ada dampaknya ( kayaknya sih agak fatal , saya lupa kelanjutannya .... lol ) dan beliau juga tidak menganjurkan Thyroidectomi atau pembedahan karena sangat beresiko ( banyak Dokter yang mencari jalan pintas dalam hal ini ), komplikasi tindakan ini bisa mengganggu jaringan di sekitarnya termasuk saraf-saraf pita suara, dan empat kelenjar kecil yang mengatur jumlah kalsium dalam tubuh. Jadi bila dilakukan, seumur hidup saya akan tergantung obat pengganti kalsium ( nggak banget deh ). Otomatis, resiko kehilangan suara dan terkena Osteophorosis sangat tinggi. Pembedahan juga mengakibatkan Hipotiroid. Dan menjadi hipotiroid juga bukan pilihan yang menyenangkan karena berat badan akan terus bertambah, mengalami kemunduran dalam berpikir alias telat mikir dan mudah terkena penyakit kronis lainnya seperti jantung koroner. Mungkin, Dokter juga nggak tega melihat saya menjadi lamban karena hipotiroid, karena beliau tahu , saya orang yang sangat aktif dan tidak bisa diam. Thyroidectomi hanya cocok untuk penderita dengan benjolan yang besar di leher dan penderita yang alergi obat.
Menjalani treatment bukan hal yang mudah bagi saya karena semua pihak harus ikut berperan untuk proses healing tersebut. Mungkin orang-orang terdekat paham, tapi tidak untuk orang yang tidak tahu kondisi saya. Dan saya juga tidak mungkin berteriak - teriak memberi penjelasan pada mereka. Dokter menyarankan agar saya meminimalisi gerak. Menghindari berinteraksi dengan orang-orang yang memicu pikiran dan emosi saya. Saya sempat tidak menuruti anjuran itu, karena juga manusia normal yang perlu berinteraksi dengan orang-orang disekitar saya.
Dan pada saat treatment itu, saya bukannya baik-baik saja. Sepuluh hari sejak minum obat, berat badan saya tidak mau naik. Itu berarti obat tidak mempan. Saya diomeli oleh Dokter saya, beliau mengira kalau saya tidak disiplin minum obat. Dosis obat akhirnya ditingkatkan dari 3 X 1 sehari menjadi 3 X 2 sehari, dan dua minggu kemudian, berat badan saya naik 0,5 kg .... lumayan. Setahun setelah minum obat yang super duper pahit itu, saya masuk ICU. Sebenarnya itu bukan kali pertama saya terkena krisis tiroid ( Thyroid Storm ). Pernah, pada saat sedang berada di Mall tiba-tiba saya merasa sesak napas, kepanasan, keringat mengucur dengan deras, kebingungan, pandangan mata kabur dan ada cahaya putih. Setelah itu saya pingsan.
Beruntung saya ditolong oleh ibu-ibu yang berdiri di dekat saya. Setelah sadar, saya terlihat baik-baik saja dan pulang. Yang menolong saya malah heran. Karena pergi sendirian, orang rumah tidak ada yang tahu. Mereka tahu pada saat saya check up, karena saya harus menceritakan kegiatan saya pada Dokter. Hasilnya bisa ditebak, diomeli habis-habisan .... LoL . Dan yang kedua kalinya, saya terkena krisis itu pada saat dirumah, tentu saja membuat seisi rumah panik. Apalagi saat saya dimasukkan ICU. Dan yang ketiga dan keempat, saya bisa mengatasinya sendiri karena sudah mulai berkawan dengan penyakit yang meracuni tubuh saya.
Setelah itu Dokter menganalisa treatment yang saya jalani. Setiap 6 jam saya harus minum Propanolol dan PTU. Diet tinggi kalori dan protein , ditambah dengan minum susu dan sudah pasti sulit dilakukan karena lidah saya hanya terasa super pahit. Beliau sempat marah karena saya begitu bandel, meskipun tetap patuh minum obat tapi masih sering berinteraksi dengan manusia- manusia yang menyebalkan. Tapi saya berjanji kalau itu yang pertama dan yang terakhir kali saya berada di ICU. Lain kali kalau dirawat di rumah sakit di ruang Perinatal aja , alias melahirkan ..... he he he.
Dari situ akhirnya saya sadar kalau selain obat, kondisi psikis juga ikut berpengaruh dalam proses penyembuhan. Yang paling penting adalah semangat untuk sembuh. Saya kenali penyakit yang derita dan sekaligus juga saya lawan. Dokter hanya perantara, mereka juga manusia biasa seperti kita. Tapi karena mereka ahli medis, mereka lebih ahli di bidangnya. Harus ada relasi yang baik antara Dokter dan pasien. Saya mendapatkan terapi selama kurang lebih 5 tahun. Minum obat selama 4 tahun dengan dosis yang semakin berkurang dan pada tahun berikutnya, saya sudah bebas obat. Dan tiga tahun yang lalu, tiroid saya sudah normal , sampai sekarang.
Everything's okay ! Saya sudah kembali seperti yang dulu. Meskipun berat badan saya melambung dari berat semula 58 kg, tapi kalau untuk ukuran Biggest Loser Asia sih ( untuk lolos ke sana minimal berat badan 85 kg ) saya tidak bakal lolos seleksi karena masih jauh dibawah itu ........ LOL . The most important, I'm health, mind, body and soul. Dan saat ini saya masih berusaha untuk mengembalikan tubuh saya ke ukuran M lagi. Kalau Dokter saya tahu, pasti tidak diperbolehkan untuk menurunkan berat badan. Jadi saya mencari akal, menurunkannya tidak dengan diet, tapi dengan olahraga.
Kalau ada saudara, suami, istri, anak, kekasih atau pun keluarga dekat Anda yang menderita hipertiroid, support mereka agar bisa cepat menyembuhkan diri. Bukan penyakit yang berbahaya, tapi juga bukan penyakit yang bisa diabaikan begitu saja. Asalkan ditangani dengan cepat dan tepat. Kalau soal ancaman bagi jiwa , bukan cuma penyakit saja yang menjadi ancaman. Semua yang ada di dunia ini adalah ancaman. Tergantung dari cara kita memahaminya. Semua dzat yang hidup pasti akan mati, itu sudah ada ketentuannya. Jangan pernah menyerah. Kalau ada yang mengalami kejadian seperti yang saya alami, segeralah pergi ke Dokter. Jagalah kesehatan karena sehat adalah gaya hidup. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Narasumber :
* PROF. DR. dr. ZAINAL ARIFIN ADNAN, SpPD-KR.
* PROF. DR. dr. OS. HARTANTO, Sp.S ( K ).