Sunday 19 May 2013

My Novelette : Simpul Cinta Dari Persia


Tatapan Mirza masih sama seperti dahulu, tajam dan memperdaya. Tapi sekarang terlihat jauh lebih lembut oleh perasaan yang tidak dimiliki oleh pria itu lima tahun yang lalu. Matanya terpaku pada anaknya yang mudah akrab dengan Mirza. Perasaan takut menyelimutinya. Bagaimana kalau Mirza bertanya tentang ayah anak itu ? Seketika terlintas dalam benaknya bayangan kelam di masa lalu bersama pria itu. Kalau pria itu mengetahui yang sebenarnya, bagaimana mungkin ia bisa melanjutkan hidup tanpa anaknya?
" Mengapa kau berada disini ?"
" Sederhana saja, aku suka dengan negaramu ini."
" Dan seingatku, dulu kau mengatakan kalau kau adalah seorang relawan sosial yang sering berpindah-pindah ke berbagai negara."
" Apa seorang dokter itu bukanlah relawan sosial ? Memangnya aku tidak pantas memegang steteskop ?"
Dina merasakan mulutnya terkunci. Mirza Bavi, pria berkebangsaan Iran yang lima tahun lalu adalah seorang pria tidak beradab, kini telah berubah menjadi seorang dokter yang sangat sopan dan ramah ? Lelucon apalagi yang sedang dia buat ?  Pria itu bisa mengeluarkan hinaan semudah ia mengumbar pesona seperti yang dilakukannya dulu.

Saturday 18 May 2013

My Novelette : Menunggu Senja


" Mau spaghetti ?"
" Tidak ."
" Mochacinno ? Espresso ? Macchiato ?"
" Non sono interessato."
" Cheese cake ? Donat ? Combro ?"
" Kenapa, sih , iseng banget ? Kesurupan, ya ?"
Dari seberang meja kerjanya Rico hanya tersenyum. Sejenak ia terpaku menatap foto bayi perempuan yang berada di depannya dan pastinya di depan meja Melvia juga. Ia sadar kalau di dalam tubuh anak kecil itu mengalir darah Mazzola. Kadang ia merasa seperti menemukan keajaiban. Tapi dalam hatinya ia bingung, apa yang akan terjadi kalau tiba-tiba Melvia mengakhiri sandiwara pernikahan mereka ? Apa yang akan dikatakannya pada orang-orang di sekitar mereka ? Ataukah mungkin, ia mulai jatuh cinta pada janda mendiang saudara sepupunya itu ? Ada banyak hal yang terlintas dalam pikirannya karena ia merasa kalau wanita itu sepertinya menyembunyikan sesuatu.

Terus terang ia tidak ingin memperhatikan pria itu. Tapi Rico Mazzola adalah seorang pria yang sulit di abaikan. Ia tidak bisa menghentikan naluri yang terus mengganggunya. Rico terlihat sering mencuri-curi pandang dan menatapnya dengan penuh kekaguman saat mereka sedang bekerja. Kalau ia tidak salah menebak dari tatapan mata pria itu. Ia sadar kalau ia tertarik pada pria itu. Tapi ada satu rahasia yang ia sembunyikan dari keluarga Mazzola. Ia tidak tahu bagaimana cara mengatakannya. Dan selama ia belum menemukan titik terang permasalahannya, ia akan tetap menyimpannya.    

Thursday 16 May 2013

My Novelette : SREBRENICA



" Alexandr."
" Aprillia."
Wajah gadis itu terlihat sedikit merona, pada saat ia menjabat tangannya. Sebagai seorang ahli bedah, ia sudah sering melihat anatomi tubuh manusia. Tapi ada sesuatu yang istimewa pada diri gadis itu. Gadis itu memiliki ketenangan yang luar biasa. Sikap acuh tak acuh yang ditunjukkannya seperti sebuah tantangan baginya. Satu hal yang di yakininya, ia tahu kalau gadis itu akan melengkapi hidupnya selamanya ...

Aprillia merasakan perasaan yang aneh saat bertatapan dengan pria itu. Dalam pertemuan yang singkat, ia merasakan adanya keterikatan dengannya. Ia selalu berusaha menepisnya. Tapi bayangan pria itu selalu menggodanya. Memakai jaket dan jeans yang terlihat lusuh, penampilannya seperti frontliner grup musik rock dari Eropa. Menggelikan sekali. Apa yang sudah terjadi padanya ? Kenapa ia memikirkan pria asing itu ? Biasanya ia tidak mudah terpengaruh oleh siapapun. Satu hal yang membuatnya bertanya-tanya, adanya guratan kesedihan dimata pria itu. Entah apa ?

Dalam kehampaan antara apa yang kau lihat dan apa yang kau dengar
suara kecil di dalam jiwa membisikkan pesan rahasianya.
Hanya sesaat, sebelum lilin itu padam
nyala apinya bergoyang lembut dihembus angin
Mengirimkan kesedihan tak terperi
Asap tipisnya mengepul di udara
semakin lama semakin menghilang
Nyalakan lilin dan pandanglah gerakan apinya
pelajarilah tentang hidup dan hembusan napas terakhir
di kota janda, Srebrenica ....


Wednesday 15 May 2013

My Novelette : Pelabuhan Terakhir ( The Last Port )



Ratna : " Semua lelaki berpikir kalau mereka adalah penguasa dunia. Tidak salah kalau dia       bersikap sok pe-de, jaim, angkuh dan arogan. Karena dia memang punya segalanya."
Nina   : " Oh, ya. Memangnya aku peduli ?"
Galuh : " Sandro seorang pria yang sangat mempesona, semua makhluk yang masih bernapas pasti tertarik padanya."
Nina   : " Sayangnya, aku bukan makhluk itu."
Ratna : " Sepertinya ada yang salah dengan sistem di otakmu."
Galuh : " Kenapa sih, kau selalu menghindar darinya ? Padahal, sepertinya dia cocok sekali denganmu. Dan berada urutan pertama dalam daftar yang kita pilihkan untukmu."
Nina   : " What ?"
Ia tahu kalau kedua sahabatnya itu sering menjodohkannya dengan seorang pria, dan ia selalu menghindar. Tapi kali ini, ia tidak bisa mengelak karena Sandro benar-benar jatuh cinta padanya dan tidak akan pernah melepaskannya. Meskipun pria itu arogan, diam-diam ia sangat mengaguminya. 
Ketika cinta mulai menyapa, tidak ada satupun yang mampu melepaskan diri dari daya tarik magnetisnya ...

My Novel : Twilight In Tehran


 " Keluargamu akan mendapat malu dengan batalnya pernikahanmu. Dan keluarga Azarian bukanlah gerombolan pengecut yang lari dari tanggung jawab. Apapun yang terjadi pernikahan harus tetap berjalan seperti yang telah direncanakan." Bu Laras berkata dengan tegas.
" Tapi saya tidak akan menikah dengan Faizal, dia sudah membatalkannya. Dan sebagai seorang wanita Jawa, saya pantang mengemis ..." tukas Emilia.
" Bukan Faizal, tapi Reza." kata Bu Laras. 
Emilia terkejut." Apa ?"
Lalu ia tertawa terbahak-bahak." Ya, Tuhan ! Saya ? Menikah dengan Reza ? Apa tidak salah ?"
Reza mengamatinya dengan tajam, terlihat kalau dia sangat marah. Ia sangat terhina dengan kata-kata Emilia . Apalagi saat gadis itu tertawa terbahak-bahak didepan Ibunya
 " Sebaiknya kau jangan menertawakan calon pasanganmu yang memenuhi syarat." ujar Bu Laras, bijak.
Emilia seketika terhenyak. Ia baru menyadari kalau sikapnya sudah sangat keterlaluan. Seharusnya ia menjaga sikap dan tutur katanya.
" Ma'afkan saya, Bu.Tapi Reza bukan pasangan yang memenuhi syarat. Walaupun Parangtritis airnya habis-pun, saya tidak mau menikah dengannya. Ya, Tuhan, ampunilah dosa-dosaku."
" Aku juga." tutur Reza, tidak mau kalah." Aku lebih suka tertimpa longsoran batu atau di kejar wedhus gembel, daripada menghubungkan hidupku denganmu."
" Aku tidak membayangkan sehancur apa hidupku nanti, punya suami sepertimu." sahut Emilia, sengit." Amit-amit jabang bayi."
" Kau lebih galak daripada seratus gadis Iran."
" Kau ..... anggota Savaki yang mata keranjang." sembur Emilia.

        Cinta dimulai dengan naluri dan tumbuh perlahan-lahan tanpa disadari. Seperti jamur yang tumbuh di atas Baquette Perancis, yang membuat orang keracunan bila memakannya. Cinta datang seperti roket yang melesak tepat di depan wajah. Tidak bisa berpikir, tidak enak makan, tidak bisa tidur, tidak bisa konsentrasi, tidak bisa .....              

         Menikah dengan Emilia akan membuat ibunya senang dan menuntaskan kewajibannya sebagai seorang Azarian. Adiknya telah mempermalukan gadis itu dan menghancurkan masa depannya. Sebagai anak tertua, ia tidak bisa lepas tangan begitu saja. Tidak ada alasan lain baginya. 
              
     Emilia telah menantang Reza, menertawakannya dan menghinanya. Harga diri Reza dipertaruhkan di depan keluarganya sendiri. Tentu pria itu tidak akan berdiam diri begitu saja. Apa yang akan ia peroleh bersama seorang pria yang aneh, misterius dan sulit ini ? Tentu tidak akan mudah bila hidup bersamanya karena Reza punya aturan sendiri dengan hidupnya. Kata-katanya telah menolak pria itu, sementara hatinya menginginkannya. Dan sepertinya tidak ada jalan lain ...

Laut Kaspia yang airnya berkilauan seperti kaca
Bunga-bunga yang bermekaran di Eshfahan
Masjid megah di kota Qom
Dinginnya salju di Damavand



Sunday 5 May 2013

I'm Coming Back


Setelah ' vakum ' selama kurang lebih dua tahun, saya memutuskan untuk kembali lagi ke ' habitat ' lama. Tidak benar-benar vakum sebenarnya, hanya kurang produktif alias malas. Setelah tertimpa berbagai musibah, seperti naskah yang hilang karena dimakan virus komputer, semua data-data menjadi berantakan sedemikian rupa, puluhan koleksi buku-buku saya dari yang jadul sampai yang terkini habis dimakan rayap dan yang terakhir, naskah lama saya terbit lagi di media lokal tapi sudah berganti nama penulisnya alias di bajak orang. Untuk yang terakhir ini, saya tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah tidak punya bukti otentik lagi. Saya ikhlaskan, mungkin aja si pembajak lagi butuh duit buat makan di warung steak.  

Pada saat itu saya merasa benar-benar ' down ' dan merasa berada dalam titik terendah. Sempat berpikir untuk berhenti menulis tapi kenyataannya tidak bisa. Jadilah saya menulis ala kadarnya, dengan sekuat tenaga alias terseok-seok sambil mengingat kembali naskah-naskah yang hilang. 

Kalau mengingat jaman dahulu kala, dulu saya melewati hari-hari bersama orang-orang yang mengajarkan saya banyak hal tentang kehidupan dan cinta. Semua pelajaran yang mereka berikan dengan cara yang sangat sederhana. Hanya sebuah kejadian konyol namun menghibur, ataupun sepotong kalimat simpel tapi mengena. Biasanya, membuat saya cepat sadar dan berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Kalau Jack punya ' The Magical Bean ' dan Doraemon punya ' The Magical Bag ', saya juga punya geng yang selalu nimpuk saya dengan tujuan untuk mengingatkan dan sekaligus juga mengagetkan.

Sayangnya, kami sudah sulit untuk bertemu karena kesibukan kami masing-masing dan mereka juga punya kehidupan pernikahan yang harus saya hormati. Hanya tinggal beberapa anggota geng yang masih sering keep n touch. Meskipun kadang mereka sedikit menjengkelkan dan keterlaluan karena sudah melewati batas wilayah teritorial pribadi saya, soalnya hanya saya yang masih ' stay single '. Tapi berkat bersama mereka-lah, saya masih mempercayai bahwa di alam nyata masih ada manusia yang benar-benar tulus, yang tidak punya maksud tertentu, yang masih punya kebaikan dalam hatinya, yang menganggap kalau kehidupan  orang lain bukan hanya mainan semata. Saya tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini tanpa mereka dan juga semua kenangan konyol dengan mereka itu. 

I'M COMING BACK AND THANK YOU FOR VISITING MY BLOG