Wednesday 15 January 2020

TOXIC PEOPLE

Image result for toxic people emoji

Kayaknya sudah hampir seabad nggak nge-blog ya, jari-jari ini sebenarnya sudah lama pengen senam lagi ... LoL. Nggak terasa udah memasuki minggu ketiga bulan pertama di tahun twenty-twenty. Di awal-awal tahun pasti pada sibuk dengan resolusi ya. Kalau saya sudah nggak mikirin resolusa resolusi, santuy aja cuyy. Yang penting fokus dengan satu hal terpenting dan apa yang harus saya lakukan. Misalkan bisa cepat terealisasi, akan ada hal lain lagi yang pasti saya lakukan. Hal apakah itu ? rahasia dong. Kalaupun ada keinginan saya yang lain lagi misalnya bisa beli ini itu, bisnis semakin berkembang, saldo tabungan digitnya bertambah, bisa travelling kemana-mana atau nemuin emas sepuluh karung, ya Alhamdulillah wa syukurillah kabul kajaté... he he he. Selama bisa segera dikerjakan ya lakukan. Jadi nggak perlu nunggu-nunggu gitu aja. Masa menunggu sudah lewat euy.

Anyway busway, selama menghilang sesaat dari dunia senam jari dan berkelana di alam nyata, banyak pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan, Inshaallah akan saya share ke depannya. Tapi secara umum aja ya, karena blog ini bukan diary. Topik yang akan saya share kali ini adalah toxic alias racun. Ini nggak berhubungan dengan banyaknya penemuan ular berbisa di berbagai daerah tapi racun yang ada di dalam diri manusia. Toxic people bisa diartikan seseorang dianggap menjadi racun ketika ia menebarkan sesuatu yang negatif ke lingkungan sekitarnya. Tapi secara general lho ya, tidak menunjuk ataupun menyebutkan merk. Dan juga tidak melulu toxic antar dua orang insan yang dimabuk asmara alias percintaan. Yang pasti, bisa teman, saudara, tetangga, keluarga dan pasangan.

Di jaman millenial ini gampang sekali kita berkenalan atau berinteraksi dengan orang lain entah itu di dunia maya ataupun di alam nyata. Seorang teman idealnya bisa membuat kita nyaman setiap bersama mereka. Tempat kita bercerita tentang segalanya dan bisa menjadi mood booster satu sama lainnya. Sayangnya, tidak mudah bagi kita untuk memiliki teman yang bisa memberikan good vibes. Yang ada malahan toxic person atau toxic people alias manusia beracun dan tentunya bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan mental kita. Seringkali toxic people ditemukan melalui media sosial. Namun, dalam kehidupan nyata juga banyak. Atau jangan-jangan kita termasuk salah satunya.

Setelah berpuluh-puluh tahun lebih berinteraksi dengan berbagai umat manusia, setiap insan ternyata memiliki sifat-sifat yang cukup menarik dan sering kali membuat kita perlu untuk lebih mengenali spesies kita lebih mendalam. Hal-hal yang saya rasakan mengenai diri kita sebagai manusia, terkadang punya "tanduk" dan terkadang punya "sayap". Seperti kata pepatah, cinta itu buta. Orang yang menyayangimu akan selalu mempercayaimu dan orang yang membencimu tidak akan pernah percaya padamu.

Manusia itu ternyata nanggung juga, tidak ada yang jahat banget atau pun baik banget seperti yang ada di drama Korea, Bollywood dan sinetron Indonesia. Setiap manusia pasti mempunyai sifat keduanya dan bisa muncul secara bergantian. Singkatnya, tidak ada manusia yang bisa di-labeli salah satu sifat tersebut, bahkan penjahat sekalipun, dia bisa saja jahat dengan orang lain tapi sangat penyayang dengan orang yang dicintainya. Seperti di film Joker, orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. So, manusia juga harus memutuskan untuk lebih dominan di sifat yang mana, lebih menuruti sisi malaikatnya atau sisi ke-iblis-annya. Perlu hati-hati, sadar diri dan introspeksi diri juga sih. Seseorang yang masuk kriteria toxic people biasanya hidupnya susah bahagia. Hidupnya dibayang-bayang rasa tidak puas, sering mengeluh dan merasa resah.Nggak demen kalau melihat orang lain happy.

Mungkin beberapa dari kita tidak menyadari potensi toxic dalam hubungan yang kita miliki. Toxic yang dimaksud bukan berarti secara keseluruhan pribadi seseorang menjadi racun, tapi bagaimana perilakunya yang tergolong toxic seperti egois, suka berbohong, suka ngeluh, tidak mau memaafkan, tidak mau mengakui kesalahan, selalu menyalahkan orang lain, bicara buruk tentang orang lain, manipulatif, merasa paling pintar sedunia, merasa paling benar sendiri, paling agamis dan suka menolak mendengarkan pendapat orang. Pokoknya yang begitu-begitu banget deh orangnya.

Pada umumnya manusia memang tidak bisa mendengarkan sesuatu yang baik tentang orang lain. Sahabat, saudara bahkan pertemanan yang cukup lama pun tidak bisa mengelak dengan adanya rasa kurang nyaman di hatinya ketika mendengarkan kabar baik tentang hidup orang-orang terdekatnya. Sebagian dari mereka ada yang merasa tersaingi, tertekan atau bisa jadi minder saat mendengar hal-hal baik terjadi dalam hidup orang lain. Coba kita putar ulang memori, pernah nggak kita marah terhadap seseorang sehingga membuat kita benar-benar down, tidak produktif, bahkan gagal dalam melakukan sesuatu gara-gara ucapan atau sikap seseorang? Kita hanya bisa ngomel-ngomel dan merasa ada ketidak-ikhlasan memaafkan ucapan atau sikap seseorang sehingga kepikiran berlarut-larut dan akhirnya membuat kita lebih buruk. Terlebih bila ucapan atau sikap yang terlontar itu dari orang terdekat seperti keluarga, teman, rekan kerja atau pasangan. Kalau kita melakukan satu kesalahan ataupun ada kekurangan, kita diomongin. Kita nggak salah atau punya banyak Kelebihan, diomongin juga cuyy! Sesuatu yang sudah lewat pun tidak luput juga dari omongannya. Asal tahu aja, toxic person biasanya juga manusia yang julid, apa-apa yang ada dalam diri orang lain selalu di julid-in.

Misalkan kita pernah merasa punya perasaan seperti marah, kesel, ataupun kadang tidak ikhlas mema’afkan, tidak usah khawatir, menurut saya sih manusiawi ya. Tidak termasuk manusia sensi atau baperan juga karena itu adalah bagian dari siklus manusia normal dan masih memenuhi kriteria norma umum. Ada saatnya kita melepaskan kekesalan terhadap orang yang selalu ngatain kita beginilah, begitulah, bla bla bla..." intinya, kita sudah disakiti tapi kok malah dihakimi, sakit ? Iya pasti sakit lah, namanya juga punya hati. Sakit tapi tidak berdarah .... Hiks. Dan virus toxic manusia macam begitu lama-lama bisa nular tuh. Serba salah ya, nggak enak juga kan jadinya kalau dekat-dekat. Bisa merusak diri ! Orang seperti ini memang harus dihindari, ibarat racun mereka akan meracuni, menyakiti, membuat lumpuh, baik dengan ucapan ataupun tindakannya.

Kalau pengalaman saya pribadi banyak banget tuh. Mungkin saya juga semi toxic person tapi juga sering di julid-in, kesannya malah jadi saling berbalas racun ... he he he. Itu dulu lho ya, sekarang udah beda lahir batin. Jujur, saya sering merasa geli sendiri kalau mengingat kejahilan saya dulu. Hobi komen dan jari-jari bawaannya gatel nekan tombol enter melulu. Nambah-nambahin dosa dan kurang kerjaan banget ... LoL. Suka julid-julid yang unfaedah. Apalagi sama yang suka nyampah, komen-komen nggak penting di lapak saya. Semakin bertambahnya umur, pertemanan memang saya batasi, tapi perkenalan saya perlebar. Biasa, pengalaman pahit. Banyak yang ngaku-ngaku dekat tapi kok perilakunya gitu-gitu amat, kesannya malah sotoy abis. Nggak sedikit juga yang menjurus ke fitnah. Kasihan tapi sekaligus geli saya mah ... he he he. Maksudnya apa coba ? Nyenggol mereka aja nggak pernah. Mau nggak mau saya mesti jaga jarak ya. Nggak pilih-pilih sih tapi alam-lah sebenarnya yang akan menyeleksi. Kalau saya sering terlihat sendirian bukan berarti kesepian, sombong, tidak punya teman, tdak ada yang naksir ataupun tidak mau bersosialisasi. Pasti ada lah beberapa orang yang dekat dengan saya, tidak perlu saya tunjukkan orangnya.  Meski jarang ketemu tapi kita punya selera yang sama, receh-nya juga sama, betah ngobrol, suka jalan, ketawa ketiwi, intinya bener-bener partner in crime ... LoL. Relationship yang sehat buat saya pribadi, yang terpenting saling menghormati, menghargai, jujur dan support satu sama lain. Kalau tidak tahu, ya jangan sok tahu dan nggak perlu julid-julid abis juga ke orang lain.

Back to topic, banyak orang yang buta dan tidak menyadari kalau mereka telah terjebak dalam hubungan beracun. Bahkan mungkin juga telah tertular toxic-nya. Ada yang merasa karena tidak enak hati, istilah Jawanya sih pekéwuh alias sungkan. Jadi lebih suka diam atau membiarkan dengan alasan toleransi. Hmm ... gue banget nih ... LoL. Padahal kalau dipikir lebih dalam lagi, hubungan seperti ini hanya akan membawa keburukan pada diri masing-masing. Nggak perlu takut juga kehilangan teman yang ber-toxic. Di alam nyata masih banyak kok orang baik dan berpikiran positif yang mau berteman dengan kita.

Menjalani hubungan dengan orang lain secara dekat memang menjadi kebutuhan sosial setiap manusia. Memang sih, tidak semua hubungan yang kita miliki merupakan hubungan yang sehat. Berbeda pendapat itu hal yang biasa. Namanya juga manusia, nobody’s perfect in the world. Sangat jarang sekali seseorang memiliki ketulusan dan keikhlasan. Ana uhibbuka fillah ... cie ... he he he. Rasa sayang yang sewajarnya, rasa aman, saling peduli, bebas mengutarakan pikiran dan pendapat, serta saling menghormati perbedaan yang ada. Kita tidak bisa membiarkan diri terjebak dengan orang yang salah. Membiarkannya melakukan kesalahan atau lebih parah lagi ikut men-dzalimi orang lain. Itu juga bukanlah sebuah keputusan yang bijak dalam menjalani kehidupan. Sama saja seperti kita tidak menyayangi diri sendiri." A nice person " bukanlah orang yang membiarkan kesalahan, tetapi orang yang bisa memberikan sesuatu yang positif, pendapat yang baik tanpa meremehkan, merendahkan dan menghakimi.

Jangan pernah lupa kalau sebagai manusia kita juga punya harga diri. Jangan pernah kita kehilangan hal tersebut karena hanya akan membuat kita terjebak dalam hubungan yang menyakitkan. Berhati-hatilah dengan manusia beracun. Umumnya mereka itu drama person, sok playing victim untuk memperdaya dan mencari simpati. Jangan sampai tertipu dengan permintaan maaf dan berjanji akan berubah. Percayalah, tidak sulit bagi mereka kecanduan dengan rasa simpati kita. Kejadian seperti itu akan terus berulang, lagi dan lagi. Kalau kita tidak tega dan berharap dia akan berubah suatu saat nanti, it's impossible.  Tidak ada yang betul-betul berubah jika itu sudah menjadi karakter. Dan kita tidak punya tanggung jawab apapun untuk mengubahnya. Perlu diingat juga, setiap manusia pasti akan menuai hasil perbuatannya sendiri, sooner or later.

Manusia dituntut agar smart dalam situasi apapun khususnya dalam pergaulan karena selama hidupnya kita akan bertemu dan bergaul dengan berbagai macam orang. Ada orang yang baik, buruk, terlihat baik padahal penipu, terlihat seperti penjahat ternyata orang yang baik dan sebagainya. Jadi kepekaan hati dalam menilai seseorang harus diasah agar tidak salah dalam bergaul yang bisa berakibat fatal dimasa depan.
                                     
Bertemu dengan orang-orang seperti itu memberi saya pelajaran dan ada banyak hal yang tidak terduga. Seperti halnya kebahagiaan tumbuh hanya dengan hal yang sederhana yang terkadang banyak orang yang tidak peduli. Bagaimana mereka menghadapi kenyataan dengan penuh keikhlasan, saling toleransi satu sama lain, begitupun dengan rasa saling menyayangi dan berbagi.

Pada Intinya menjalani kehidupan sebagai manusia memang tidak mudah. Hal itu juga bukan menjadi alasan untuk tidak menjadi seorang yang baik dan bermanfaat bagi orang lain. Menghindari toxic people dalam relationship itu wajib. Tapi bukan juga berarti harus memutus tali pertemanan. Tetap jalin komunikasi yang baik. Yang bisa kita lakukan hanya mengurangi intensitas bersama secara perlahan-lahan. Menjaga jarak tanpa meninggalkan kesan negatif. Saya tidak menganjurkan untuk su’udzon lho ya, cuma berhati-hati aja. Jalani hidup dengan kebahagiaan dan tanpa beban. Be a Good Person ! Say goodbye to toxic people. Daripada menjadi malapetaka, menambah dosa dan sakit hati pula, iya nggak ?

Last but not least ... ambil baiknya aja ya, mohon maaf kalau ada kesalahan kata-kata. Sampai jumpa di topik selanjutnya ... Have a nice day.