Thursday 4 February 2016

FREAK & OVERACT


John, kau bagai gelombang
Kudiam kau datang
Kukejar kau hilang

John, kejamnya hatimu
Kudiam kau benci
Kusapa kau benci

Engkau seganas gelombang bila kuabaikan dirimu
Engkau menyakitkan hati bila kuharapkan dirimu

Penggalan lirik lagu jadul yang dinyanyikan Arie Koesmiran ini pasti tidak familiar ditelinga anak-anak jaman sekarang. Kalau di jaman ABG … Angkatan Babe Gue, ngetop banget tuh. Perilaku aneh bagi orang yang sedang dimabuk cinta. Gimana nggak aneh, katanya suka kok mengingkari, cinta tapi kok malah menghindar. Bahasa gaul-nya lebay … lebay … lebay, maunya opo seh … he he he. Tapi bisa dimaklumi juga karena biasanya orang yang sedang kasmaran tuh sering bertingkah aneh alias konyol, termasuk saya …. LoL.

Tapi kali ini, topik yang saya tulis bukan kisah saling kejar antara dua insan yang sedang dilanda cinta lho yaa, melainkan tingkah laku manusia yang saya anggap aneh dan berlebihan. Mungkin bukan saya aja, tapi juga bagi Anda semua. Seringkali kita menjumpai orang di sekitar kita entah itu teman, saudara, tetangga, pacar dan lain-lain, tiba-tiba bersikap aneh di depan kita. Kita mungkin merasakan situasi aneh tersebut tapi tidak mengerti kenapa ? Tiba-tiba marah, menghindar dan mendiamkan kita berabad-abad tanpa sebab. Sikap mereka terlihat berlebihan dan dramatis banget. Sekarang begini, besoknya begitu, besoknya lagi begono. Orang yang tuna wicara aja kepengen bisa ngomong, yang bisa ngomong malah membisu. Kalau ada sebabnya, misalnya pernah tersakiti atau tersinggung, mungkin orang lain menganggapnya wajar. Tapi kalau tidak, itu perilaku aneh atau ada gangguan kepribadian ?

Apa yang terlintas dalam pikiran anda jika mendengar kata “ gangguan kepribadian ” ? Mungkin sebagian dari anda menganggap bahwa gangguan kepribadian sama dengan gangguan jiwa alias gila. Nggak sama kok, tapi kalau sakit jiwa sih, kayaknya iya. Oops, just kidding … he he he. Gangguan kepribadian itu perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain dengan kaku. Kekakuan itu-lah yang menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri, mempersulit orang lain yang ingin berinteraksi dengan mereka. Terlalu berlebihan dalam bertindak dan mengambil sikap, terutama dalam mengatasi masalah. 

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Yang namanya makhluk hidup, pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Simbiosis mutualisme antara manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sebagai makhluk sosial, manusia harus ada keseimbangan antara Hablumminallah dan Hablumminannas. Sifat dan perilaku seseorang biasanya dipengaruhi oleh pola asuh dari orangtua, lingkungan dan sikap masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Perilaku setiap orang pastilah berbeda-beda, tidak ada yang sama. Bahkan dalam satu rumah, satu saudara kandung pun punya perilaku yang berbeda. 

Kita mungkin sering melihat banyak orang dengan atribut keagamaan, pendidikan yang tinggi atau juga berwajah rupawan. Tapi dalam kesehariannya berperilaku tidak menarik, misalnya sombong, mudah marah, suka berkata-kata kasar, suka mengumpat, menyindir, menghina dan suka mencela. Tampilan fisik yang rupawan tidak akan menarik jika tidak disertai dengan perilaku yang baik. Apalagi kalau mereka sering bermuka masam dan tidak pernah tersenyum, sekalinya mau bicara, nadanya menyakitkan hati, centha-centhe, nylekit banget …. Huuaaahhh. Orang jadi takut kalau bertemu dengan manusia seperti itu. 

Tentu, setiap orang pasti ingin mendapatkan kesan atau image yang baik karena itu adalah fitrah sebagai manusia. Ada dua sudut pandang mengenai diri manusia. Yang pertama adalah sudut pandang dari diri kita sendiri dan sudut pandang dari orang lain. Bagaimana orang lain memandang kita atau siapakah kita menurut pandangan orang lain. Masing-masing mempunyai penilaian tersendiri. Ada yang menganggap dirinya super baik dan ada juga yang menganggap bahwa dirinya paling benar. Tetapi kok tidak ada ya, yang menganggap bahwa dirinya sendiri itu aneh, sombong, angkuh, galak, bermulut tajam, suka mencela, kejam, sadis, ratu tega atau raja tega. Yang ada adalah orang lain yang memandang mereka seperti itu.

Bertingkah berlebihan bukan hanya berlaku bagi orang yang ceriwis, suka ketawa ngakak, suka bergosip tapi juga dalam sikap yang lain. Orang yang berperilaku aneh itu biasanya pendiam, introvert, narsis, tidak suka dikritik, tidak mudah percaya, suka meremehkan, selalu menjaga jarak dengan orang lain karena merasa dirinya yang paling hebat dan paling pintar. Umumnya mereka juga diam-diam gila pujian, tidak suka memperhatikan orang lain tapi selalu menuntut orang lain agar memperhatikan, mengerti dan memahami mereka. Dan biasanya nih, mereka juga seorang pendendam. Nah lo, yang terakhir ini nih, yang paling serem. 

Pepatah mengatakan “ Dengan siapa kamu berteman, seperti itulah adanya dirimu “. Dalam hal ini ketika seseorang bergaul dengan teman–temannya, maka dia pun akan melihat bagaimana perilaku teman–temannya itu. Langsung bisa terlihat kalau orang itu berperilaku wajar, buruk, baik atau berperilaku aneh apabila berkelompok. Seseorang bisa saja merubah atau bahkan berubah perilakunya karena faktor tersebut. Bisa jadi dia menemukan kecocokan dengan pertemanannya itu atau sebaliknya, merasa tidak ada kecocokan dengan mereka. Kalau bersama habitatnya mereka terbuka luar dalam, nerocos kiri kanan tapi kalau bukan dengan habitatnya, mereka menjadi orang yang irit bicara dan menjaga jarak. Sesama lebay dilarang saling mendahului … LoL.

Orang dengan perilaku yang wajar pasti jalan pikirannya sehat. Mampu berpikir dengan jelas, bisa menerima kritikan, tidak mudah su’udzon atau berprasangka jelek, mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidup, menikmati hubungan baik dengan teman-teman, rekan kerja, keluarga dan merasa nyaman secara spiritual serta membawa kebahagiaan bagi orang lain. Sehat mind, body and soul. Itu tidak berlaku bagi manusia dengan perilaku aneh, mereka susah sekali berinteraksi dengan orang lain. Perilaku mereka yang aneh pastinya akan susah diterima oleh kebanyakan orang. Kesan pertama sepertinya baik, karena mereka memberi label dirinya sendiri kalau mereka adalah orang yang super baik. Tapi lama kelamaan menjadi terlihat aneh dan berlebihan. Kalau mereka sudah mempercayai orang, biar itu maling atau rampok pun mereka percaya. Tapi sebaliknya, kalau sudah membenci orang, meskipun orang itu baiknya melebihi dermawan, mereka akan membenci sampai seakar-akarnya dan sedalam-dalamnya. Kata pak Ustadz, orang dengan perilaku seperti itu ibaratnya mata dan telinganya dikencingi setan. Wiiihh … ekstrem banget yaa ... Na’udzubillahi min dzalik.

Saya sendiri sering banget bertemu dengan manusia berperilaku aneh seperti itu. Sebenarnya sih sangat sepele masalahnya, hanya soal pesan alias sms. Saat kita mengirim sms atau email, meskipun tidak segera, pastilah ingin mendapat balasan dan bukan hanya di-read aja, apalagi kalau isi pesan itu penting. Manusia dengan perilaku aneh pasti akan ngelés kalau kita mengkonfirmasi mengapa dia tidak membalas. Dengan alasan sibuk-lah, tidak ada waktu, tidak tahu kalau ada pesan masuk, sms kita tidak terkirim, hp sedang dimatikan, inilah, itulah, seribu satu alasan selalu digunakan. Sekali, dua kali atau tiga kali kita mungkin bisa memaklumi, tapi kalau selalu seperti itu ? Orang yang masih punya otak waras dan punya perasaan pasti mengira kalau memang ada yang tidak beres dengan perilaku mereka. Apalagi bila kita tahu kalau mereka itu pengidap Autis, ituu manusia yang tidak bisa lepas dari handphone … LoL. Saat orang lain sibuk menyimak ceramah, mereka malah asyik sendiri dengan gadget-nya. Jadi, alasan mereka yang sibuk 360 jam itu terlihat mengada-ada dan berlebihan. Bagaimana tidak, handphone tidak pernah lepas dari tangan dan penglihatan kok bilangnya tidak tahu atau sibuk, dibaca tapi kok dibilang tidak terkirim, aneh kan ? Yang lebih lucu lagi kalau orang lain melakukan hal yang sama terhadap dirinya, mereka ngamuk-ngamuk tidak karuan. 

Secara pribadi, saya sih bisa memaklumi manusia dengan perilaku seperti itu. Di belahan dunia manapun tidak bakalan ada orang yang mempunyai sifat yang sama, meskipun perasaan saya agak gimana lah ... Baper dikit. Dipupus aja, mungkin bagi mereka kita bukan orang penting, bukan apa-apa, bukan siapa-siapa dan tidak selevel dengan mereka. Jadi mereka juga tidak perlu membalas atau mempedulikan pesan kita. Kalau soal diremehkan orang, saya sih sudah biasa. Sadar diri gitu loh, saya mah apa atuh … hiks. Hal-hal yang tidak bisa saya terima adalah kalau saya diberi amanah oleh orang lain untuk menyampaikan pesan itu, otomatis si pemberi amanah akan mengira kalau saya tidak menyampaikan pesannya. Jadinya kanan kiri, depan belakang, maju kena, mundur kena … Hadeehhh. 

Jujur, mungkin tidak sedikit orang yang menganggap saya manusia aneh, ngaku nih … he he he. Ada juga yang mengatakan kalau saya banyak tingkah, berlebihan, dramatis atau apalah. Yaah tidak apa-apa, saya terima dengan ikhlas kok, penilaian dan penghakiman mereka. Saya menyadari pasti ada yang merasa tersakiti, entah itu lewat kata-kata, tulisan atau perbuatan, sengaja atau tidak sengaja, terlihat atau tidak terlihat ( mohon ma’af lahir batin … ), meskipun saya mengemukakannya dengan jujur. Saya juga tahu kalau tidak semua orang itu bisa menerima kejujuran saya. Kalau saya memilih diam, bukan berarti sudah tidak peduli atau tidak mau bicara. Saya hanya tidak mau salah-salah ngomong lagi. Begini salah, begitu salah, karena pada akhirnya saya juga yang bakalan tersakiti. Atau mungkin saja saya benar-benar punya perilaku aneh, tapi nggak sakit jiwa lho yaa … LoL. Sebagai manusia, kita semua jauh dari kata kesempurnaan, banyak melakukan kebodohan dan sering khilaf. Kritikan dari orang lain saya anggap sebagai sarana untuk koreksi diri untuk perbaikan ke depannya.

Tidak bermaksud untuk menyinggung atau menghakimi orang lain. Self reminder untuk diri saya sendiri seandainya saya lupa. Semoga ALLAH, SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya pada kita semua …. Aamiin. 
Sedoyo kalepatan nyuwun agenging pangapunten. 



Aku tidak sebaik yang kau katakan
Dan tidak seburuk yang kau kira

~ KAHLIL GIBRAN ~

No comments:

Post a Comment