Wednesday 16 October 2013

OLD MAID OR BACHELORETTE ?



Dalam kehidupan sehari-hari ada saja orang yang menganggap jelek gadis yang belum menikah alias single. Dibilang pemilih-lah, nggak laku-laku, judes dan sebagainya ..... dan sebagainya. Padahal perkiraan dan sangkaan mereka itu tidak benar. Image lajang sepertinya sudah menjadi public enemy. Bahkan di negara yang super maju seperti Amerika dan negara-negara di benua Eropa. Apalagi di Timur Tengah dimana kaum wanita pada umumnya menikah atau dinikahkan di usia dibawah 20 tahun ( bahkan ada juga yang baru berusia 9 tahun ). Tentunya, gadis yang berusia di atas itu sudah dianggap Old Maid. Banyak sekali ejekan, kritikan, penilaian, dan penghakiman untuk para bachelorette ( termasuk saya ... hiks )

Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Tapi itu bukan legitimasi untuk menyinggung dan menyerang sisi-sisi privat orang lain yang sudah jelas tidak ada hubungannya dengan mereka. Bahkan kadang mereka sendiri juga tidak sadar kalau ada sanak famili, bahkan anak mereka sendiri ada juga yang bernasib sama, menjadi old maid alias perawan tua atau untuk kaum pria, bujang lapuk ..... Ups! Sorry ! Mudah sekali bagi mereka untuk ikut-ikutan berperan dalam proses penghakiman. Benar atau salah, pantas atau tidak pantas dan baik atau tidak baik. Seenaknya saja mem-bully orang, tanpa terlebih dahulu bercermin.  

What's wrong with you, Dear ? Orang-orang yang dekat dengan saya selalu bertanya dan bertanya. Karena mereka tahu benar bagaimana keseharian saya. I'm fine and nothing wrong adalah jawaban klasik saya. Padahal sih, dalam hati saya menangis, sakit tak terkira ( why did it happen to me ? .... hiks ). Justru orang yang tidak mengenal saya yang sering kasak-kusuk dibelakang, suka berprasangka dan membuat cerita dengan versi mereka sendiri. Semakin menambah penderitaan batin aja .... 

Saya perempuan yang amat sangat normal, memangnya saya senang jadi single ? Saya tidak punya kewajiban untuk menjelaskan ataupun berkoar-koar pada dunia dengan siapa saja saya berinteraksi . Dan tentang apa yang sudah saya alami, orang lain tidak perlu tahu. Kenapa juga sih orang lain sibuk ngurusin urusan pribadi saya, padahal orangtua saya sendiri menyerahkan semuanya pada saya. Meskipun mereka berpikiran konservatif, tapi mereka membebaskan saya dan adik saya untuk memilih. Walaupun saya tahu kalau mereka juga berharap agar saya cepat married .  And I always hope it will happen soon ...

Tapi, namanya juga hidup di dunia, ada yang baik dan ada yang buruk. Ada yang sering kasak - kusuk dibelakang, ada juga yang bersimpati. Saking perhatiannya sampai-sampai mereka melakukan hal-hal yang menurut saya tidak logis. Saya sering banget mendapatkan " pisang raja " yang nangkring di depan pintu masuk di resepsi perkawinan untuk dimakan. Bukan itu saja, mereka juga mengambil hiasan  yang dipakai pengantin perempuan di rambutnya ( tidak boleh ketahuan ) dan  memberikan bunga " hasil nyolong " itu untuk saya simpan. Kata mereka, biar cepat ketularan. It doesn't make any sense ....... Ada-ada saja. 

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya bukan cuma saya aja yang masih single, tapi ada juga teman dan famili saya yang juga masih single. Usia mereka juga lebih tua dari saya. Entah mengapa, justru saya yang lebih sering " diserang " daripada mereka. Mungkin karena kebanyakan dari mereka tidak jujur dengan keadaan dirinya alias " sok  merasa super " dan tidak membutuhkan orang lain. Diserang disini dalam arti kata yang positif, bukan diserang betulan. Teman dan orang-orang yang di sekitar saya tahu kalau saya bukan tipe orang yang suka pilih-pilih teman, bukan manusia yang menutup diri dari lingkungan dan tidak mudah emosi kalau di ledek. Tapi mungkin, sifat saya yang terlalu nyantai alias slow motion ( kalau jodoh tak akan lari kemana ) itulah yang bikin mereka geregetan. Mesti gimana lagi, masak saya harus templok sana - sini kayak ninja Hatori ....

Menikah adalah hal normal yang dibutuhkan manusia.  Siapapun orangnya pasti tidak ingin hidup sendirian ( jujur atau tidak ).  Menikah bukan hanya sekedar komitmen dihadapan Tuhan, wali dan saksi, tapi juga melibatkan rasa tanggung jawab dan niat dari seorang laki-laki dan perempuan untuk mempertahankannya. Tidak semudah membalikkan telapak tangan atau mengucapkan mantra, Sim Salabim ... Abrakadabra ! Dan itu bukan berarti saya takut komitmen atau tidak mau berusaha. Bukan seperti itu ....

Jujur, saya bukan perempuan yang suka berkompetisi soal cinta. Saya mudah bergaul dan berteman dengan siapa saja, tapi saya bukan orang yang gampang jatuh cinta. Ada perbedaan antara  " tidak gampang jatuh cinta " dengan  " sulit jatuh cinta ". Tidak gampang identik dengan kehati-hatian, dan sulit lebih bermakna " tidak mau dan tidak ingin ". Buat saya, perasaan bukanlah komputer atau gadget yang bisa di undo, delete atau cancel. Tapi ada makna yang lebih dalam dan lebih luas dari semua itu. Nasehat yang sering saya dengar, " Menikahlah dengan pria yang jatuh cinta padamu, karena kalau dia benar-benar mencintaimu, dia tidak akan berbuat dzalim". Saya juga tahu, mana laki-laki yang serius dan mana yang hanya sekedar main-main saja. 

Saya lebih suka hubungan yang monogami, one on one relationship. Berganti-ganti pacar buat saya bukan suatu prestasi yang membanggakan dan saya juga bukan tipe orang yang suka memaksa. Karena saya tahu, kalau kaum pria itu punya hak untuk memilih dan kaum wanita akan selalu menjadi pihak yang menunggu ........ dan ditinggalkan, kalau dirasa tidak ada kecocokan. Terdengar ironis, tapi kalau memang sudah tidak suka, kenapa tidak bilang saja terus terang. Jadi keduanya bisa terus " melanjutkan hidup " dan tidak berharap. Jaman sekarang, menemukan pria yang jujur dan apa adanya itu lebih susah.  Itulah kenyataannya. Heran aja kalau liat ada cewek yang maksa-maksa cowoknya .... marry me .... marry me , apalagi kalau sampai gelap mata dan melakukannya dengan berbagai macam cara. Menurut saya, tidak ada gunanya memaksa ( kalau lelaki main paksa sih itu sudah biasa .... LOL ), karena menikah itu suatu kesadaran. Dan pernikahan juga bukan sebuah perlombaan, Veni, Vidi, Vici. Tidak ada kata cepat atau terlambat untuk menikah. Kalau ditanya soal kesiapan, saya siap lahir batin dan tidak akan ragu untuk mengatakan, I will always love you and beside you, till death do us apart. 

Dan yang selalu saya yakini, semua itu datang dari Tuhan. Apapun yang terjadi adalah kehendak-Nya. Kalau ada orang yang bisa merubah takdir, pasti saya akan mencarinya. Sekali lagi, seandainya ..... ( perasaan itu datang kalau saya lagi ngenes ... mellow ). Tapi hidup bukan cuma berandai-andai. Sekedar mengingatkan diri saya sendiri agar saya berjalan dengan kesadaran penuh. Yang sehat bisa sakit dan yang sakit bisa sehat. Dan semua yang merasakan sakit itu berhak berharap atas kesembuhan. Asam di gunung, garam di laut, pada akhirnya bertemu juga di belanga. Be a single .... old maid ..... or bachelorette .....  tidak pernah berniat atau terlintas sedikitpun dalam pikiran saya, bahkan membayangkan pun tidak pernah. Dan saya juga tidak ingin hidup dengan status seperti itu.

Kalau ada yang bertanya, kapan dan siapa ? Saya hanya bisa menjawab, tidak tahu. Karena saya bukan tukang ramal dan memang benar-benar tidak tahu. Hanya Tuhan yang tahu dengan siapa nantinya saya bersanding dan dimana saya akan menghembuskan napas terakhir ? Dan saya yakin, setiap orang tidak ada yang mau " tersandung ", walapun hanya sekali. Apapun yang terjadi, semua itu pasti ada hikmahnya. Wallahu a' lam bish shawab .... 

1 comment: