Tuesday 8 October 2013

My Short Story




" Apa benar kabar yang kudengar kemarin ?"
" Kabar apa ?" Wulan balik bertanya.
" Itu, laki-laki yang sering datang kerumahmu."
Wulan tersenyum." Seno maksudmu ?"
" Jadi laki-laki itu Seno." 
" Iya. Anaknya Bu Wiryo, pemilik batik Cempaka Ayu." Wulan menambahkan.
" Seno yang suka main di comberan sewaktu kita masih di SD dulu ?"
Wulan tertawa terbahak-bahak." Ternyata ingatanmu masih tajam juga, Nin."
" Aku pikir, dia teman kuliahmu."
" Hmm ..... Dia sering menanyakanmu, serius."
Aninda mendengus kesal." Nggak, ah.Kalau Sari mau, berikan saja padanya."
 " Apa hubungannya sama Sari ?"
" Dia kan sedang nyari suami."
Mata wulan yang tidak begitu besar itu terlihat menghardiknya." Dan kamu sendiri, apa yang kamu cari ? Berpikirlah realistis ! Di abad millenium ini tidak ada kodok yang berubah menjadi pangeran."
" Ma'af  ?"
" Kau hanya punya satu kesempatan untuk menjadi pengantin. Lagipula, yang Seno cari itu, gadis priyayi sepertimu."
" Tidak ada relevansi antara priyayi dengan cinta."
" Memangnya kamu sudah punya calon ?"
" Calon anggota legislatif."
" Nggak lucu."
" Ora lucu yo wis. Kalau ketemu Seno lagi, bilang saja, Sari padamu."
" Emoh !"



No comments:

Post a Comment