Wednesday 22 April 2015

TRUST


Ketika seseorang memiliki masalah, ia akan cenderung untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain terutama yang dekat dan dikenalnya. Manusia membutuhkan keberadaan orang lain untuk saling memberi, saling menerima termasuk juga dalam berbagi suka dan duka. Pertanyannya, masih banyakkah orang yang bisa dipercaya ?

Di jaman sekarang ini, sangat sulit mendapatkan orang yang tulus dan bisa dipercaya. Banyak orang melakukan sesuatu karena adanya kepentingan, terutama kepentingan pribadi alias memikirkan dirinya sendiri. Apalagi kalau itu menyangkut soal duit, UUD … ujung-ujungnya duit … LoL. Kalau tidak mendatangkan keuntungan untuk dirinya sendiri, say goodbye gitu loh. Tapi rasanya kok tidak etis ya, apabila seseorang hanya menginginkan senangnya saja dan tanpa mau memandang kesusahan orang lain. Golek penaké dhewe alias mencari enaknya sendiri. Setelah mendapat apa yang diinginkan, begitu ada sesuatu malah ngacir. Seperti kata pepatah Jawa, “ Tinggal glanggang, colong playu “. Orang yang benar-benar baik, tidak akan punya sikap seperti itu. 

Semestinya bisa dibedakan ya, mana yang benar-benar tulus, mana yang modus alias hanya memanfaatkan situasi. Mempercayai seseorang adalah sama dengan sikap hati yang “ setuju dengan sesuatu dan menerima ”. Percaya lebih beroperasi di dalam diri kita karena percaya adalah suatu sikap hati alias yakin. Maksudnya, keyakinan itu adalah sesuatu yang menyangkut masalah hati sedangkan percaya itu merupakan sesuatu yang menyangkut pikiran dalam otak kita. Tidak percaya sebelum melihat dengan mata kepala sendiri, setelah itu baru lah timbul keyakinan dalam hati. Sepandai-pandainya manusia, tidak akan ada manfaatnya jika dia tak punya hati tapi sebodoh-bodohnya manusia tetap ada manfaatnya jika dia punya hati. Betul nggak nih … he he he. 

Dan jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak seindah mengaplikasikannya dalam keseharian. Tidak berlebihan bila ada yang mengatakan kejujuran itu semakin langka, bahkan ada yang mengatakan, wong jujur kuwi malah kojur alias sengsara. Sengsara membawa nikmat .... LoL. Semua orang paham akan maknanya, tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih berbahaya lagi kalau ada orang yang merasa selalu bersikap jujur, tapi tindakan mereka tidak sepenuhnya termasuk dalam kategori jujur. Meskipun di sering bersumpah dengan mengatas namakan Allah, SWT dan ayat-ayat Qur’an. Jenengé menungso opo iki … he he he.

Saya selalu mendengar kata “ iyalah, percaya …”, sebenarnya, jujur aja nih, jarang sekali kita mengerti, apa sih sebenarnya artinya percaya itu ? Percaya beneran, apa nggak nih ? Saya sendiri juga sering mengucapkannya … LoL. Maksudnya sih, hanya tidak ingin memperpanjang topik aja, tidak punya niatan apa-apa, gitu loh. Seringkali, salah mempercayai seseorang akan membuat manusia dengan pendidikan paling tinggi sekalipun jadi terlihat seperti si Oneng, kasian banget ya ... he he he. Saking bingungnya, kadang argumen mereka terdengar seperti di luar logika. Mereka menutup mata dan lebih mendengarkan perkataan secara sepihak dari orang yang menurutnya terpercaya. Ada orang yang maniak banget dalam hal percaya, apapun yang dikatakannya selalu benar dan saat dia tidak mempercayai seseorang, apapun yang dikatakannya selalu salah. Pikiran dan penilaiannya subyektif banget yaa …

Sebenarnya simpel aja, kepercayaan kita pada seseorang tidak hanya dibuktikan dengan kata-katanya saja, tetapi juga dari sikap, perkataan dan perilakunya. Kita dapat melihat apakah seseorang itu benar-benar bisa dipercaya atau tidak. Sinkron apa nggak, antara kata-kata yang diucapkan dan perbuatannya. Apalagi kalau track record-nya di lingkungan sosial kurang baik. Kalau dipikir lebih jauh lagi, sebenarnya reputasi itu adalah sebuah tanda, trade mark bagi diri seseorang.

Memang sih, mana ada orang yang tidak pernah berbohong ? Semua orang pasti pernah berbohong, termasuk saya …. he he he. Tapi bukan bohong yang merugikan orang lain lho ya, juga bukan untuk kepentingan diri sendiri dan tidak berakibat fatal, apalagi kalau untuk menipu orang lain. Biasalah, manusia kadang kan suka iseng, apalagi kalau lagi ngumpul sama teman-temannya dan pasti ada jahil-jahilnya juga, tapi yang paling penting nggak bermaksud jahat aja. 

Jujur, ada perasaan tidak enak saat orang lain mengira kita berbohong saat kita berkata apa adanya, rasanya gimana gitu, atiku nelongso … he he he. Kalau dihadapkan dengan orang yang menuduh seperti itu, biasanya cuma saya biarkan saja. Mau percaya yaa syukur, kalau tidak percaya ya monggo kerso. Yang penting, saya hanya berusaha bicara apa adanya. Saya tidak akan dan tidak perlu meyakinkan atau menjelaskan ini-itu secara mendetail agar mereka percaya, menggunakan berbagai cara, apalagi kalau memakai sumpah-sumpah segala, nggak banget daah. Kalau mereka mengira saya berbohong, ya terserahlah, itu opini mereka.  Nrimo ing pandum mawon, saya mah orangnya begitu ... he he he. Namanya juga manusia, pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka sama kita. Berpendapat itu kan hak setiap orang, iya nggak ? 

Berkata jujur bukan berarti kita mengatakan segala sesuatu pada orang lain secara rinci. Bicara apa adanya kan ada tempatnya juga dan bukan berarti kita sedang berbohong. Misalnya nih, kalau ada yang bertanya saya mau pergi kemana, bila saya jawab mau ke supermarket, saya tidak perlu mengatakan mau beli ini-itu, apa saja dan berapa habisnya. Kita tidak berkewajiban untuk mengatakan segala sesuatunya secara detil pada orang lain. 

Kalau pendapat saya pribadi nih, ada batas-batas tertentu dalam hal mempercayai ataupun tidak mempercayai kata-kata seseorang. Ada saat kita percaya dan ada saat kita tidak harus percaya. Terutama kalau segala sesuatunya di luar logika alias nggak masuk akal. Terutama saat menghadapi manusia-manusia yang suka membual dan punya sifat hasad alias dengki. Jangan sampai kita terhasut, terlarut dan ikut-ikutan membenci seseorang, padahal mereka tidak ada urusan dengan kita. Apalagi kalau sampai mencampuri urusan orang lain dengan sedalam-dalamnya. Entah itu teman atau saudara dekat, walau bagaimana pun semua orang juga punya kehidupan pribadi yang wajib kita hormati.

Berhati-hati dalam mempercayai seseorang itu lebih baik asalkan pikiran kita tetap terbuka. Jadi bisa membedakan mana yang benar-benar bisa dipercaya dan mana yang tidak. Yang terlihat baik, belum tentu benar-benar baik dan yang terlihat buruk, belum tentu buruk. So, don’t judge the book by it’s cover. 

Semoga ALLAH, SWT melindungi kita semua …. ﺁﻣِﻴْﻦُ ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦ


No comments:

Post a Comment