Saturday 11 April 2015

A JOURNEY FROM THE HEART


Dulu, saat masih kecil, banyak orang tua sering berucap “ Ayo, Le … Nduk, gek podho leren sik, ojo dolanan terus”. Sepintas, kalimat itu memang sederhana. Tapi di tengah hiruk pikuk kehidupan, kalimat itu menjadi penting untuk direnungi. Ya, “ berhenti sejenak ”, kita meluangkan waktu untuk merefleksi diri atau istilah kerennya, self reflection. Entah itu sedikit merenung tentang apa yang sudah kita jalani selama ini dan semua kejadian yang kita alami. Momentum yang tidak hanya terjadi di akhir tahun saja, tapi bisa datang setiap waktu, saat kita membutuhkan. Biasanya sih, setelah kita mengalami hal-hal yang menyedihkan. Jadi, tidak perlu menunggu satu tahun, baru merenungkan nasib kita …. LoL.

Refleksi diri tidak hanya untuk mengevaluasi apa yang telah kita kerjakan, tapi menjadi bagian untuk menjadikan “ hidup kita lebih hidup ”, ibaratnya, mengidentifikasi dan meng-install ulang software di kepala kita yang incompatible alias tidak sinkron. Hidup di sisa usia kita yang seharusnya makin berkualitas dan bermakna. Seiring dengan berjalannya waktu, detik, menit, jam, hari, bulan, tahun berarti bertambahnya umur dan sudah semestinya sadar akan diri kita sendiri.

Hidup itu dinamis, bergerak seiring dinamika perkembangan jaman. Kalau kita sepakat hidup adalah perjalanan, maka setelah “ berhenti sejenak ” kita harus kembali bergerak ….. move on, beibeh …. he he he. Kita tetap fokus ke depan dan menjalani kehidupan, di samping tetap melakukan koreksi atas apa yang sudah kita lewati, dengan sesekali melihat sejenak apa yang ada di belakang kita agar semuanya terkendali dengan baik. Jujur, saya lebih suka menghitung kesalahan yang telah saya perbuat daripada menghitung kesalahan orang lain. Bukan berarti kejam terhadap diri sendiri lho, not like that … sekedar membuka pikiran aja karena sebagai manusia kita tidak akan pernah luput dari kekhilafan.

Tapi seringnya sih, malah diketawain dan di katain yang sensi-lah … inilah, itulah. Padahal nih, DR. Aidh Al-Qarni dalam bukunya Laa Tahzan, menuliskan, banyak tawa itu mematikan hati. Trus, bagaimana dengan orang yang suka menertawakan kehidupan orang lain ? Mungkin hatinya sudah raib kali yaa, tinggal empedu aja …. LoL. Jangan salah, saya sendiri juga sering ketawa-ketiwi, apalagi kalau lagi bercanda dengan teman-teman. Yang penting tahu diri-lah, jangan sampai kebablasan, ntar dikira pasien RSJ lagi …. He he he. 

Kebanyakan orang tidak mau melihat pada dirinya sendiri dengan apa yang telah dilakukannya. Biasanya sih, apa yang menimpa kita adalah refleksi perbuatan kita pada orang lain. Tuduhan seseorang kepada orang lain sebenarnya merefleksikan perbuatannya sendiri. What you think, that's what you get. Tergantung pada kepribadian masing-masing juga sih, mereka mau sadar atau tidak. Bagi yang tidak menyadari, kesenggol dikit aja pasti sudah ngamuk-ngamuk dan merasa diperlakukan tidak adil, berkoar-koar pada semua orang kalau sudah didzalimi. Padahal mereka sendiri juga suka mendzalimi orang. Simpel aja, kalau suka bohong, suka mengejek, menertawakan atau menjahili orang lain, pasti ada orang lain berbuat hal yang sama. Kalau mereka mau ber-muhasabah, pasti akan menyadari dan menerima perlakuan balik itu sebagai pelajaran untuk kedepannya agar lebih baik lagi. Kalau sadar nih, kalau nggak ya, Wassalam dah … LoL.

Hmm …. memikirkan dan mengejar dunia, sungguh tak akan pernah berakhir. Banyak sekali yang mengukur segala sesuatunya dengan nominal. Uang bisa sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan kita, sebagai sumber daya utama. Dengan uang kita bisa melakukan apa saja dan banyak juga orang yang melakukan sesuatu karena adanya uang, dikit-dikit duit … dikit-dikit duit. Bahune aji banget, awak prahu. Karena keseringan berpikiran begitu makanya sekalinya bertemu dengan orang yang benar-benar baik dan tulus, malah dikira punya pamrih, mau nguras duit. Memang betul sih, mana ada manusia yang nggak demen ama duit, iya nggak ? So am I … LoL. Uang bisa membeli segalanya, termasuk cinta. Itu berlaku bagi para pembeli dan penjual cinta, lho yaa …. Ente jual, ane beli … jiiiaaahhh kayak pasar aja, amit-amit dah … he he he. Tapi kalau mau berpikir lebih jauh, uang tidak akan pernah bisa membeli ketulusan, tidak bisa membeli waktu yang terus berjalan dan juga kebahagiaan.

Tidak ada bagian dari kehidupan yang tidak mengandung peluang untuk belajar, tapi bagaimana anda membuat hidup anda adalah terserah anda. Punya banyak uang, kekuasaan, apa yang anda lakukan dalam kehidupan semuanya terserah anda. Pilihannya ada di tangan anda. Monggo kerso panjenengan. 

Hanya sedikit dari kita yang mau berpaling sejenak pada diri sendiri, menjadikan pengalaman hidup sebagai bagian dari perjalanan agar kedepannya lebih baik lagi. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah, SWT. 

Life is a journey, not a destination …. sebuah perjalanan untuk menemukan jati diri kita sebagai makhluk-Nya, karena hidup kita pasti juga akan ada akhirnya, Wallahu a’lam bisshawab.


No comments:

Post a Comment