Thursday 5 June 2014

PERILAKU MANUSIA HEMAT DAN MANUSIA PELIT


Setiap orang terlahir dengan kepribadiannya masing-masing. Sifat dan perilaku manusia yang satu dengan manusia yang lain tidaklah sama. Ada yang berperilaku baik dan ada juga yang berperangai buruk. Sifat bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu. Kadang manusia itu mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, ada orang yang tadinya baik berubah menjadi jahat. Percaya atau tidak, semakin lama dia tinggal di suatu tempat atau berhubungan dengan orang lain, semakin besar pengaruh yang masuk ke diri seseorang itu dan bisa membawa perubahan dalam dirinya.Tapi ada juga sifat atau perilaku dari seseorang yang memang tidak bisa dirubah, apalagi kalau ada keturunan dan bawaan lahir …. He he he. 

Ketika bergaul dengan manusia, berarti kita tidak sedang bergaul dengan logika, namun dengan makhluk yang memiliki emosi, makhluk yang tetap bertahan dengan prasangka, kebanggaan dan kesombongan. Tapi semua itu tergantung dengan cara kita menyesuaikan diri. Dari penyesuaian itulah yang bisa membuat sesuatu yang paling dalam dari diri kita berubah sedikit demi sedikit. Tapi kita harus bisa memilih dan memilah perubahan mana yang baik dan mana yang tidak baik buat kita.

Mungkin kita sering melihat entah di TV atau melihatnya langsung dari lingkungan disekitar kita. Dan kita mungkin terheran-heran bila melihat ada orang yang pelit, bakhil dan kikirnya minta ampun. Dan otomatis, kita akan berusaha untuk menjauhi orang dengan sifat seperti itu. Dulu, saat saya masih kuliah, ada pepatah yang di plesetkan yang sering terlontar diantara teman-teman saya. Rajin pangkal pandai, hemat dibenci teman … Lol. 

Berlaku hemat seringkali dikesankan hidup menderita dan sengsara, dan orangnya lazim di juluki si pelit bin bakhil. Sebaliknya, bersikap boros di anggap memiliki hidup yang bahagia dan menyenangkan, hingga orangnya disebut royal. Kebanyakan orang sering terjebak dengan kata hemat padahal pelit atau pelit bertopeng hemat. 

Perlu diingat, memakai uang itu artinya memakai otak dan juga emosi lho. Hemat adalah berhati-hati dalam membelanjakan uang alias tidak boros. Hemat berarti ekonomis, itu betul. Intinya sederhana atau mewah tidak terletak pada mahalnya harga suatu barang, namun pada siapa pemiliknya dan apa kebutuhannya. Sederhana tidak berarti harus mengenakan pakaian yang lusuh dan compang-camping, memakai HP yang sudah sering nge-drop ( gue banget neh .... he he he ) atau mengendarai mobil yang sering mogok. Sepanjang kita mempunyai dana maka tidak terlarang untuk membeli sesuatu yang memang kita perlukan. 

Mengenai orang hemat bisa jadi dari luar mirip dengan manusia pelit karena sikapnya " money doesn't coming out of the blue " alias duit tidak jatuh begitu saja, mak teplok plok dari langit. Si hemat secara penuh kesadaran mengukur pengeluarannya terhadap peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Si hemat tidak akan menghabiskan uang untuk gengsi-gengsian atau ikut-ikutan tapi dia tidak ragu untuk mengeluarkan uang yang membuat dia bahagia atau meningkatkan kualitas hidup. Dalam hal ini biasanya menyangkut orang-orang tercinta, teman-teman sejati yang berarti baginya, untuk beramal, zakat dan juga untuk hobinya.

Saya pribadi sering bertemu dengan orang yang benar-benar pelit, bakhil dan kikir-nya minta ampun. Sampai-sampai, bapak dan ibu saya jengkel kalau saya pergi dengan orang itu, jangan sampai punya urusan sama orang-orang itu. Pun kalau mereka bertanya atau minta tolong, ora usah digagas ( ekstrem banget …. he he he ). Maklum-lah, seperti kebanyakan sifat manusia pelit pada umumnya, mereka suka memanfaatkan demi keuntungan mereka pribadi. Kelihatannya mereka memberi sesuatu, tapi kalau ngeruk, bisa sampai seribu kali lipat pemberiannya. Saya juga tidak habis pikir, apa sih yang sebenarnya di dalam pikiran si Pelit tentang uang ? Tapi dugaan saya, si Pelit menabung uang semata-mata hanya untuk ditabung tanpa tujuan lebih jauh, ketakutan akan kekurangan yang berlebihan alias paranoid. Mereka menggengam uang dan harta bedanya erat-erat karena percaya itu semua bisa memberi dia “ keamanan “.

Perilaku ini terjadi karena nafsu negatif seperti ingin berkuasa, mementingkan diri sendiri, ingin lebih mendominasi sehingga menutup akal dan hatinya. Orang yang bakhil itu sangat individual dan menilai kehidupan hanya dari sisi materi. Biasanya mereka juga suka pamer, menonjol-nonjolkan diri dan sifat hasad-nya tinggi. Kalau beramal sedikit, pasti ditunjuk-tunjukkan biar orang lain tahu. Hmmm …. padahal, kalau tangan kanan memberi, sebaiknya tangan kiri tidak perlu tahu. Kata nenek saya lho .... he he he.

Dalam kata pelit terkandung makna stagnant alias mandeg, tak ada progress, ibarat sebuah pohon ia tak dapat memberi manfaat apapun bagi orang yang ada disekitarnya. Kalau menurut saya sih manusia bakhil, pelit dan kikir, malahan jauh dari kata ekonomis. Dan biasanya mereka lebih sering tertipu. Maksudnya ngirit tapi malah ngorot-orot ….. Lol.

Sebenarnya ada lagi yang lebih buruk dari bakhil, orang Solo sering menyebutnya Pokil . Apa sih Pokil itu ? Pokil adalah pelit, medhit, cethil, ngguthil, bakhil, selalu penuh perhitungan, kalau ngasih satu biji dia mesti ngeruk balik 1000 biji, curang dan licik. Orang pokil biasanya otaknya bebal, sombong, sok pinter sendiri dan sok kaya karena yang di dalam pikiran orang pokil itu dia bukan pelit, tapi hemat, padahal antara pelit dan hemat jelas beda banget.

Saya sendiri juga sering membandingkan harga barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagai pengusaha kuliner, nggak mau dong kalau sampai rugi ….. he he he. Saya juga demen banget dengan barang-barang diskonan, makanan yang murah, buku-buku lama, layanan kesehatan yang terjangkau dan transportasi yang irit. Itu bukan berarti saya tidak punya barang-barang mahal. Saya membeli barang, tentunya menyesuaikan situasi, kondisi dan kebutuhan. Perempuan dimanapun pasti suka berhemat, apalagi kalau mereka adalah ibu-ibu. Yang lebih penting lagi, saya tahu “ business is business “ tapi saya juga tahu pasti, kapan saya harus berlaku profesional dan kapan saya harus beramal. Innamal a’malu bin niyat.

Tapi kalau orang pokil lain lagi, mereka maunya barang bagus dengan harga yang jauh dibawah standart. Mereka akan mengembalikan lagi barang tersebut kalau dirasa kurang memuaskan mereka ( tentunya sambil ngomel-ngomel karena merasa tertipu .... rasain lu ! Lol ). Juga dengan pelayanan kesehatan, maunya tarif puskesmas tapi minta layanan kelas VVIP dan harus manjur. Pun kalau diminta untuk beramal, mereka pasti beralasan mesti pakai prosedur inilah-itulah dan kalaupun mereka mau menyumbang, biasanya bukan berasal dari hatinya, tapi karena sifat riya' biar orang lain mengira kalau dia dermawan ..... Amit-amit dah, Na’udzubillah min dzalik. 

Buya Hamka dalam bukunya LEMBAGA BUDI menyatakan, Jangan serupakan diantara yang Hemat dan yang Bakhil, karena orang yang hemat memperhitungkan perbelanjaannya, uang masuk dan uang keluar dengan tujuan apabila perlu dapat membelanjakan harta itu menurut sepatutnya. Tetapi orang yang bakhil mengumpulkan harta dengan tujuan semata-mata menumpuk. Orang yang hemat mengatur hartanya, orang yang bakhil diatur oleh hartanya….. summa na’udzubillah. 

Semoga bermanfaat bagi kita semua terutama buat diri saya sendiri agar terhindar dari sifat yang tidak terpuji itu ……. Aamiin. 


No comments:

Post a Comment