Jika
aku bukan jalanmu ku berhenti mengharapkanmu
Jika
aku memang tercipta untukmu
Ku
kan memilikimu
Jodoh
pasti bertemu …..
Allah
telah menciptakan cinta diantara manusia dan menciptakan pasangan atasnya. Namun,
selama hidupnya bukankah ada manusia yang pernah mengalami berkali-kali jatuh
cinta ? Memang tidak semua orang merasakannya namun hampir 99,9 % pastilah pernah
jatuh cinta lebih dari satu kali. Jika jodoh adalah pasangan yang kita nikahi
bagaimana dengan pasangan yang menikah lebih dari sekali, entah itu dengan
poligami, cerai atau salah satu pasangan meninggal kemudian menikah lagi atau
orang yang selama hidupnya tidak menikah, dimanakah jodohnya ? Lalu bagaimana dengan manusia yang sering mempermainkan lembaga pernikahan ? Manusia yang hobinya kawin-cerai, kawin-cerai. Seperti barang mainan yang bisa dibeli dan sesudah itu dibuang. Inikah definisi jodoh ? Semakin saya berpikir mencoba
memecahkan permasalahan tentang konsep jodoh, semakin saya dibuat bingung, bahasa
kerennya galau …… Lol.
Apakah
jodoh itu takdir atau pilihan? Apakah ukuran
jarak ini rahasia Tuhan juga? Lalu dimana jodoh saya?
Tidak ada yang tahu jawabannya, namun
sebuah penelitian yang dilakukan oleh SWNS.com memberi sedikit gambaran jarak
pemisah itu. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 2.000 wanita dan pria
dewasa, ditemukan bahwa rata-rata jarak seseorang dan jodohnya adalah 64
km. Gambaran yang kurang jitu. Tapi ada benarnya juga, lho. Teman kuliah
saya bertemu suaminya ( warga Swedia ) lewat internet, yang pasti jarak jutaan
mil jadi nggak sampai 64 km, bahkan 1
meter pun juga nggak ada ..… he he he. Kalau sudah jodoh, tidak akan ke mana. Namanya
jodoh mungkin akan selalu dipertemukan dengan cara apapun. Saudara jauh saya bertemu
dengan pria Oman saat menjalani pelatihan di Jakarta, melalui pertemuan yang
singkat ( hanya dua minggu) dan langsung menikah. Padahal, semua juga tahu
kalau dia sudah punya pacar. Ini takdir ? pilihan ? nekat ? atau ada faktor yang lain ?
Jika
jodoh itu takdir maka sebesar apapun saat ini kita mencintai seseorang dan
memiliki hubungan serius dengan pasangan, kalau memang dia tidak pernah
ditakdirkan sebagai jodoh kita maka pada akhirnya perpisahan yang kita jumpai.
Sebaliknya, sebesar apapun kita membenci seseorang dan menghindarinya namun kalau
dia adalah jodoh kita maka suatu saat kita akan disatukan juga dalam ikatan
suci pernikahan. Hanya persoalan waktu aja. Tetapi bukan berarti kalau
sudah jodoh, ke depannya tak akan ada masalah dalam hubungan lho. Sekarang ini,
sebagian besar orang terlalu percaya dan menaruh harapan tinggi akan 'si
jodoh'. Beranggapan kalau sudah jodoh maka semua perjalanan asmara akan
lempeng-lempeng saja, tak ada masalah dan berjalan mulus. Trus, enak-enakan gitu, nggak mau usaha. Bangga kalau ada cewek atau cowok yang ngejar-ngejar. Padahal semua itu
hanya mitos. Perlu usaha dari kedua belah pihak, nggak cuma sepihak aja.
Perbincangan
soal jodoh itu seringkali tiba-tiba mencuat menjadi salah satu topik seru
antara saya dan sepupu saya yang masih sama-sama single. Dan kami masing-masing
memiliki opini yang berbeda, sepupu saya yang pendalaman agamanya lebih baik
dari pada saya ( tapi sering galau karena cinta …. He he he ) berpendapat bahwa
jodoh itu adalah pilihan. Dia memang tidak menolak perjodohan atau istilahnya
ta’aruf, tapi dia milih, dengan siapa dia dijodohkan. Kalau dia tidak ada rasa atau si cowok tidak sesuai dengan
daftar kriterianya, langsung coret.
Ade, kan temennya banyak, pernah suka sama cowok kan ? Pertanyaan
yang muncul tiba-tiba. Aneh bin ajaib justru karena pertanyaan sederhana itu saya
jadi berpikir, selama ini saya hanya menerima dan bukan memulai. Karena sifat
menerima itulah, mungkin saya lebih mudah dipaksa daripada sepupu saya. Itu sebabnya, saya tidak pernah curhat sama dia tentang perasaan, soalnya dia akan
balik ngomelin saya, kan Ade udah nerima,
ya terima aja jelek-jeleknya …. Hadeehhh.
Bukan sok kecakepan, ke pede-an atau apa gitu. Tapi jujur, pada dasarnya saya memang bukan tipe
orang yang gampang jatuh cinta. Saya mudah bergaul dan berinteraksi dengan
orang lain alias tidak rasis, bisa menerima kekurangan orang lain
sebagai sesuatu yang wajar. Prosentase teman-teman pria saya juga lebih banyak
daripada sepupu saya. Dia berteman dengan sedikit pria tapi sering jatuh cinta kalau bertemu cowok tipe-nya. Mungkin karena sepupu saya orang yang kalem tapi ekspresif dan saya termasuk tipe manusia “ kalau tidak
ditabok duluan, nggak bakalan balas nabok “. Kalau tidak ditanya duluan, nggak bakalan ngomong ( terutama dengan orang yang baru kenal ). Betah ngobrol sekaligus juga betah diam.
Tapi bagi saya pribadi, ada perbedaan besar antara suka dengan cinta. Kita bisa
saja suka saat ada cowok yang mungkin tipe dambaan kita yang kita temui saat
kita jalan-jalan, di Mall atau dimana saja ( siapa sih yang nggak suka liat
cowok cakep ….. he he he ). Tapi itu bukan cinta. Perlu perasaan yang lebih
dalam kalau menyangkut soal cinta. Kalau jadi temen, ya temen aja gitu loh ....
Tidak
dipungkiri kalau di era millenium saat ini banyak orang dengan mudahnya
bergonta-ganti pasangan, suka dugem, dan free sex. Kehidupan bebas yang menurut
saya malah menyulitkan diri mereka sendiri. Orang juga cenderung ( terutama
kaum pria ) dengan mudah mengatakan, I like you, I love you, I miss you, I need
you, semudah mengucapkan kata Halo, Selamat pagi, pada setiap orang yang baru
ditemuinya. Dan sepertinya, pria di jaman sekarang ini lebih suka cewek yang
gemerlap, yang mau di ajak have fun sesaat. Pacaran gaya Brazil, Lu suka, Gue mau, abis gitu-gitu besok kalau ketemu pura-pura nggak tahu. Setelah itu saya terus berpikir tentang konsep jodoh dan apa yang telah saya
jalani selama ini. Ngenes ? pastilah.
Seperti lagu-nya Maia, telah habis air mata dan segenap kata-kata yang telah
kucurahkan …. Haruskah aku berlari sampai ke ujung dunia untuk mencarinya ….
“ Cinta
sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah
sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta
justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta
berbagai perangai norak lainnya. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan
memberikan jalan baiknya. Termasuk “ kebetulan-kebetulan ″ yang menakjubkan. ”
( Tere
Liye, novel “kau, aku & sepucuk angpau merah )
Darwis
memang ahli nohok perasaan ….. he he he. Kebetulan yang menakjubkan. Pengen
banget dapet kesempatan kayak gitu, seperti teman kuliah saya, yang sampai
sekarang awet dengan suami Swedia-nya. Lucu banget waktu ngedengerin orang lain ( terutama teman-teman dan saudara saya ) mengenang
masa lalunya sebelum ia memiliki pasangan. Mereka bercerita tentang kriteria
pasangan yang diinginkannya saat menikah nanti. Yang aneh, rata-rata dari
mereka pada akhirnya menikah dengan orang yang sama sekali tidak sesuai dengan
kriteria yang diinginkan, bahkan bertolak belakang. Ada juga yang menikah
dengan musuh bebuyutannya saat masih kuliah ….. ahhhaaayyy.
Tidak dapat dipungkiri, kita memiliki
gambar di alam bawah sadar kita tentang pasangan idaman. Pengalaman hidup,
latar belakang keluarga, ilmu yang diserap, tetangga yang diamati, gosip yang
didengar, semuanya membentuk gambar tentang bagaimana seharusnya pasangan itu.
Maka, hampir dapat dipastikan setiap individu di dunia ini memiliki persepsi yang
berbeda-beda. Seperti sepupu saya, dia suka banget sama pembalap ( PEMuda
berBAdan geLAP ……. He he he ) dan bersuku Jawa. Nggak bakalan mau kalau nggak sama Mas Jawa. Kalau saya sih, asalkan berkulit bersih dan tidak pendek. Soalnya dari
saya masih bau kencur dan sampai bau tanah saat ini yang ngedeketin saya cowok
yang kayak gitu semua …….. Lol
Pertanyaannya, apakah gambaran pasangan
ideal yang kita pilih itu benar-benar sesuatu yang terbaik buat kita?
Ketika seseorang mengatakan jatuh cinta
pada seseorang yang lain, jangan-jangan yang jatuh cinta adalah matanya karena
melihat sesuatu yang menarik mata di diri seseorang tersebut. Atau
jangan-jangan yang jatuh cinta adalah telinganya karena mendengar buaian kata
dari seseorang tersebut. Bisa jadi pula yang jatuh cinta adalah logikanya
karena semua hal logis yang dibangun tentang pasangan ideal ada di seseorang
tersebut. Atau, mungkin yang jatuh cinta adalah perasaannya ?
Sejatinya, bicara jodoh adalah bicara hati.
Hati disini bukan sekedar Heart, tetapi Qolb. Kita sering mendengar ungkapan, “
listen to your heart and follow your small inner voice ”, karena dari hatilah
muncul suara terjernih dan termurni tentang segala yang terbaik buat kita. Kok
bisa begitu ya ? karena melalui hatilah Tuhan berbicara dengan kita.
Seperti cerita saat Adam bertemu dengan
Hawa. Memang agak sedikit berbeda, penggambaran pertemuan itu diangkat dari
sisi Hawa yang berusaha bertemu Adam. Tak diceritakan pencarian seorang Adam
namun lebih ditekankan pada pencarian seorang Hawa yang menunjukkan rasa
pedulinya pada Adam ( berarti Adam mau enaknya sendiri dong, nggak fair neh ….. Lol ). Hawa terus berjalan,
beristirahat, berdoa di tengah lelah. Hingga akhirnya di tengah lelah yang
begitu sangat dan dalam kondisi hampir putus asa, di gurun pasir yang panas dan
gersang, doa khusyuknya dikabulkan Allah dan dipertemukanlah ia dengan sosok
yang ia kenal. Ya, ternyata Hawa-lah yang mengenali Adam lebih dulu ketika
bertemu. Sungguh, tulang rusuk mengenali siapa pemiliknya.
Terus, bagaimana dengan kita yang jumlah
penduduk bumi sudah sekian milyar banyaknya ? Bagaimana kita bisa tahu bahwa
dialah tulang rusuk kita (bagi laki-laki) atau dialah pemilik tulang rusuk ini
(bagi perempuan) ?
Memang
tidak salah jika cinta harus memilih, namun bukan berarti mencari yang super duper
perfect, cukup dengan mengenal bagaimana personality dan ibadah-nya? Bukan acuan utama
dengan profesi yang sedang ia geluti, atau berapa jumlah nominal kekayaan yang
dimilikinya ? Cukup dia bertanggung jawab dengan apa yang sudah “ diamanahkan “
oleh ALLAH, SWT, yaitu menjaga soul mate-nya dan memegang teguh komitmen yang telah dibuatnya.
Mungkin,
jika salah pilih presiden, kalau selama 5 tahun kedepan keadaan semakin
terpuruk, kita akan menyesal. Tapi kalau salah memilih jodoh, seumur hidup akan
meninggalkan luka abadi yang tidak ada obatnya. Semua urusan manusia di dunia bisa
direncanakan berdasarkan manajemen dan perhitungan yang matang. Tapi jodoh
tidak seperti itu. Jodoh bukanlah matematika atau neraca rugi laba. Meskipun
kelihatannya sudah di depan mata, kalau Allah tidak menggariskan berjodoh, ada
saja cara untuk menggagalkannya. Sebaliknya, betapapun tidak masuk akalnya,
kalau sudah berjodoh, segala cara akan menjadi mungkin. Jodoh
itu bagaikan barang hilang yang belum ditemukan, kalau dicari terus malah tidak
ketemu dan saat kita tidak mencari, malah datang dengan sendirinya.
Memang, Allah sepertinya suka bercanda, ya. Kadang kita sudah
berusaha mengelilingi bumi untuk mencari jodoh kita, eh nggak tahunya ternyata
ketemu di dekat rumah, tetangga sendiri. Kadang juga ada yang saling benci
di awal, ternyata ending-nya saling jatuh cinta dan menikah. Kakak sepupu saya juga
punya story yang nggak kalah uniknya,
pacaran sampai 11 tahun, setelah itu baru menikah. Kalau cerita yang kayak
gini nih, nggak bakalan mau dah, ogah banget ngejalaninnya …… ntar ane keburu mampus lagi …. He he he.
Keresahan
itu akan terus datang menghantui, apa lagi jika umur sudah mencapai angka kepala
tiga ( termasuk saya …. Hiks ) dan akan berlanjut ke level empat atau lima …. Ih, jangan sampai deh. Belum dapat jodoh bukan berarti ada yang salah
dengan diri kita. Saya juga seringkali bingung, apa sih penyebabnya ? seberapa banyak dosa yang saya lakukan ? Sebesar apa kekhilafan saya ? Apalagi kalau
kita sudah berusaha dengan maksimal, menguras energi dan pikiran. Kuping mulai
panas ketika ada yang bertanya,” kapan nikah ?”. Pertanyaan klasik dan itu-itu
aja. Teror suruhan untuk cepat-cepat menikah. Memangnya nikah itu lomba lari ? Yang finish lebih dulu yang menang, yang terakhir, kalah. Akibatnya, sering kita
merasa capek dengan urusan jodoh ini. Tired mind, body and soul ….
Bersyukurlah
bagi yang sudah mendapatkan pasangan dan mendapatkan orang yang benar-benar baik
karena betapa banyak orang yang menginginkannya namun tak kunjung datang. Banyak orang yang sebenarnya beruntung, mendapatkan seseorang yang baik tapi malah menyia-nyiakan dan mempermainkannya. Menganggap kalau feeling is just a feeling, yang dengan mudahnya bisa berubah-rubah. Bersyukurlah dengan nikmat berpasangan, karena Allah memberikannya sebagai penawar atas
kerasnya kehidupan. Suami menjadi simbol kekuatan dan perlindungan bagi istri. Sang istri pun harus menjadi Garwo, sigaraning nyowo, penyejuk hati suaminya, menjadi teman dalam suka dan duka.
Kata jodoh biasanya menjadi menakutkan bagi
kaum wanita. Karena kaum lelaki seringkali terlalu njlimet dan sulit. Perempuan sering dituntut untuk sempurna dan tidak boleh salah. Padahal banyak laki-laki yang tidak sempurna dan berpikir hanya kaum mereka yang boleh melakukan seribu kesalahan. Kalau kita mau belajar dari pengalaman orang lain ( kata temen saya nih ). Pada dasarnya jodoh sederhana
kalau kita tidak terlalu membuat ketakutan-ketakutan sendiri. Karena memang
jodoh itu sebenarnya mudah dan sangat sederhana. Pinang aku dengan
Bismillah …….. nggak sulit kan ... Lol.
Dan tentu saja semoga saya dan Anda semua yang
masih sendirian segera mendapatkan jodoh yang kita inginkan , membina keluarga
yang sakinah, mawaddah, warrahmah …….. Aamiin. Dan semoga saja kita tidak lagi membuang waktu
dengan hubungan tanpa status yang memang bikin ngenes. Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman-teman saya, saudara
dan saya sendiri ( sedih nih ….. hiks ),
single man and single woman yang sedang memasuki salah satu tahap penting dalam
kehidupan manusia, kehidupan mencari pasangan jiwa alias kehidupan galau ………. He
he he. Semoga bermanfaat.
Bagus tulisannya..menenangkan :)
ReplyDeleteMakasih sudah mengunjungi blog saya ....
ReplyDeletesmoga penulis cepat menemukan pasangan yang tepat ^^
ReplyDeleteAamiin Yaa Rabbal Alamin .... Makasih do'anya, Mbak Yulistia Akbari .... Makasih juga sudah mengunjungi blog saya.
DeleteBagus mba tulisannya...bikin hati adem
ReplyDeleteMakasih sudah mengunjungi blog saya mbak Febriana ...
Deleteaamiin
ReplyDeletesemoga aq segera bertemu dengan jodohku
memang unik sudah didepan mata dan saling mengharapkan, tapi ada aja yg mencegahnya :)
Aamiin ... makasih sudah mengunjungi blog saya Wal uya ...
Delete