Sunday 8 June 2014

JODOH DAN PERNIKAHAN

Jika aku bukan jalanmu ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu
Jodoh pasti bertemu …..

Allah telah menciptakan cinta diantara manusia dan menciptakan pasangan atasnya. Namun, selama hidupnya bukankah ada manusia yang pernah mengalami berkali-kali jatuh cinta ? Memang tidak semua orang merasakannya namun hampir 99,9 % pastilah pernah jatuh cinta lebih dari satu kali. Jika jodoh adalah pasangan yang kita nikahi bagaimana dengan pasangan yang menikah lebih dari sekali, entah itu dengan poligami, cerai atau salah satu pasangan meninggal kemudian menikah lagi atau orang yang selama hidupnya tidak menikah, dimanakah jodohnya ? Lalu bagaimana dengan manusia yang sering mempermainkan lembaga pernikahan ? Manusia yang hobinya kawin-cerai, kawin-cerai. Seperti barang mainan yang bisa dibeli dan sesudah itu dibuang. Inikah definisi jodoh ? Semakin saya berpikir mencoba memecahkan permasalahan tentang konsep jodoh, semakin saya dibuat bingung, bahasa kerennya galau …… Lol.

Apakah jodoh itu takdir atau pilihan? Apakah ukuran jarak ini rahasia Tuhan juga? Lalu dimana jodoh saya?

Tidak ada yang tahu jawabannya, namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh SWNS.com memberi sedikit gambaran jarak pemisah itu. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 2.000 wanita dan pria dewasa, ditemukan bahwa rata-rata jarak seseorang dan jodohnya adalah 64 km. Gambaran yang kurang jitu. Tapi ada benarnya juga, lho. Teman kuliah saya bertemu suaminya ( warga Swedia ) lewat internet, yang pasti jarak jutaan mil jadi nggak sampai 64 km, bahkan 1 meter pun juga nggak ada ..… he he he. Kalau sudah jodoh, tidak akan ke mana. Namanya jodoh mungkin akan selalu dipertemukan dengan cara apapun. Saudara jauh saya bertemu dengan pria Oman saat menjalani pelatihan di Jakarta, melalui pertemuan yang singkat ( hanya dua minggu) dan langsung menikah. Padahal, semua juga tahu kalau dia sudah punya pacar. Ini takdir ? pilihan ? nekat ? atau ada faktor yang lain ?

Jika jodoh itu takdir maka sebesar apapun saat ini kita mencintai seseorang dan memiliki hubungan serius dengan pasangan, kalau memang dia tidak pernah ditakdirkan sebagai jodoh kita maka pada akhirnya perpisahan yang kita jumpai. Sebaliknya, sebesar apapun kita membenci seseorang dan menghindarinya namun kalau dia adalah jodoh kita maka suatu saat kita akan disatukan juga dalam ikatan suci pernikahan. Hanya persoalan waktu aja. Tetapi bukan berarti kalau sudah jodoh, ke depannya tak akan ada masalah dalam hubungan lho. Sekarang ini, sebagian besar orang terlalu percaya dan menaruh harapan tinggi akan 'si jodoh'. Beranggapan kalau sudah jodoh maka semua perjalanan asmara akan lempeng-lempeng saja, tak ada masalah dan berjalan mulus. Trus, enak-enakan gitu, nggak mau usaha. Bangga kalau ada cewek atau cowok yang ngejar-ngejar. Padahal semua itu hanya mitos. Perlu usaha dari kedua belah pihak, nggak cuma sepihak aja.

Perbincangan soal jodoh itu seringkali tiba-tiba mencuat menjadi salah satu topik seru antara saya dan sepupu saya yang masih sama-sama single. Dan kami masing-masing memiliki opini yang berbeda, sepupu saya yang pendalaman agamanya lebih baik dari pada saya ( tapi sering galau karena cinta …. He he he ) berpendapat bahwa jodoh itu adalah pilihan. Dia memang tidak menolak perjodohan atau istilahnya ta’aruf, tapi dia milih, dengan siapa dia dijodohkan. Kalau dia tidak ada rasa atau si cowok tidak sesuai dengan daftar kriterianya, langsung coret.

Ade, kan temennya banyak, pernah suka sama cowok kan ? Pertanyaan yang muncul tiba-tiba. Aneh bin ajaib justru karena pertanyaan sederhana itu saya jadi berpikir, selama ini saya hanya menerima dan bukan memulai. Karena sifat menerima itulah, mungkin saya lebih mudah dipaksa daripada sepupu saya. Itu sebabnya, saya tidak pernah curhat sama dia tentang perasaan, soalnya dia akan balik ngomelin saya, kan Ade udah nerima, ya terima aja jelek-jeleknya …. Hadeehhh. Bukan sok kecakepan, ke pede-an atau apa gitu. Tapi jujur, pada dasarnya saya memang bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta. Saya mudah bergaul dan berinteraksi dengan orang lain alias tidak rasis, bisa menerima kekurangan orang lain sebagai sesuatu yang wajar. Prosentase teman-teman pria saya juga lebih banyak daripada sepupu saya. Dia berteman dengan sedikit pria tapi sering jatuh cinta kalau bertemu cowok tipe-nya. Mungkin karena sepupu saya orang yang kalem tapi ekspresif dan saya termasuk tipe manusia “ kalau tidak ditabok duluan, nggak bakalan balas nabok “. Kalau tidak ditanya duluan, nggak bakalan ngomong ( terutama dengan orang yang baru kenal ). Betah ngobrol sekaligus juga betah diam. Tapi bagi saya pribadi, ada perbedaan besar antara suka dengan cinta. Kita bisa saja suka saat ada cowok yang mungkin tipe dambaan kita yang kita temui saat kita jalan-jalan, di Mall atau dimana saja ( siapa sih yang nggak suka liat cowok cakep ….. he he he ). Tapi itu bukan cinta. Perlu perasaan yang lebih dalam kalau menyangkut soal cinta. Kalau jadi temen, ya temen aja gitu loh .... 

Tidak dipungkiri kalau di era millenium saat ini banyak orang dengan mudahnya bergonta-ganti pasangan, suka dugem, dan free sex. Kehidupan bebas yang menurut saya malah menyulitkan diri mereka sendiri. Orang juga cenderung ( terutama kaum pria ) dengan mudah mengatakan, I like you, I love you, I miss you, I need you, semudah mengucapkan kata Halo, Selamat pagi, pada setiap orang yang baru ditemuinya. Dan sepertinya, pria di jaman sekarang ini lebih suka cewek yang gemerlap, yang mau di ajak have fun sesaat. Pacaran gaya Brazil, Lu suka, Gue mau, abis gitu-gitu besok kalau ketemu pura-pura nggak tahu. Setelah itu saya terus berpikir tentang konsep jodoh dan apa yang telah saya jalani selama ini. Ngenes ? pastilah. Seperti lagu-nya Maia, telah habis air mata dan segenap kata-kata yang telah kucurahkan …. Haruskah aku berlari sampai ke ujung dunia untuk mencarinya ….

“ Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Termasuk “ kebetulan-kebetulan yang menakjubkan. ”

( Tere Liye, novel “kau, aku & sepucuk angpau merah )

Darwis memang ahli nohok perasaan ….. he he he. Kebetulan yang menakjubkan. Pengen banget dapet kesempatan kayak gitu, seperti teman kuliah saya, yang sampai sekarang awet dengan suami Swedia-nya. Lucu banget waktu ngedengerin orang lain ( terutama teman-teman dan saudara saya ) mengenang masa lalunya sebelum ia memiliki pasangan. Mereka bercerita tentang kriteria pasangan yang diinginkannya saat menikah nanti. Yang aneh, rata-rata dari mereka pada akhirnya menikah dengan orang yang sama sekali tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan, bahkan bertolak belakang. Ada juga yang menikah dengan musuh bebuyutannya saat masih kuliah ….. ahhhaaayyy.

Tidak dapat dipungkiri, kita memiliki gambar di alam bawah sadar kita tentang pasangan idaman. Pengalaman hidup, latar belakang keluarga, ilmu yang diserap, tetangga yang diamati, gosip yang didengar, semuanya membentuk gambar tentang bagaimana seharusnya pasangan itu. Maka, hampir dapat dipastikan setiap individu di dunia ini memiliki persepsi yang berbeda-beda. Seperti sepupu saya, dia suka banget sama pembalap ( PEMuda berBAdan geLAP ……. He he he ) dan bersuku Jawa. Nggak bakalan mau kalau nggak sama Mas Jawa. Kalau saya sih, asalkan berkulit bersih dan tidak pendek. Soalnya dari saya masih bau kencur dan sampai bau tanah saat ini yang ngedeketin saya cowok yang kayak gitu semua ……..  Lol

Pertanyaannya, apakah gambaran pasangan ideal yang kita pilih itu benar-benar sesuatu yang terbaik buat kita? 

Ketika seseorang mengatakan jatuh cinta pada seseorang yang lain, jangan-jangan yang jatuh cinta adalah matanya karena melihat sesuatu yang menarik mata di diri seseorang tersebut. Atau jangan-jangan yang jatuh cinta adalah telinganya karena mendengar buaian kata dari seseorang tersebut. Bisa jadi pula yang jatuh cinta adalah logikanya karena semua hal logis yang dibangun tentang pasangan ideal ada di seseorang tersebut. Atau, mungkin yang jatuh cinta adalah perasaannya ? 

Sejatinya, bicara jodoh adalah bicara hati. Hati disini bukan sekedar Heart, tetapi Qolb. Kita sering mendengar ungkapan, “ listen to your heart and follow your small inner voice ”, karena dari hatilah muncul suara terjernih dan termurni tentang segala yang terbaik buat kita. Kok bisa begitu ya ? karena melalui hatilah Tuhan berbicara dengan kita.

Seperti cerita saat Adam bertemu dengan Hawa. Memang agak sedikit berbeda, penggambaran pertemuan itu diangkat dari sisi Hawa yang berusaha bertemu Adam. Tak diceritakan pencarian seorang Adam namun lebih ditekankan pada pencarian seorang Hawa yang menunjukkan rasa pedulinya pada Adam ( berarti Adam mau enaknya sendiri dong, nggak fair neh ….. Lol ). Hawa terus berjalan, beristirahat, berdoa di tengah lelah. Hingga akhirnya di tengah lelah yang begitu sangat dan dalam kondisi hampir putus asa, di gurun pasir yang panas dan gersang, doa khusyuknya dikabulkan Allah dan dipertemukanlah ia dengan sosok yang ia kenal. Ya, ternyata Hawa-lah yang mengenali Adam lebih dulu ketika bertemu. Sungguh, tulang rusuk mengenali siapa pemiliknya. 

Terus, bagaimana dengan kita yang jumlah penduduk bumi sudah sekian milyar banyaknya ? Bagaimana kita bisa tahu bahwa dialah tulang rusuk kita (bagi laki-laki) atau dialah pemilik tulang rusuk ini (bagi perempuan) ? 

Memang tidak salah jika cinta harus memilih, namun bukan berarti mencari yang super duper perfect, cukup dengan mengenal bagaimana  personality dan ibadah-nya? Bukan acuan utama dengan profesi yang sedang ia geluti, atau berapa jumlah nominal kekayaan yang dimilikinya ? Cukup dia bertanggung jawab dengan apa yang sudah “ diamanahkan “ oleh ALLAH, SWT, yaitu menjaga soul mate-nya dan memegang teguh komitmen yang telah dibuatnya.

Mungkin, jika salah pilih presiden, kalau selama 5 tahun kedepan keadaan semakin terpuruk, kita akan menyesal. Tapi kalau salah memilih jodoh, seumur hidup akan meninggalkan luka abadi yang tidak ada obatnya. Semua urusan manusia di dunia bisa direncanakan berdasarkan manajemen dan perhitungan yang matang. Tapi jodoh tidak seperti itu. Jodoh bukanlah matematika atau neraca rugi laba. Meskipun kelihatannya sudah di depan mata, kalau Allah tidak menggariskan berjodoh, ada saja cara untuk menggagalkannya. Sebaliknya, betapapun tidak masuk akalnya, kalau sudah berjodoh, segala cara akan menjadi mungkin. Jodoh itu bagaikan barang hilang yang belum ditemukan, kalau dicari terus malah tidak ketemu dan saat kita tidak mencari, malah datang dengan sendirinya.

Memang, Allah sepertinya suka bercanda, ya. Kadang kita sudah berusaha mengelilingi bumi untuk mencari jodoh kita, eh nggak tahunya ternyata ketemu di dekat rumah, tetangga sendiri. Kadang juga ada yang saling benci di awal, ternyata ending-nya saling jatuh cinta dan menikah. Kakak sepupu saya juga punya story yang nggak kalah uniknya, pacaran sampai 11 tahun, setelah itu baru menikah. Kalau cerita yang kayak gini nih, nggak bakalan mau dah, ogah banget ngejalaninnya …… ntar ane keburu mampus lagi …. He he he.   

Keresahan itu akan terus datang menghantui, apa lagi jika umur sudah mencapai angka kepala tiga ( termasuk saya …. Hiks ) dan akan berlanjut ke level empat atau lima …. Ih, jangan sampai deh.  Belum dapat jodoh bukan berarti ada yang salah dengan diri kita. Saya juga seringkali bingung, apa sih penyebabnya ? seberapa banyak dosa yang saya lakukan ? Sebesar apa kekhilafan saya ? Apalagi kalau kita sudah berusaha dengan maksimal, menguras energi dan pikiran. Kuping mulai panas ketika ada yang bertanya,” kapan nikah ?”. Pertanyaan klasik dan itu-itu aja. Teror suruhan untuk cepat-cepat menikah. Memangnya nikah itu lomba lari ? Yang finish lebih dulu yang menang, yang terakhir, kalah. Akibatnya, sering kita merasa capek dengan urusan jodoh ini. Tired mind, body and soul ….

Bersyukurlah bagi yang sudah mendapatkan pasangan dan mendapatkan orang yang benar-benar baik karena betapa banyak orang yang menginginkannya namun tak kunjung datang. Banyak orang yang sebenarnya beruntung, mendapatkan seseorang yang baik tapi malah menyia-nyiakan dan mempermainkannya. Menganggap kalau feeling is just a feeling, yang dengan mudahnya bisa berubah-rubah. Bersyukurlah dengan nikmat berpasangan, karena Allah memberikannya sebagai penawar atas kerasnya kehidupan. Suami menjadi simbol kekuatan dan perlindungan bagi istri. Sang istri pun harus menjadi Garwo, sigaraning nyowo, penyejuk hati suaminya, menjadi teman dalam suka dan duka. 

Kata jodoh biasanya menjadi menakutkan bagi kaum wanita. Karena kaum lelaki seringkali terlalu njlimet dan sulit. Perempuan sering dituntut untuk sempurna dan tidak boleh salah. Padahal banyak laki-laki yang tidak sempurna dan berpikir hanya kaum mereka yang boleh melakukan seribu kesalahan. Kalau kita mau belajar dari pengalaman orang lain ( kata temen saya nih ). Pada dasarnya jodoh sederhana kalau kita tidak terlalu membuat ketakutan-ketakutan sendiri. Karena memang jodoh itu sebenarnya mudah dan sangat sederhana. Pinang aku dengan Bismillah …….. nggak sulit kan ... Lol.

Dan tentu saja semoga saya dan Anda semua yang masih sendirian segera mendapatkan jodoh yang kita inginkan , membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah …….. Aamiin.  Dan semoga saja kita tidak lagi membuang waktu dengan hubungan tanpa status yang memang bikin ngenes. Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman-teman saya, saudara  dan saya sendiri ( sedih nih ….. hiks ), single man and single woman yang sedang memasuki salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia, kehidupan mencari pasangan jiwa alias kehidupan galau ………. He he he. Semoga bermanfaat. 


8 comments:

  1. Bagus tulisannya..menenangkan :)

    ReplyDelete
  2. Makasih sudah mengunjungi blog saya ....

    ReplyDelete
  3. smoga penulis cepat menemukan pasangan yang tepat ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Rabbal Alamin .... Makasih do'anya, Mbak Yulistia Akbari .... Makasih juga sudah mengunjungi blog saya.

      Delete
  4. Bagus mba tulisannya...bikin hati adem

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah mengunjungi blog saya mbak Febriana ...

      Delete
  5. aamiin
    semoga aq segera bertemu dengan jodohku

    memang unik sudah didepan mata dan saling mengharapkan, tapi ada aja yg mencegahnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ... makasih sudah mengunjungi blog saya Wal uya ...

      Delete