Sunday 25 May 2014

FEAR, ANXIETY & PHOBIA

Setiap orang tentunya pernah mempunyai rasa takut, biasanya berhubungan dengan suatu kejadian atau bahaya yang mengancam dan menimbulkan rasa emosi yang tidak nyaman, cemas, khawatir, pucat, berkeringat, bulu tangan menjadi berdiri alias merinding, pupil yang membelalak, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, aliran darah meningkat ke dalam otot, pernapasan memburu dan sebagainya. Ada yang disebabkan karena penyakit dan ada juga yang berasal dari kejadian yang pernah menimpa kita ( tapi bisa dibedakan mana yang penyakit dan mana yang bukan ) Suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistis, juga irrasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas.  Bagi seseorang yang punya rasa takut, cemas dan fobia sering dijadikan bulan-bulanan oleh orang-orang di sekitarnya. Padahal orang-orang yang mengejeknya itu secara tidak sadar juga punya rasa cemas, takut dan mungkin juga fobia.

Dulu, saya, adik saya yang nomer tiga ( almarhum ) dan si bungsu, sering saling ejek dan menggunakan ' ketakutan ' kami sebagai bahan candaan. Bukan hanya sering, tapi setiap menit kalau semua sedang berkumpul dirumah satu sama lain akan saling menjahili. Diantara kami, yang nomor tiga-lah yang terkenal penakut. Kalau lagi berantem, masing-masing akan mengeluarkan senjata pamungkasnya untuk menakut-nakuti. 

Bagi orang lain akan terlihat lucu kalau ada seorang lelaki berbadan tinggi besar tapi takut sama serangga. Dan almarhum adik saya adalah manusia yang sangat ketakutan kalau melihat kecoa. Dengan postur badannya yang tinggi besar ( 190 cm / 110 kg ) orang tidak akan mengira kalau adik saya itu penakut dan fobia ama kecoa. Tidak tanggung-tanggung, dia akan lari terbirit-birit mengambil sapu atau sandal untuk membantai kecoa. Dan tentunya, tingkahnya itu akan mengundang tawa bagi yang melihatnya. Ada satu lagi ketakutannya yang membikin geleng-geleng kepala. Ketakutannya mandi di kamar mandi belakang. Itu sebabnya kalau dia mandi di sana, pintunya selalu terbuka lebar dan menyanyi dengan kencang. Kalau dipikir-pikir, sangat tidak rasional. Dengan ukuran rumah yang tidak begitu besar dan semua ruangan dalam keadaan terang benderang, tentunya kalau ada sesuatu yang tidak beres pasti terlihat atau dia juga bisa berteriak kalau ada apa-apa. Dulu, seringkali saat dia mandi, saya dan si bungsu selalu menggodanya dengan mematikan lampu atau menirukan suara kuntilanak ........ hi hi hi hi hi. 

Lain halnya dengan saya dan si bungsu. Karena ada persamaan sifat, ketakutan dan fobia itu tidak terlihat. Sepintas kami memang terlihat cuek dan fearless. Mungkin orang menganggap ketakutan kami masih dalam batas kewajaran, atau juga karena mereka tidak tahu ..... he he he. Saya paling jijik kalau melihat tikus, babi atau celeng. Melihat wujud dalam gambar pun ogah, apalagi kalau melihat secara nyata. Si bungsu paling takut dengan ulat bulu. Alasannya, kalau ada orang yang kena bulunya, pasti akan mati.  Dia juga ketakutan kalau ada angin kencang, hujan deras dan petir yang menggelegar. Pintu, jendela dan korden langsung ditutup rapat. Tapi seiring dengan bertambahnya usia, perasaan takut itu lama kelamaan hilang. Mungkin sekarang ketakutannya cuma satu, takut kalau disuruh jaga rumah sendirian .... Lol. 

Fobia dalam diri saya dan si bungsu yang menurut Ibu saya sangat menjengkelkan adalah selalu melihat dan meneliti makanan. Dia tidak pernah mau makan buah pisang yang ada bintik hitamnya. Yang katanya udah jamuran-lah, udah busuk-lah, bikin sakit perut-lah. Kalau saya lain lagi, mungkin, orang lain tidak akan menyadarinya, tapi bagi orang yang hidup sehari-hari pasti kenal betul kegiatan saya yang satu itu. Mengorek makanan sampai  ke dalem-dalemnya. Bukan karena suka pilih-pilih makanan, sok higienis, takut keracunan atau apa, tapi saya trauma kalau ada semut yang nangkring di atas makanan atau sayur. Jadinya, saya seperti manusia yang punya sensor semut. Saya pernah merasakan bagaimana rasanya makan makanan yang mengandung semut. Rasa makanan dan baunya kayak walang sangit. Kalau melihat di lantai atau di tembok sih, nggak masalah, tapi kalau sudah mengerubuti makanan, wah amit-amit dah ..... Kalaupun terlanjur masuk ke dalam mulut, sebelum sampai ke tenggorokan, biasanya saya langsung hueeekk .... 

Fobia saya yang lain adalah claustrophobia ( menurut teman yang ahli psikologi ). Saya paling takut kalau naik lift sendirian ( karena ada pengalaman buruk ). Kalau naiknya bersama teman atau bergerombol, ketakutan itu bisa tertutupi. Biasanya saya akan berpegangan pada dinding lift dan nemplok disana. Tapi yang pasti tangan dan kaki tiba-tiba dingin, badan jadi gemetar. Dan itu akan terjadi sampai beberapa jam sesudahnya. Kadang hal seperti itu  membuat saya sendiri juga bingung. 

Seiring dengan bertambahnya usia dan berjalannya waktu, tentu ketakutan dan kecemasan akan berbeda pula. Karena banyak hal yang harus dihadapi dan dipikirkan ( terutama wanita single seperti saya .... hiks ). Punya rasa takut, cemas dan fobia seperti itu saya juga berusaha untuk mengatasi. Kalau dibiarkan terus menerus akan semakin tidak terkendali dan menyulitkan diri saya sendiri. Adanya rasa cemas sebenarnya baik, membuat kita menjadi orang yang lebih berhati-hati dan waspada. Mengalami rasa cemas dan takut itu tidak hanya normal, tapi juga diperlukan. Bayangkan kalau ada orang yang tidak punya rasa takut, pasti hidupnya datar-datar aja, begitu- begitu aja. Tidak ada sesuatu yang bisa diceritakan pada orang lain. Munculnya rasa cemas dan takut dapat membantu seorang dalam mempersiapkan kematangan diri untuk menghadapi tantangan hidupnya di masa yang akan datang. Kita juga harus mengakui bahwa rasa takut itu nyata dan bersyukurlah karena masih memiliki rasa takut .... Lol . 

No comments:

Post a Comment