Monday 19 May 2014

SUSPICION


Semua makhluk di dunia ini pasti pernah berprasangka, baik itu berprasangka baik terhadap sesuatu atau seseorang maupun berprasangka buruk. Prasangka muncul karena ketidaktahuan informasi tentang sesuatu itu atau seseorang, atau kekurang lengkapan dari informasi yang ditangkap. Bayangkan, sebagai umpama A berprasangka terhadap B, “ Dia pasti pakai pelaris tuh kalau berjualan, makanya pembelinya mbludag terus, omzetnya sampai jutaan …”. Kemudian si B mendengar dan menanggapi prasangka si A, “ Ah, dia kan nggak mau kalah ama yang lainnya, sukanya mengira-ira aja…, iri karena saya punya mobil, rumah bagus, dan jualan saya laris manis tanjung geboy …”. Dalam hal ini, prasangka dilawan dengan prasangka. Mungkin si A ada benarnya juga dan mungkin juga salah besar. Benar, karena pemahaman si A bisa jadi karena dia menganggap orang yang berhasil dalam bisnis pasti memakai pelarisan ( kebiasaan manusia yang lemah iman dalam berikhtiar). Salah, karena si A tidak mengenal dengan baik si B. Sementara si B, berprasangka menganggap si A punya sifat hasad, selalu iri hati dan dengki atas apa yang ia dapatkan. Berbagai prasangka buruk terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita. Sebagian besarnya, tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang terjadi adalah hanya asal tuduh.

Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su`udzon mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di hati kita, termasuk saya ....... he he he ( ngaku neh ). Berbagai prasangka terlintas di pikiran kita, si A begini, si B begitu, si C demikian, si D demikian dan demikian. Yang parahnya, terkadang persangkaan kita tiada berdasar dan tidak beralasan. Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain. Tapi ada beberapa hal yang mendasari sifat-sifat seperti itu, karena kehati-hatian, kebiasaannya bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, punya kecenderungan menyombongkan diri atau juga memang dalam otaknya selalu berpikiran negatif.

Dalam kehidupan, manusia itu tidak akan terlepas dari manusia yang lain, saling berinteraksi, saling mengenal dan berhubungan. Kadangkala, dalam pergaulan seharian dengan juga menyebabkan timbulnya berbagai perasaan dalam diri. Kesenangan, kesedihan, kekecewaan, kemarahan dan ketenangan, datang dan pergi saling berganti. Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa orang lain dan tidak ada juga manusia yang hidup tanpa perasaan. 

Seseorang manusia, dalam menempuh kehidupan sehari-hari akan menemui berbagai sifat manusia. Kadangkala tabiat yang mereka tunjukkan membuat pemikiran kita bercampur-baur, sehingga timbul berbagai syak wasangka dalam hati. Kadang kita juga bisa keliru melihat setiap perwatakan yang ditonjolkan. Namun, begitulah manusia ciptaan Tuhan. Ada unsur baik dan ada juga unsur kurang baik yang membentuk sikap individu. Tiada manusia yang benar-benar sempurna. Ada kelebihan dan ada juga kekurangannya. Ada kebaikan dan tidak kurang juga keburukan. Dan secara tidak langsung persepsi akan terbentuk berdasarkan apa yang didengar dan dilihatnya. 

Pertanyaan seperti ini mungkin sering terlintas dalam benak seseorang bahwa apakah prasangka buruk, dimanapun dan terhadap siapapun, adalah hal yang buruk atau salah ?

Mungkin, saya juga termasuk orang yang suka berprasangka buruk, terutama dengan orang yang belum saya kenal dengan baik. Tapi biasanya sih, saya tidak pernah mengutarakannya dengan orang lain, hanya saya simpan di dalam hati , untuk diri saya sendiri. Kok begini yaa, begitu yaa, atau jangan-jangan ..... Hal-hal seperti itu sering terlintas dalam pikiran saya. Bukan karena bermaksud jelek, menggunjing, iri, dengki atau apalah. Tapi sifat saya yang selalu hati-hati dalam menghadapi orang lain menjadikan saya punya pikiran seperti itu. Salah satu upaya untuk memproteksi diri agar tidak tersandung, tertipu dan terjerat masalah dengan orang lain. 

Jujur, sangat menjengkelkan kalau ada orang melihat dan memberi penilaian mengenai diri kita, dari sisi prasangka mereka. Rasanya tidak adil kalau orang lain menyimpulkan sifat seseorang dengan hanya menilai dari sisi penampilan luar dan kebiasaannya bergaul dengan banyak orang. Saya sering mendapatkan perlakuan seperti itu. Meskipun rasanya sakit banget, tapi saya bisa memaklumi dan menyadari ( hukum karma kali yaa, akibat suka berprasangka .... LoL ). Mungkin karena orang itu dikelilingi manusia-manusia yang tidak tulus, perempuan yang tidak senonoh, pikirannya tidak senonoh atau mungkin juga sering berbuat tidak senonoh, makanya dia selalu mengira kalau perempuan yang ditemuinya di internet adalah seorang ( ma'af ) Bitch. Sungguh, perempuan baik-baik dimanapun pasti akan tersinggung kalau mendengar kata-kata seperti itu dilontarkan pada mereka. Untuk meredam rasa sakit, biasanya saya hanya tertawa ngakak. Saya tidak perlu memberikan penjelasan ini itu, nggak penting banget ( karena saya memang bukan manusia seperti yang dia tuduhkan ). Sejelek-jeleknya pikiran saya, rasanya sih belum pernah kok sampai terlontar kata-kata seperti, hey kamu, Gigolo ....... hidung belang ! Atau kata-kata hinaan dan caci maki. Perlu informasi yang lengkap dan memadai, saksi yang jujur, dan persaksian yang membenarkan perbuatan buruk yang disangkakan itu. Terlebih dengan orang yang belum saya kenal dengan baik. Kalau tidak ada bukti, itu berarti bukan hanya prasangka, tapi tuduhan alias dakwaan.Beda gitu loh, antara tersangka dan terdakwa. Tanya aja sama pak Hakim dan pak Jaksa ...... LoL.

Manusia bukanlah malaikat atau setan ( tapi ada juga manusia yang berhati setan ....... he he he ). Kita diciptakan dengan adanya dua sifat yaitu sifat yang baik dan jelek. Dalam menilai seseorang, jangan hanya memandang dari satu sudut saja. Budaya klarifikasi ( tabayyun ) inilah yang jarang dilakukan, sehingga kebenaran berita bisa didapat. Semoga dengan itu bisa menjadi cermin bagi diri kita sendiri dan lebih berhati-hati dalam bertutur dan bertindak. Wallahu a’lam bisshawab. 


No comments:

Post a Comment