Tuesday 6 May 2014

MLM ......... LAGI ..... LAGI DAN LAGI


Siapapun pasti familiar dengan tiga huruf ini .... MLM alias Multi Level Marketing. Bisnis ini sangat pesat berkembang terutama di negara-negara seperti Indonesia, India, Afrika Selatan dan Philipina. Di negara maju yang masyarakatnya berpikir lebih kritis dan mengerti akan keseimbangan hak, kewajiban, peduli kesehatan, keseimbangan keluarga dan lebih dewasa dalam berdemokrasi, MLM tidak terlalu berkembang. Bisa dibayangkan bila semua orang terjangkit virus “ cepat kaya ” dan keberadaan mereka di media sosial laksana jamur yang bermunculan. Coba lihat saja iklan-iklan yang bertebaran di internet ," mahasiswa 2 thn penghasilan 2 juta / bulan, mau seperti saya? " atau yang ini " Saya PNS, sebulan gajian dua kali ". Setiap pengguna FB di Indonesia pastilah pernah melihat iklan seperti itu. Bagaimana tidak, dengan iming-iming modal cuma Rp.30.000 ( bulan ini malahan cuma Rp.9.900 .... ), fotocopy KTP, tanpa resiko, diajarin sampai bisa, bonus jutaan per bulan, mobil, jalan-jalan keluar negeri ... dan sebagainya ... dan sebagainya. Bagi orang-orang yang mabuk dengan materi, pengen banyak duit, dan hanya ongkang-ongkang kaki dengan mantengin laptop. Siapapun yang tidak berpikiran realistis bila didoktrin dengan kata yang muluk-muluk, udah pasti sangat tergiur. Tapi yang lebih jelas status mereka di FB juga meningkat, terlihat ekseklusif ....... Independent Consultant, Gold Director, Executive Director, President Director........ kan lebih keren daripada tukang masak .... ibu rumah tangga .... . Benar-benar menjual mimpi ......... Lol.

Saya sendiri amat sangat sering ditawari bisnis yang menggiurkan itu via online. Dan tidak perlu berpikir 1000 kali untuk menolak ajakan mereka alias tidak tertarik ( berdasarkan pengalaman menyedihkan teman baik saya di dunia nyata ). Biasanya sih , saya menolak dengan cara halus karena " haram " atau lebih tepatnya sia-sia bagi saya pribadi berdebat dengan orang yg baru masuk di MLM, baru keblinger dengan bisnis cantik-nya itu, baru kesetrum MLM, baru semangat-45 di MLM, baru dapat komisi jut-jutan dari MLM, matanya silau karena dapat jabatan di MLM. Saya bisa memaklumi karena kondisi mereka-mereka itu sedang buta hati, pikiran dan jiwanya. Jadi mereka tidak bisa menerima masukan dari orang lain, maunya cuma didengarin, tidak mau mendengarkan opini, marah besar kalau ada yang mengulas kekurangan MLM, bahkan mereka-mereka mungkin bisa rela mati untuk MLM. Orang-orang ini sudah seperti penganut aliran aja, fanatiknya bukan main. Selalu berkobar-kobar dalam berkhotbah. Ampun daaahhh ........ 

Sama persis dengan teman saya dulu, beberapa tahun yang lalu. Kemana-mana bawa katalog, khotbah ini - itu. Mungkin, pada saat itu, saya-lah satu-satunya manusia yang dia benci karena selalu menolak dan mendebat kalau dia menawarkan produknya. Apalagi pada saat itu saya menderita Hipertiroid, saya ngeyel, dia emosi tinggi. MLM ternyata memang bisa merubah watak manusia, bukan cuma penyakit....Lol. Tapi pada bulan ke enam akhirnya dia mulai menyerah karena di dalam lemarinya sudah penuh tumpukan barang-barang yang tidak berkualitas, karena diharuskan berbelanja dengan jumlah nominal tertentu. Dan inilah keluhan-keluhan yang akhirnya muntah juga dari mulut teman saya :
-harus online 24 jam, kalau sekarang mungkin ditambah lagi dengan BBM , WhatsApp ...dsb
-kalo sms tidak dibalas, leadernya marah ( gimana nggak marah kalau kerja mantengin laptop 24 jam, bonus nggak naik-naik dan selalu dikatain kurang ama Director-nya )
-diatur-atur harus begini harus begitu ..... dan begono juga ....... kayak robot yang di kontrol pakai remote ...... he he he.
-kalo tidak memenuhi pencapaian seperti yang diharapkan, dia disindir terus 
-harus beli banyak katalog tiap bulan.
-harus tutup poin beberapa ratus ribu .... pernah sampai 1 juta lebih
-harus mau mengisi training
-di complain terus sama pembeli alias menanggung malu karena kualitas produk tidak sesuai dengan harga ( yang bikin dia malu bertemu dengan teman-teman yang lain, termasuk saya .... Lol )

Keluhan-keluhan itu semakin panjang saat dia menikah. Bisnis yang katanya bisa menghasilkan uang dari rumah, sambil ngurus anak, mijitin suami, masak , haha hihi hehe ama keluarga, teman saya bilang " it's just bullshit .... shit ...shit." apalagi dia juga sering menerima job nyanyi di berbagai macam event. Sang leader akan marah kalau dia mengutamakan pekerjaannya yang lain. Padahal honornya sekali manggung di acara nikahan lebih banyak daripada bonus yang di dapat dari MLM. Kalau sudah begitu sih, itu namanya kelewatan abis. 

Saya tidak benci MLM, juga tidak melarang orang - orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya. Cuma banyak KAMUFLASE yang belum diketahui kebanyakan orang, juga dengan doktrin-doktrin nya yang memabukkan, yang pasti akan membinasakan MLM manapun di dunia ini, hanya tinggal menunggu waktunya aja. Dulu kurang apa booming-nya Av*n, If*, S*phi* M*rt**, Ah*dn*t.Sekarang semuanya pada raib, tak tentu rimbanya. Kalau selama ini saya hanya senyum-senyum wae, apalagi kalau ketemu ama teman saya yang satu itu, kali ini saya juga perlu mengulas tentang MLMers.Lama kelamaan jadi risih juga dengan keberadaan mereka di FB saya. Saya juga agak mangkel ketika ada orang yang menjalin persahabatan di media sosial dengan ‘maksud tersembunyi’, hanya ingin menambah barisan down line-nya aja. Dan beberapa hari yang lalu saya mengkonfirmasi salah satu MLMers ( sebutan untuk para pendakwah MLM ..... he he he ). Sebelumnya sudah ada banyak yang masuk, tapi mereka anteng-anteng aja, mungkin karena liat profil saya dulu sebelum berdakwah. Atau mungkin, ada juga yang sudah mulai tersadar dari mabuknya dan berhenti berdakwah ( Alhamdulillah ...... ). Hanya ada beberapa yang nekat, dan yang terakhir ini sudah agak menyebalkan. Dia bilang, ngapain juga FB-an kalau nggak ada hasil ..... hadeeehhh. Memangnya semua media sosial tuh harus diisi dengan MLMers kayak dia ? Berpikirlah realistis, Girls ! Kalau semua harus jadi member O**F***E trus produk-produk yang lain yang beredar di pasaran mau dikemanain ? Lagipula semua pengguna FB kan tidak melulu untuk berbisnis. Kalau memang bonus yang didapat dari jutaan sampai milyaran, kenapa nggak dibeli aja tuh FB , bisa nggak ? Kan enak, kalau FB dimonopoli ama mereka, sekalian aja semua facebooker disuruh iuran untuk membeli produk mereka. 

Saya memang tidak percaya pada orang yang menjanjikan akan memberi bonus uang jutaan rupiah, itu tidak masuk akal. Saya lebih suka bisnis yang nyata, pasti dan sesuatu yang memicu kreatifitas diri. Saya juga paling malas kalau ketemu orang yang nawarin ini-itu, apalagi kalau nawarinnya sambil membujuk atau setengah memaksa. Tidak suka membeli sesuatu dari internet karena sebelum memutuskan untuk membeli, saya selalu melihat barangnya terlebih dahulu. Foto kan bisa berbeda dengan wujud aslinya, juga perlu dicoba dulu pas atau tidak, menyala atau tidak. Hal-hal seperti itu tidak akan bisa saya lakukan dengan melihat di internet. Bukan bermaksud menjadi manusia yang super teliti atau penuh dengan perhitungan, tapi saya lebih suka membeli dengan dorongan dari hati nurani diri sendiri.

Sebagai pelaku usaha di bidang kuliner, saya juga tidak pernah memaksa orang lain, saudara dan teman-teman untuk membeli hasil produksi saya ataupun menggunakan jasa catering saya. Saya hanya membuat katalog beberapa macam makanan atau kue dan daftar produk yang tersedia beserta harganya. Ditambah lagi dengan tester makanan. Saya ahli dalam hal memproduksi dan berkreasi tapi jujur, saya tidak pandai bicara, merayu apalagi memaksa orang. Saya tidak suka menipu orang dengan produk yang terlihat ekseklusif tapi kualitasnya di bawah standart dengan harga yang mahal. Kalau ada yang suka, ya syukur alhamdulillah, kalau tidak ya nggak papa .... toh, kalau rejeki nggak bakal lari kemana ........ Aku ra popo .... Lol. 

Seperti yang saya lihat di berbagai produk MLM. Harga-harga yang tertera di dalam katalog sepertinya tidak rasional. Sebuah lipstik seharga Rp. 150.000 dan sebotol parfum 100 ml seharga Rp.400.000. Harga yang bagi saya begitu cetar membahana, kualitasnya lebih rendah dari lipstik Inez seharga Rp.30.000. Apalagi dengan parfumnya, dengan uang segitu, saya bisa membeli parfum merk Lancome Magnifique 50 ml. Meskipun lebih kecil volume-nya tapi kualitasnya sungguh jauh ngeri .......... kata teman saya sih, ibarat minyak cap putri duyung dan parfum kelas VVIP. Untung saja bukan saya yang terpikat ..... Kalau harga dengan kualitas setara sih, mungkin nggak bakal ada yang komplain. Harusnya YLKI juga ikut berperan nih dalam melindungi hak-hak konsumen, mestinya bisa di class action

Padahal dengan uang Rp. 550.000 itu, saya bisa membeli lipstik, lipgloss, bedak tabur, pensil alis, handbody lotion, spa milk salt, hair spa, henna, shower cream, 1 buah sandal, 2 buah kaos dan 7 buah daster baby dolls, dengan kualitas yang bagus dan kosmetik itu untuk pemakaian selama 6 bulan kedepan (sampai bersih habis ... bis ) From head to toe. Jadi tidak nalar kalau sebulan dua kali mesti membeli lipstik. Kalaupun ada mungkin cara memakai lipstiknya sambil dimakan kali yaa .... Lol. Itu belum seberapa. Dengan uang sebanyak itu kalau di belikan bahan-bahan makanan untuk di jadikan kue kering, kue tart, atau makanan lainnya untuk di jual, saya bisa menambah keuntungan dengan jumlah nominalnya, dari Rp.550.000 menjadi Rp.1.100.000 ....... prinsip ekonomi gitu loh ....... he he he. Nggak perlu nunggu selama berhari-hari, cukup nerima order, kue jadi, antar, kasih nota, duit udah ditangan. Jadi sayang banget kalau uang segitu dihabiskan untuk sesuatu yang tidak begitu penting.

Saya tidak menyangkal kalau banyak juga yang sukses jadi MLMers. Tentunya mereka adalah orang-orang yang karakternya memang cocok dengan bisnis MLM. Mereka yang supel, suka gaul, pintar bicara,juga merayu ... Lol. Tapi semua orang kan tidak selalu harus sukses di bisnis MLM. Bukan juga berarti kalau orang yang sukses di bisnis MLM itu lebih baik dari orang yang sukses di bidang lain. Kalaupun ada seorang dokter, dosen atau orang yang sudah punya pekerjaan mapan ikut MLM, ya wajarlah karena di belahan dunia manapun semua orang juga perlu amunisi tambahan dan pastinya nasabah mereka juga seabreg. Jadi mudah saja mereka menawarkan ini itu, tapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri, orang pastinya lama-lama bosan juga kalau disuruh membeli produk yang itu-itu aja. Kalau dikatakan MLM lebih baik dari pekerjaan kantoran mereka, jelas suatu kebohongan publik dan tidak logis. Kalau memang MLM lebih baik, mengapa mereka tidak pensiun aja sebagai dokter atau nyopot dari pekerjaan sebagai dosen atau PNS ? Jujur, tidak semua MLM itu buruk. Nggak semua produk MLM mahal dan juga nggak semua MLMers nyebelin. Teman-teman MLM di FB saya yang cantik-cantik juga banyak yang sopan dalam menawarkan dagangannya. Kebetulan saja kemarin saya ketemunya yang nyebelin. Teori-teori dakwah yang dikemukakannya melebihi teori marketing yang saya pelajari saat saya masih jadi mahasiswa ekonomi. Bahkan motivator sekelas Tung Desem Waringin, Mario Teguh dan Rhenald Kasali aja kalah .......... he he he.

Hanya ada satu hal yang menggelitik hati saya sebagai seorang wanita. Kaum hawa yang sudah terjangkiti ' penyakit ' MLM jadi seperti pemeluk agama baru. Kemana-mana mereka berdakwah tentang MLM, menjejali siapa pun yang ditemuinya untuk mendengarkan doktrin-doktrin MLM, dan mendesak saudara serta teman-temannya untuk memakai produk MLM. Mereka mem-posting kata-kata teman yang menolak bergabung dengan mereka di update statusnya. Perilaku yang paling ( maaf ) menyebalkan seperti ini seringkali membuat orang jadi enggan bertemu ataupun berteman dengan mereka, dan akhirnya malah membuat hubungan persaudaraan atau persahabatan menjadi terganggu. Mereka terlihat seperti wanita culas dan menjadi budak materi dengan menunjukkan ke-ekseklusifan barang-barang bonus gratisan mereka. Merasa kalau mereka sudah menjadi super hebat karena selain menjadi ibu rumah tangga, duit mereka juga lebih gede daripada gaji suami di kantor. Memangnya si suami nggak tersinggung kalau dikatain lebih lemah dari istrinya. MLM sudah mengubah mereka menjadi wanita yang riya' dan terlalu mendewakan bisnis cantiknya .......... Astagfirullahal adzim. Dan yang lebih miris lagi, biasanya kehidupan mereka sehari-hari juga tidak se-ekseklusif barang yang mereka tawarkan. 

Kalau mereka bilang MLM mengajarkan bisnis? Tidak lah yaa. MLM tidak mengajarkan bisnis, tapi sales dengan model jaringan. Kurang lebihnya, sama seperti skema Ponzi. MLM juga tidak termasuk bergerak di area marketing karena saat ini marketing sudah berubah definisi, dan ini menjadikan MLM tidak masuk pada area marketing, namun jaringan sales person alias kacung ekseklusif. Mulut Ke Mulut via online. Ilmu pemasaran itu rumit, sebelum memasarkan barang kita harus mengenal kualitas dan kuantitas produk itu terlebih dahulu, siapa saja sasaran produk itu, dan di wilayah mana produk itu akan dipasarkan. Tidak asal memasarkan aja. Perlu analisa SWOT alias Strength, Weak, Opportunity and Threat. Dalam arti, dimana letak kekuatan produk, kelemahannya, kesempatannya untuk tumbuh dan ketahanan produk di pasaran dengan para pesaingnya. Tapi itu tidak berlaku dengan MLM, semuanya seperti di sasar abis dari peralatan mandi, kosmetik, tas, perhiasan, minuman kesehatan. Seolah-olah semua produk di monopoli dan diklaim kalau produk mereka yang nomor 1. Terlihat jelas sekali pemisah antara produsen, konsumen dan tim sales-nya. Member MLM tidak tahu betul kualitas produk secara detil, cukup tahu kulitnya saja dan menyebarkannya lewat katalog. Kebanyakan member MLM tidak bisa menjelaskan kualifikasi produk yang dipasarkannya. Mereka hanya mengingat jenjang karir, bentuk pembayaran komisi dan bonus. Mereka tidak tahu total detil produk dan siapa sebenarnya produsennya. Apalagi soal ke-halalan produk dan kalau ditanya tentang hal itu, mereka ngeles kalau sertifikatnya baru diurus. Padahal untuk mengurus sertifikat halal paling lama 6 bulan, dan bisa dihitung, sudah berapa tahun mereka menjadi sales. Otak mereka hanya dijejali motivasi sukses, komisi, mobil, jalan-jalan ke luar negeri dan masalah produk, itu tidak perlu dipikir. Bagi mereka, yang penting laku keras dan komisi sudah masuk, inilah hebatnya MLM. 

Bagi saya pribadi, bekerja merupakan suatu kesenangan dan sebagai ajang pembuktian kreatifitas. Ukuran keberhasilan juga tidak diukur dengan banyaknya uang yang mengalir ataupun memiliki materi yang mewah. Yang lebih penting bagi saya adalah bekerja sebaik-baiknya dengan penuh keikhlasan. Tidak perlu tritikan kemana-mana, apalagi mulutnya sampai berbusa-busa ataupun marah kalau orang lain menolak. Dengan sendirinya uang akan mengalir kalau produk yang dihasilkan memuaskan konsumen. Begitu juga kalau ada menawar harga ataupun meminta diskon, minta diajarin memasak, minta resep masakan, mereka akan akan mencari saya dan pasti saya beri. Tidak perlu panjang lebar menjelaskan ini-itu atau sampai memaksa. Tidak perlu ngoyo, apalagi mempersulit urusan dengan sok begini ... begitu. Dunia tidak akan berwarna kalau nasib semua orang sama apalagi kalau memakai produk yang sama ..... Lol. Cintai produk dalam negeri dan berfikirlah seimbang dalam hidup ini, mengisi dengan kerja keras bukan dengan mengumbar iming-iming yang tidak pasti. Jualan baju, sepatu atau jadi pedagang sayur keliling mungkin lebih baik daripada menjadi kacung ekseklusif .... he he he. Setiap orang punya jalan hidup sendiri-sendiri dan punya takdir sendiri. Karena jodoh, cobaan dan rezeki setiap orang itu berbeda. Setiap bisnis juga pasti ada resikonya, ada pasang surutnya tapi bagaimana pendekatan kita terhadap semua aspek itu, apakah kita akan bersyukur dan sabar atau tidak. Tergantung dari kepribadian masing-masing. 

Akhir kata, semua orang punya hak untuk ber-opini ( demokrasi gitu loh .... Lol ). Sekedar untuk cek dan ricek antara sesama manusia. Dengan segala kerendahan hati dan permohonan maaf, inilah opini dan persepsi saya tentang MLM, berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya terhadap teman-teman di FB, teman-teman saya di dunia nyata dan Bapak saya yang pernah terpikat MLM ( AH*DN*T ), janji dapet bonus yang tidak pernah datang karena MLM-nya tiba-tiba raib dari peredaran ....... he he he. Mohon ma'af kalau ada kata-kata yang kurang berkenan. Sebagai manusia pasti ada kesalahan dan kekhilafan. Dan untuk saat ini, saya belum berminat menjadi anggota MLM. Kalau Anda tertarik, monggo kerso panjenengan ..... 

Tidak ada larangan ataupun paksaan .....

2 comments:

  1. Keren banget artikelnya mba, saya akan pakai referensi dari artikel mba untuk menolak ajakan para mlmers, so they can stop convince me join to their business as a kacung exclusive LOL

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah membaca artikel saya. Sekedar opini aja kok, semua kan tergantung pada pilihan masing-masing.

      Delete