Sunday 1 March 2015

PERSEPSI DAN OPINI


Dua kata ini bisa dikatakan memiliki kemiripan istilah. Beda arti tapi saling berkaitan, tanggapan dan pendapat.  Setiap hal punya ribuan persepsi yang bisa muncul. Misalnya dress warna hitam yang dipajang di etalase departemen store, persepsi kita, baju itu elegan tapi persepsi orang lain baju itu biasa-biasa aja, dan persepsi orang yang lain lagi, baju itu kusam karena warnanya gelap.  Bisa dibayangkan sebegitu banyaknya persepsi yang muncul dari sebuah baju.

Persepsi memiliki hubungan erat dengan opini, persepsi merupakan salah satu unsur pembentuk opini seseorang. Secara sederhana, persepsi adalah hasil analisa pemikiran atau penilaian kita mengenai suatu atau seseorang, tapi belum dikemukakan alias masih ada di dalam hati. Apabila menyebut pikiran, sudah pasti ada pikiran baik dan ada pikiran buruk. Persepsi bisa timbul dari hati kita sendiri atau dicetuskan oleh pihak lain. Sedangkan opini adalah pendapat, apa yang diungkapkan oleh seseorang. Dengan kata lain, opini dapat menimbulkan kontroversi. Opini akan memunculkan citra personal seseorang melalui suatu interpretasi yang akan menghasilkan opini pribadi, istilah kerennya jaman sekarang pencitraan.

Bagi saya, persepsi adalah sebuah pilihan untuk berpikir positf atau berpikir negatif. Karena sebuah persepsi tidaklah selalu sama dengan kenyataan yang ada. Ada kemungkinan persepsi kita benar dan ada juga kemungkinan persepsi kita salah. Untuk mengetahui kebenarannya hanyalah dengan cara mencoba untuk berkomunikasi dengannya secara intensif. Sangat tidak adil jika kita menilai seseorang secara parsial, yaitu dengan melihat fotonya dan hanya pernah sesekali berbicara. Apalagi kalau kita mengetahui seseorang itu dari hasil penilaian orang lain. Hmm …… Who are you ? Judges ? … LoL.

Dan media sosial adalah salah satu ajangnya karena masyarakat cenderung lebih mudah terperdaya dengan persepsi yang tercetus, yang mungkin awalnya cuma persepsi individu tetapi secara spontan bisa meluas. Jaman yang serba serba canggih ini membantu sebuah informasi disebarkan dengan cepat ke seluruh dunia dalam hitungan detik. Ada yang menggunakan media sosial untuk tujuan baik dan ada juga pihak yang sengaja menimbulkan persepsi buruk mengenai sesuatu untuk mempengaruhi pengguna-pengguna media sosial misalnya lewat update status, pesan, gambar dan video yang tersebar luas di Facebook, Twitter, Instagram, Blog, Youtube dan sebagainya. Terpengaruh dengan persepsi orang lain, kalau mereka suka, ikut-ikutan suka, kalau orang lain benci, juga ikut-ikutan benci. Mau-maunya jadi jongoswan atau jongoswati, disuruh-suruh melulu ….. he he he. Padahal cuma persepsi sepihak, belum tentu benar. Kalau sudah begini, ceritanya malah jadi berkepanjangan dan menjurus ke arah fitnah ….

Ketika sebuah persepsi menempel di otak kita, itulah pilihan yang sudah kita ambil. Repotnya, tidak selamanya keputusan kita ini berdasarkan kenyataan yang ada. Apalagi jika ditambah dengan pengalaman kita sebelumnya dalam berhubungan dengan orang tersebut. Sekali berbohong, selamanya jadi pembohong, sekali jahat, selamanya jadi penjahat. Begitulah jalannya otak kita. Parahnya, tindakan negatif terhadap pribadi kita ternyata lebih dalam pengaruhnya terhadap persepsi yang sudah kita bangun. Karena persepsi juga identik dengan kepercayaan.

Pendapat saya pribadi, mendingan jujur deh terutama dalam ber-opini. Kalau ada status atau sesuatu hal yang saya suka dan sesuai dengan hati urani saya, pasti saya apresiasi dengan tanda jempol. Yang penting ikhlas-nya, Cuyy. Saya juga termasuk orang yang suka membiarkan orang lain dengan persepsi mereka. Membiarkan mereka menebak-nebak sendiri padahal tidak pernah berinteraksi dan tidak sedikit yang punya persepsi negatif tentang saya. Menghadapi manusia-manusia seperti itu, kalau saya sih nyantai ajjaahh, tidak perlu penjelasan ini - itu karena itu bukan urusan mereka, nggak penting banget. Ada yang suka, Alhamdulillah, nggak ada yang suka ya udah, gitu aja kok repot. Toh, misalnya ada yang bohong, biarlah mereka terperangkap sendiri dengan kebohongan yang telah mereka buat. Kalau persepsi dan opini mereka tidak benar kan fitnah namanya. Lumayan, ngurang-ngurangi dosa ane …. He he he.

Memang sih, berbicara itu mudah dibandingkan dengan bertindak. Suporter itu lebih lihai daripada pemain bola. Dan tidak mudah untuk merubah persepsi kita mengenai seseorang. Lebih susah lagi merubah persepsi seseorang tentang diri kita. Saya sendiri kadang juga punya persepsi negatif ( ngaku nih … ), terutama dengan orang yang baru kenal tapi bertingkah aneh-aneh. Inilah kelemahan sebuah persepsi. Memang persepsi itu lemah karena tidak berdasarkan kenyataan. Ada seseorang yang bisa merubah persepsinya secara mendadak dan ada juga yang memerlukan pembuktian lebih lanjut untuk merubah persepsinya. Kadang kita sering menyerah karena tidak ada perubahan yang signifikan sehingga persepsi kita tetap sama. Ngomong-ngomong, persepsi saya sering jadi kenyataan tuh, intuisi yang menajam kali ya … Jiiiaaahhhh, kayak paranormal aja.

Berhati-hati dengan persepsi dan opini mungkin lebih baik karena dua hal itu dahyat dampaknya. Mungkin jika satu-dua orang bicara hal yang sama, kita tak terlalu peduli. Tapi saat beberapa, apalagi banyak orang mulai bicara yang sama, opini mulai terbentuk. Apalagi kalau informasi itu terus menerus diulang, tak peduli apakah informasi itu kenyataan, abal-abal alias bohongan atau justru hanya ulah seseorang untuk ngejahilin orang lain. Hati-hati bermain dengan persepsi dan opini, karena jika itu sudah menguasai diri, kadang akal tidak bisa bekerja dengan normal lagi. Tak tahu lagi mana benar mana salah, tidak bisa membedakan yang mana realita dan mana yang bukan. Sehingga fakta seringkali diingkari. Tapi kalau ujung-ujungnya menjadi fitnah, dosa ditanggung sendiri lho …… LoL.
  

1 comment: