Sunday 21 December 2014

KARMA


Kata Karma berasal dari agama Buddha yang berarti hukum sebab-akibat moral atau istilah kerennya “ the law of moral causation ”. Agama Buddha meyakini bahwa jika seseorang ingin mencapai Nirwana ( surga ) maka setiap yang berdosa harus membayar lunas semua dosanya dengan cara diberikan kesempatan kedua yang bernama karma, yaitu terlahir kembali ke dunia dan menemui masalah yang sama, dan dilihat apakah mereka memang serius ingin menebus dosa atau cuma main-main. Seperti reinkarnasi gitu kali yaa …

Mungkin sebagian orang sudah tahu arti yang sebenarnya istilah karma ini, terutama bagi penganut agama Buddha.  Dalam kamus besar bahasa Indonesia karma adalah perbuatan manusia ketika hidup di dunia. Hidup sebagai umat Tuhan sekedar melakukan dharma dan hukum sebab akibat, bukan hanya mengenai manusia tetapi juga merupakan hukum mutlak di alam.

Selain itu, pemahaman tentang karma adalah meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri. Misalkan, jika ada orang yang tertimpa musibah dan sial terus menerus, maka itu semua adalah akibat perbuatan yang dia lakukan di masa lalu. Jika dia tidak mendapat balasan semasa hidup di dunia, maka   anak keturunannya yang akan mendapat balasan.

“ Hati-hati ntar kena karma lho !” atau begini, “ Rasain lu, tuh hukum karma namanya “. Kata karma seperti itu menjadi cukup sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Lalu pertanyaannya, apakah benar karma itu ada? Seperti apa bentuknya good karma dan bad karma ? Lalu bagaimana Islam memandang hukum karma ?

Kata pak Ustadz, hukum karma itu tidak ada dalam Islam. Dalam Islam kita memiliki iman yang meyakini bahwa Allah Maha Adil dan segala perbuatan kita pasti akan ada balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat nanti. Islam tidak mengenal adanya kesempatan kedua untuk turun di dunia memperbaiki segala kesalahan serta adanya dosa turunan yang akan diwariskan kepada keturunannya. Karena setiap manusia harus bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan, dan bukan orang lain atau keturunannya.

Selain itu, tidak semua hal yang terjadi pada diri manusia adalah karena “ investasi ” kebaikan atau kejahatannya di masa yang lampau. Karena bisa saja kebaikan yang diberikan kepada manusia itu karena memang Allah SWT sedang mencurahkan rahmat-Nya, atau bisa juga permasalahan yang dihadapi manusia adalah suatu cobaan dari-Nya agar manusia tersebut lulus ke tingkatan selanjutnya, istilahnya naik kelas. Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang manusia tersebut lakukan di masa yang lampau, tapi cobaan tersebut bertujuan untuk menguji keimanan hamba-Nya. 

Selamat tinggal, Sayang ….
Bila umurku panjang
Kelak ku kan datang tuk buktikan
Satu balasan kau jelang ….

Hmm …. apa sih karma itu sebenarnya ? Sampai dijadikan lirik lagu segala. Pendapat orang juga beragam dan jelas berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tentang karma itu sendiri ada yang percaya ada juga yang menolak dengan tegas mengatakan tidak percaya. Kalau saya sih, kadang percaya, kadang juga tidak …. He he he. Terlebih lagi kalau melihat di sekeliling dan juga pengalaman pribadi …. Hiks. Pendekatannya lebih kepada hukum sebab – akibat atau lebih tepatnya " Hukum Timbal Balik ". Siapapun yang berbuat sesuatu pasti akan ada timbal baliknya dan karena melakukan sesuatu pasti ada konsekuensinya. Refleksi dari perbuatannya sendiri.

Terkadang menghujat seseorang dengan karma untuk alasan membela diri ketika mereka tidak berdaya lagi dan mengeluarkan sumpah serapah dan sebagainya …. dan sebagainya, namun mereka tidak sadar tentang apa yang mereka ucapkan. Tidak pernah menyadari, apa yang telah mereka perbuat kepada orang lain sebelumnya. Bukankah perbuatan, entah itu baik atau buruk, pasti akan ada balasannya, cepat atau lambat. Makanya ada istilah, bad karma dan good karma. Siapa yang menanam kebaikan pasti akan menuai kebaikan. Siapa menabur angin, pasti akan menuai badai.

Banyak sekali kejadian kalau ada orang yang menjahati orang lain, dua-duanya jadi terbawa emosi untuk membalas. Saling menghujat dengan mengatas-namakan karma. Kalau saya sih, nyantai aja ya, menghadapi manusia-manusia jahil. Saya lebih suka menghitung kesalahan saya sendiri daripada menghitung kesalahan orang lain. Kalau ada orang yang menjahili saya dengan amat sangat keterlaluan, saya biasanya “ membiarkan “ aja, atau senyam-senyum aja walau hati remuk redam. Hitung-hitung sebagai pelajaran hidup … LoL. Tidak bakal mengeluarkan hujatan, cacian atau kata-kata yang tidak perlu. Mema’afkan tapi jaga jarak. Lho piye to

Bukannya dendam atau apa gitu loh, misalnya orang yang pernah nyakitin perasaan itu minta bantuan, pasti saya akan bantu. Bantuan disini dalam arti sekedar membantu aja alias tidak ngoyo. Tidak lagi mau terjebak dengan permasalah orang lain …. not anymore. Sering sih, niat baik ikhlas mau menolong, eh malah pada akhirnya saya yang menjadi korban. Korban perasaan maksudnya …. He he he. Sungguh, setolol-tololnya manusia tetap aja punya perasaan. Siapapun dia atau sesabar apapun seseorang, pasti tidak akan mau tersakiti berkali-kali, yaa nggak ?

Intinya disini, jika karma memang ada dan benar - benar ada , ketika anda menghujat orang lain yang menyakiti Anda tentang karma, apakah Anda tidak merasa telah melakukan sesuatu sebelumnya ?  Entah kepada orang yang bersangkutan ataupun orang lain. Jadi ketika anda mengatakan karma ternyata orang pertama yang jalani karma adalah diri Anda sendiri. Biasanya sih, banyak yang lupa ( atau pura-pura lupa ) kalau pernah berbuat tidak baik kepada orang lain. Begitu ada orang lain berbuat hal sama pada dirinya ( tidak sengaja ), malah ngamuk-ngamuk nggak karuan. Dalam hal ini, sebelum mengeluarkan sumpah serapah, lebih baik bermuhasabah alias introspeksi diri. Tidak perlu ada karma-karmaan, ganti karmi aja dah ….. LoL.

Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi kita .... Aamiin.



No comments:

Post a Comment