Kata Karma
berasal dari agama Buddha yang berarti hukum sebab-akibat moral atau istilah
kerennya “ the law of moral causation ”. Agama Buddha meyakini bahwa jika
seseorang ingin mencapai Nirwana ( surga ) maka setiap yang berdosa harus
membayar lunas semua dosanya dengan cara diberikan kesempatan kedua yang
bernama karma, yaitu terlahir kembali ke dunia dan menemui masalah yang sama,
dan dilihat apakah mereka memang serius ingin menebus dosa atau cuma main-main. Seperti
reinkarnasi gitu kali yaa …
Mungkin
sebagian orang sudah tahu arti yang sebenarnya istilah karma ini, terutama bagi
penganut agama Buddha. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karma adalah perbuatan
manusia ketika hidup di dunia. Hidup sebagai umat Tuhan sekedar melakukan dharma
dan hukum sebab akibat, bukan hanya mengenai manusia tetapi juga merupakan
hukum mutlak di alam.
Selain
itu, pemahaman tentang karma adalah meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi
dalam hidup manusia adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri. Misalkan, jika
ada orang yang tertimpa musibah dan sial terus menerus, maka itu semua adalah
akibat perbuatan yang dia lakukan di masa lalu. Jika dia tidak mendapat balasan
semasa hidup di dunia, maka anak keturunannya yang akan mendapat balasan.
“ Hati-hati
ntar kena karma lho !” atau begini, “
Rasain lu, tuh hukum karma namanya “. Kata karma seperti itu menjadi cukup
sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Lalu pertanyaannya, apakah
benar karma itu ada? Seperti apa bentuknya good
karma dan bad karma ? Lalu
bagaimana Islam memandang hukum karma ?
Kata pak
Ustadz, hukum karma itu tidak ada dalam Islam. Dalam Islam kita memiliki iman
yang meyakini bahwa Allah Maha Adil dan segala perbuatan kita pasti akan ada
balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat nanti. Islam tidak mengenal
adanya kesempatan kedua untuk turun di dunia memperbaiki segala kesalahan serta
adanya dosa turunan yang akan diwariskan kepada keturunannya. Karena setiap
manusia harus bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan, dan bukan orang
lain atau keturunannya.
Selain
itu, tidak semua hal yang terjadi pada diri manusia adalah karena “ investasi ”
kebaikan atau kejahatannya di masa yang lampau. Karena bisa saja kebaikan yang
diberikan kepada manusia itu karena memang Allah SWT sedang mencurahkan
rahmat-Nya, atau bisa juga permasalahan yang dihadapi manusia adalah suatu
cobaan dari-Nya agar manusia tersebut lulus ke tingkatan selanjutnya,
istilahnya naik kelas. Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang
manusia tersebut lakukan di masa yang lampau, tapi cobaan tersebut bertujuan
untuk menguji keimanan hamba-Nya.
Selamat tinggal,
Sayang ….
Bila umurku panjang
Kelak ku kan datang
tuk buktikan
Satu balasan kau
jelang ….
Hmm …. apa
sih karma itu sebenarnya ? Sampai dijadikan lirik lagu segala. Pendapat orang juga beragam dan jelas berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Tentang karma itu sendiri ada yang percaya ada juga
yang menolak dengan tegas mengatakan tidak percaya. Kalau saya sih, kadang
percaya, kadang juga tidak …. He he he. Terlebih lagi kalau melihat di
sekeliling dan juga pengalaman pribadi …. Hiks.
Pendekatannya lebih kepada hukum sebab – akibat atau lebih tepatnya "
Hukum Timbal Balik ". Siapapun yang berbuat sesuatu pasti akan ada timbal
baliknya dan karena melakukan sesuatu pasti ada konsekuensinya. Refleksi dari perbuatannya sendiri.
Terkadang
menghujat seseorang dengan karma untuk alasan membela diri ketika mereka tidak
berdaya lagi dan mengeluarkan sumpah serapah dan sebagainya …. dan sebagainya, namun
mereka tidak sadar tentang apa yang mereka ucapkan. Tidak pernah menyadari, apa
yang telah mereka perbuat kepada orang lain sebelumnya. Bukankah perbuatan,
entah itu baik atau buruk, pasti akan ada balasannya, cepat atau lambat.
Makanya ada istilah, bad karma dan good karma. Siapa yang menanam kebaikan
pasti akan menuai kebaikan. Siapa menabur angin, pasti akan menuai badai.
Banyak
sekali kejadian kalau ada orang yang menjahati orang lain, dua-duanya jadi
terbawa emosi untuk membalas. Saling menghujat dengan mengatas-namakan karma. Kalau
saya sih, nyantai aja ya, menghadapi manusia-manusia jahil. Saya lebih suka
menghitung kesalahan saya sendiri daripada menghitung kesalahan orang lain.
Kalau ada orang yang menjahili saya dengan amat sangat keterlaluan, saya
biasanya “ membiarkan “ aja, atau senyam-senyum aja walau hati remuk redam. Hitung-hitung
sebagai pelajaran hidup … LoL. Tidak bakal mengeluarkan hujatan, cacian atau kata-kata
yang tidak perlu. Mema’afkan tapi jaga jarak. Lho piye to ?
Bukannya dendam atau apa gitu loh, misalnya orang
yang pernah nyakitin perasaan itu minta bantuan, pasti saya akan bantu. Bantuan
disini dalam arti sekedar membantu aja alias tidak ngoyo. Tidak lagi mau terjebak dengan permasalah orang lain …. not anymore. Sering sih, niat baik
ikhlas mau menolong, eh malah pada akhirnya saya yang menjadi korban. Korban
perasaan maksudnya …. He he he. Sungguh, setolol-tololnya manusia tetap aja
punya perasaan. Siapapun dia atau sesabar apapun seseorang, pasti tidak akan
mau tersakiti berkali-kali, yaa nggak ?
Intinya
disini, jika karma memang ada dan benar - benar ada , ketika anda menghujat orang
lain yang menyakiti Anda tentang karma, apakah Anda tidak merasa telah
melakukan sesuatu sebelumnya ? Entah kepada orang yang bersangkutan ataupun orang lain. Jadi ketika anda mengatakan karma ternyata orang
pertama yang jalani karma adalah diri Anda sendiri. Biasanya sih, banyak yang
lupa ( atau pura-pura lupa ) kalau pernah berbuat tidak baik kepada orang lain.
Begitu ada orang lain berbuat hal sama pada dirinya ( tidak sengaja ), malah
ngamuk-ngamuk nggak karuan. Dalam hal ini, sebelum mengeluarkan sumpah serapah,
lebih baik bermuhasabah alias introspeksi diri. Tidak perlu ada karma-karmaan,
ganti karmi aja dah ….. LoL.
Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi kita .... Aamiin.
No comments:
Post a Comment