Saturday 11 October 2014

HYPERTHYROIDia .... hyperthyroid diary



Sejak empat tahun yang lalu, saya memang sudah lepas dari terapi hipertiroid. Dan selama lebih dari empat tahun pula, saya merasa sehat wal afiat alias nggak pernah sakit. Paling-paling hanya flu ringan. Kalau soal jam tidur, dari dulu memang saya bukan tukang tidur. Kalaupun merem, paling hanya tidur " ayam " aja. Tidak seperti orang tua , adik atau saudara-saudara dekat saya lainnya, mereka semua pada " pelor " nempel langsung molor dan ngorok ........ he he he. Pun pada malam hari, saya sering terbangun tanpa sebab, jam berapa aja tahu. Jadi kalau saya bisa tidur nyenyak, Alhamdulillah yaa .....

Beberapa bulan terakhir ini saya sering merasa tidak enak badan. Badan terasa lemas, mudah capek, susah konsentrasi, malas, otot-otot dan tulang terasa ngilu. Sementara, banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Sudah pasti menguras tenaga dan pikiran. Untunglah, semua bisa saya selesaikan, meskipun dengan susah payah dan penuh derita, sebab kalau tidak, bakalan menjadi kacau deh.

Dari berbagai keluhan tersebut, yang paling terasa mengganggu adalah perasaan malas, bahu dan leher terasa kaku. Karena pada dasarnya, saya manusia bandel dan tidak suka minum obat, tindakan yang saya lakukan cuma nempelin salonpas aja. Dari gejala itu saya pikir saya kolesterol, mengingat badan saya " big size " dan juga sudah jarang berolahraga, kalau melihat dari pengalaman tante saya yang terkena kolesterol.

Kejelekan saya yang lain adalah sering mengabaikan hal-hal kecil yang terjadi alias menganggap remeh penyakit. Nanti kalau bosan kan penyakitnya hilang sendiri. Padahal semua gejala tersebut sebenarnya merujuk pada satu penyakit yang pernah saya derita, yaitu gangguan tiroid. Sampai pada puncaknya, di waktu Subuh, saya mendapatkan lagi serangan panik mendadak alias Thyroid Storm. Pandangan mata kabur, bergoyang-goyang, detak jantung meningkat dan keringat dingin.

Pada waktu itu saya mencoba menenangkan diri dengan mengambil napas panjang tapi yang terjadi detak jantung malah semakin cepat. Saya berpikir untuk menelepon pakde saya, meskipun seorang Neurologist, setidak-tidaknya dia tahu penyakit saya. Tapi saya urungkan karena pakde pasti akan kebingungan, seperti yang terjadi saat ibu saya sakit, ntar jadinya malah piye iki .... piye iki ? Akhirnya, setelah bapak saya pulang dari masjid dan membuat semuanya terbangun, saya memintanya menelpon teman saya, dokter umum yang kebetulan tinggal di dekat rumah. Sarannya adalah segera ke IGD rumah sakit. Karena belum puas, akhirnya bapak saya menelpon Profesor yang merawat saya, dan beliau menyarankan untuk segera ke IGD pula. 

Sesampainya disana, saya langsung diberi O2, tindakan EKG dan cek darah. Tapi karena saya ada riwayat hipertiroid, maka dilakukan cek T3 dan T4 juga. Dokter penerima tidak berani mengambil tindakan sebelum hasil laborat keluar dan Profesor yang merawat saya datang. Jadi dari yang apa dirasakan sendiri gampangnya adalah bayangin aja kondisi waktu main sepak bola. Ngos-ngosan, deg-degan, keringetan ditambah mata kunang-kunang,  ya seperti itulah rasanya jadi penderita hipertiroid. Tapi begitu selang O2 dipasang, rasanya seperti mendapatkan bahan bakar, ada tambahan amunisi ........ he he he.

Bagaimana tidak, karena beberapa saat sebelumnya menggegerkan banyak orang, seperti sakaratul maut. Hanya mendapatkan perawatan standart, langsung pulih begitu saja. Meskipun ketegangan di leher belum reda. Yang paling menjengkelkan adalah rasanya kok saya seperti dipermainkan oleh penyakit ini. Dibikin malu. Begitu juga saat Profesor datang, beliau hanya menanyakan, semalam makan apa ? .... hadeeehhh. Padahal Dokter di IGD menganalisa kalau hipertiroid saya kambuh.

Setelah hasil laborat keluar, untuk hematologi rutin semuanya normal dan memang benar kalau ada peningkatan laju T3 dan T4. Untuk T3 jumlahnya 1.79 ng/ml ( nilai rujukan 0.79 - 1.49 ) dan T4 74.50 ug/dl ( nilai rujukan 4.50 - 12.00 ). Melihat hasilnya seperti itu, Profesor sampai geleng-geleng kepala. Meskipun beliau seorang Internist, pada akhirnya merujuk saya ke temannya yang lebih pakar, yaitu sub bagian Endokrinologi. Disana, saya diperiksa lebih teliti lagi termasuk tanda-tanda fisik dan tes darah lagi. 

Namanya juga peningkatan hormon tiroid berarti kadar hormon tiroid-nya dicek. Tapi selanjutnya yang diperiksa adalah yang bentuk bebas (free) atau FT4 dan TSHS karena yang berefek biologis. Ini pemeriksaan gold-standart karena semua penderita hipertiroid ( kecuali pada hipertiroidisme karena peningkatan TSHs ) kadar TSHs darahnya pasti rendah. Karena negative feedback, tubuh berusaha sekuat tenaga menurunkan kadar hormon tiroid dengan cara tersebut. 

Kelenjar tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika ada aktivitas yang berlebihan dari tiga kelenjar ini maka suatu jumlah hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.

Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada jumlah hormon tiroid yang cukup beredar dalam tubuh maka pelepasan TSHs ditingkatkan oleh pituitari untuk menstimulasi tiroid agar memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika jumlah hormon tiroid berlebihan maka pelepasan TSHs dikurangi untuk mengurangi produksi hormon tiroid. Dan Alhamdulillah, hasil FT4 dan TSHS masih dalam batas normal, artinya tubuh saya secara klinis bisa melawan sendiri. Itu juga berarti kalau terapi sebelumnya berhasil. 

Seperti yang pernah saya share sebelumnya, penyakit ini bukan penyakit yang bisa menurun secara genetik apalagi menular. Panu, kadas dan kurap malah bisa nular-nularin tuh ..... LoL. Pada dasarnya semua orang mempunyai bakat untuk menderita penyakit ini, tinggal ada atau tidak pemicu eksternalnya. Banyak juga yang salah kamar, jantung berdebar dikiranya sakit jantung, mata kunang-kunang dikiranya minus, kurus dikira cacingan. Hanya sekitar 25-50% pasien hipertiroid yang betul-betul sembuh sempurna dengan obat, sehingga merupakan hal yang tidak mengherankan jika penderita dengan gangguan tiroid harus bolak-balik berobat ke dokter. Kalau saya sih, berharapnya, jangan sering-sering deh ...... he he he.

Beberapa ahli menyatakan bahwa salah satu pemicu dari kambuhnya penyakit ini adalah stress dan kelelahan yang luar biasa. Untuk sayuran, seperti kubis, selada, seledri dan kedelai yang dapat meningkatkan produksi hormon tiroid secara berlebihan sebaiknya dihindari ( padahal, saya tukang masak nih, mana bisa menghindar .... ). Juga dengan makan buah-buahan di malam hari. Kalau siang sampai sore katanya sih nggak masalah. Dan satu lagi, asap rokok. Karena adik dan bapak saya tidak merokok, sudah pasti rumah saya bebas dari asap rokok. Cuma, beberapa hari sebelum KO, saya bertemu dengan teman saya yang memang seorang perokok berat. Meskipun ngobrolnya tidak berdekatan tapi dia terus klepas ... klepus ... asapnya lumayan juga tuh bikin uhuk-uhuk. Saya sih tidak menyalahkan siapa-siapa. Semua orang sudah tahu tentang apa saja efek buruk dari rokok dan asap rokok. Hak asasi manusia gitu loh .... LoL.

Seminggu ini saya berdiam diri dirumah, karena memang diharuskan banyak istirahat, makan tinggi kalori, meskipun bosan .... he he he. Dokter hanya memberi saya Propanolol, 2 kali sehari 1 tablet dan Zypras, 1 kali untuk malam hari selama seminggu. Dan salonpas, masih saya pakai, karena masih merasa sedikit mabuk darat .... LoL. Harga obatnya sih nggak seberapa, hanya Rp.13.000 tapi cek laboratnya itu lho ....... ampuuuuun deh. Harusnya dipertimbangkan agar bisa dimasukkan ke asuransi BPJS tuh, mengingat semakin banyak orang yang menderita hipertiroid. Jadi jangan cuma layanan standar dan rawat inap aja dong, kasihan kan, yang punya penyakit lebih berat.

Setelah kambuh seperti ini, saya baru benar-benar menyadari, agar tidak meremehkan lagi gejala-gejala yang terjadi, sekecil apapun. Bahwa memang benar banyak orang rela menghabiskan hampir seluruh penghasilannya " hanya " untuk bisa menjadi sehat kembali. Saya sangat bersyukur masih bisa bernapas, berjalan, berpikir, makan, tidur, menulis dan diberi kesempatan oleh ALLAH, SWT. Satu karunia yang tidak tergantikan dengan jumlah nominal berapapun. Masih banyak yang lebih sakit dan menderita daripada saya. Semoga kita semua diberi kesabaran dalam menghadapi setiap ujian. Dan bagi sesama penderita hipertiroid, jangan patah semangat yaa, yang penting disiplin minum obat, memang sih penyakit ini sangat aneh dan nyebelin, sekaligus malu-maluin ... LoL. Sekian dulu ya, informasi tentang tiroid dari penderita hipertiroid yang " stay strong " ini ......... he he he. Tetap sehat , mind, body and soul .....


Sumber :
Prof. DR.dr. Zaenal Arifin Adnan, SpPD - KR.
DR. Supriyanto. K, SpPD - KEMD.



No comments:

Post a Comment