Tuesday 11 March 2014

HEART & HURT


Hati .... tidak pernah ada matinya kalau berbicara soal itu, karena setiap jiwa yang masih bernapas, pasti memilikinya. Baik atau buruknya sebuah perasaan dan logika semua kembali kepada kualitas hati kita. Jika hati kita kotor dan penuh rasa dengki, maka itupun akan mempengaruhi bentuk apresiasi perasaan dan pikiran kita. 

Ibarat tubuh yang membutuhkan energi dari makanan seperti nasi, sayur dan lauk pauk lainnya, hati juga membutuhkan masukan energi. Itu sebabnya, hati sangat berkaitan erat dengan perilaku manusia dalam kesehariannya. Dan tidak ada seorangpun yang benar-benar tahu akan isi hati seseorang, mungkin hanya Tuhan yang tahu.

Dalam hidup kita, kita pasti pernah dihina atau dijadikan bahan pembicaraan karena kekurangan yang kita miliki atau karena perbuatan kita, entah yang kita sengaja ataupun tidak. Jika kita menghadapi hal seperti itu, reaksi kita pun berbeda-beda tergantung dari temperamen masing-masing orang. Walaupun ada yang merasa biasa-biasa saja saat diperlakukan seperti itu, tetapi sebagian orang pasti merasa direndahkan. Perbuatan yang dilakukan seseorang untuk menyakiti orang lain baik secara fisik atau mental itulah yang kita kenal dengan istilah bullying. Setinggi-tingginya orang mempunyai rasa humor, tetap saja ada rasa sakit hati kalau disinggung atau dihina dengan kata-kata kotor, apalagi bila hal itu dilakukan oleh orang yang tidak kita kenal sama sekali. Baik itu di dunia nyata ataupun di dunia cyber net.

Tidak dipungkiri kalau internet memang sangat membantu di tengah tuntutan dunia modern yang menginginkan segalanya serba cepat dan praktis. Kalau ingin tahu kabar terbaru dunia dan teman-teman kita, hanya tinggal klik internet, dan masuk ke jejaring sosial. Di situ akan terpampang berbagai tautan berita dunia, serta kabar terakhir mengenai kerabat dan teman-teman tercinta. Disana kita bisa ngobrol-ngobrol seru. Ada yang jatuh cinta, saling bertukar cerita, berkenalan, menangis bersama, bahkan ada pula yang menindas orang lain melalui jejaring sosial. Beberapa tahun terakhir ini, dunia maya memang telah menjadi tempat bergaul jutaan manusia di dunia. Tapi di sisi lain, kehadiran internet pun juga memunculkan banyak problem baru. 

Kita semua paham kalau tidak semua orang yang kenal melalui dunia maya adalah manusia baik-baik dan orang yang bertanggungjawab. Banyak predator, penipu, dan orang – orang tidak bertanggungjawab lainnya yang bisa merubah identitas mereka dalam hitungan menit. Mudahnya berganti wajah dan bersembunyi di balik identitas palsu membuat kejahatan melalui dunia maya makin menjamur. Masalah demi masalah yang mengedepankan internet sebagai media cukup mengkhawatirkan. 

Mungkin, saya juga termasuk salah satu korban aksi cyber-bullying dan harassment ( sedih banget .... hiks ). Padahal, kalau dipikir-pikir, saya menggunakan internet dan media sosial sewajarnya saja, termasuk komen, update status, mohon ma'af kalau ada kekhilafan dan selalu mengucapkan terimakasih pada para jempollers. Hanya meng-added orang-orang yang saya kenal saja, seperti kerabat dan teman-teman lama. Kalau untuk teman yang tidak saya kenal, biasanya saya lihat profil-nya dulu, baru saya konfirmasi. Bukan bermaksud untuk pilih-pilih teman, hanya sekedar memproteksi diri sendiri. Intinya, saya memanfaatkan teknologi yang ada untuk hal-hal yang positif dan sewajarnya. Dengan begitu-pun saya masih sering berurusan dengan manusia, yang entah dari mana asalnya, muncul begitu saja dengan kata-kata yang tidak senonoh dan komen-komen kasar yang menyakitkan hati. Selama ini, saya masih berusaha untuk bersabar dan tidak menanggapi perkataan mereka ataupun membalas perbuatan keji mereka. Menanggapi manusia seperti hanya akan menambah masalah saja. Innallaha ma'asshabirin .....

Tapi sebesar apapun kesabaran seseorang, tetap saja ada batas toleransinya. Bahkan, penulis yang sudah makan asam garam di dunia perkalimatan dan kata-kata sekelas Darwis Tere Liye pun risih kalau ada orang yang komen di page-nya dengan kata-kasar, kotor, jorok dan memprovokasi orang untuk debat kusir. Tidak tanggung-tanggung, dia langsung men-cipirili alias mem-blok orang-orang seperti itu. Seorang laki-laki saja risih, apalagi saya, seorang perempuan.

Dan itupun belum seberapa, cyber-harassment yang saya alami juga tidak kalah menyebalkan dan menghabiskan kesabaran saya sebagai manusia. Berawal ketika ada salah satu teman dunia maya yang tahu nomor handphone saya ( entah darimana dia mendapatkannya ). Pertama-tama saya masih ber-khusnudzon, berpikir kalau dia memang orang baik-baik, masih muda dan sopan karena selalu menggunakan ayat-ayat Qur'an dalam kalimatnya. Tiap hari dia mengganggu saya lewat sms, memang sih beberapa kali sempat saya balas ( pada saat hari raya ) tapi setelah itu tidak pernah lagi karena lama kelamaan text message-nya semakin ngaco dan diluar logika. Istilah psikologinya, bentuk teror dengan cara halus. Dan hal inilah yang lebih berbahaya karena menggunakan dalih agama. Sudah saya peringatkan lewat instant message, dia malah ngeyel. Saya delete dari facebook, masih ngeyel juga. Sampai saya posting nomer hp-nya di update status saya ( karena tahu kalau dia punya kroni yang masuk facebook saya ), eh ... masih super duper ngeyel juga ...... Hhhhhhhh !!!  Astaghfirullahal adzim .....

Dari situ, saya bisa menyimpulkan kalau laki-laki itu mungkin sakit jiwa. Coba, hari gini mana ada orang yang mau buang-buang pulsa ? Tidak dibalas, tidak apa-apa asalkan dibaca. Yang bener aja euy, karena seringkali yang saya temui dalam text-nya ada tanda ( ! ), berarti dia mengintimidasi si pembaca agar membalas pesannya. Ada salah seorang teman yang mengatakan kalau cyber-harassment seperti itu bisa ditindak lanjuti. Hmm .... harusnya manusia seperti itu masuk RS. Jiwa aja kali yaa ........ LoL.

Sebenarnya, pelaku cyber-harassment adalah pribadi yang tidak mau menghadapi resiko karena perbuatannya sendiri dan menyamarkan aksi mereka. Pada dunia nyata, mungkin saja orang itu pendiam, berperilaku baik, tidak pernah berbuat onar, dan tidak mem-bully orang lain. Tetapi di dunia maya, orang tersebut bisa saja menjadi sangat agresif dan berani melakukan cyber-harassment. Hal itu bisa saja disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang lain saat ia berada di alam nyata, rasa frustasi, sakit hati, ingin membalas dendam atau juga karena ingin menutupi kekurangannya. Mungkin orang itu memiliki pemikiran yang salah kalau dengan berbuat onar dan melakukan harassment dapat membuatnya menjadi orang yang diperhatikan, tetapi ia juga tidak berani melakukannya secara langsung. Maka dengan media yang ada, ia menggunakan jejaring sosial dan internet untuk meng-harrass orang lain. Tujuannya, agar ia mendapat perhatian dan diakui oleh orang lain.

Sebagai generasi muda yang cerdas, kita harus bijak dalam kehidupan kita sehari-hari. Tunjukkan bahwa dengan teknologi yang ada kita dapat menghasilkan hal positif dan menguntungkan. Dan bukan menjadi budak teknologi. Jadilah orang yang menghargai orang lain, baik di alam nyata ataupun di dunia maya. Seperti dalam pepatah Jawa, Ajining diri ana ing kedhaling lathi, Ajining salira ana ing busana. Isi dengan kegiatan-kegiatan yang positif, dan bukan kegiatan yang merugikan diri kita sendiri, apalagi kalau untuk mengganggu kehidupan orang lain. Masih banyak kegiatan positif yang mendidik sekaligus menyenangkan untuk kita jalani.

Memang sangat tidak mudah menjadi orang sabar, apalagi menjaga hati dari sikap marah dan benci dalam menghadapi perlakuan yang menyakitkan dari sesama manusia. Bicara memang mudah, tapi dalam prakteknya, sangat susah untuk dijalani. Kita mungkin paling tahu apa yang kita mau, tapi Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan.

Dan sabar itu adanya di dalam hati. Dari hal-hal yang menyakitkan itulah kita bisa mengambil pelajaran yang terbaik. Kita jadi bisa memilih, mana yang penting dan mana yang tidak penting. Melepaskan sesuatu yang lebih banyak mudharat-nya daripada manfa'atnya, itu lebih baik. Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi dan memberkahi kita semua, sekaligus menambah energi kesabaran dalam diri kita, Aamiin ....


No comments:

Post a Comment