Wednesday, 15 January 2020

TOXIC PEOPLE

Image result for toxic people emoji

Kayaknya sudah hampir seabad nggak nge-blog ya, jari-jari ini sebenarnya sudah lama pengen senam lagi ... LoL. Nggak terasa udah memasuki minggu ketiga bulan pertama di tahun twenty-twenty. Di awal-awal tahun pasti pada sibuk dengan resolusi ya. Kalau saya sudah nggak mikirin resolusa resolusi, santuy aja cuyy. Yang penting fokus dengan satu hal terpenting dan apa yang harus saya lakukan. Misalkan bisa cepat terealisasi, akan ada hal lain lagi yang pasti saya lakukan. Hal apakah itu ? rahasia dong. Kalaupun ada keinginan saya yang lain lagi misalnya bisa beli ini itu, bisnis semakin berkembang, saldo tabungan digitnya bertambah, bisa travelling kemana-mana atau nemuin emas sepuluh karung, ya Alhamdulillah wa syukurillah kabul kajaté... he he he. Selama bisa segera dikerjakan ya lakukan. Jadi nggak perlu nunggu-nunggu gitu aja. Masa menunggu sudah lewat euy.

Anyway busway, selama menghilang sesaat dari dunia senam jari dan berkelana di alam nyata, banyak pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan, Inshaallah akan saya share ke depannya. Tapi secara umum aja ya, karena blog ini bukan diary. Topik yang akan saya share kali ini adalah toxic alias racun. Ini nggak berhubungan dengan banyaknya penemuan ular berbisa di berbagai daerah tapi racun yang ada di dalam diri manusia. Toxic people bisa diartikan seseorang dianggap menjadi racun ketika ia menebarkan sesuatu yang negatif ke lingkungan sekitarnya. Tapi secara general lho ya, tidak menunjuk ataupun menyebutkan merk. Dan juga tidak melulu toxic antar dua orang insan yang dimabuk asmara alias percintaan. Yang pasti, bisa teman, saudara, tetangga, keluarga dan pasangan.

Di jaman millenial ini gampang sekali kita berkenalan atau berinteraksi dengan orang lain entah itu di dunia maya ataupun di alam nyata. Seorang teman idealnya bisa membuat kita nyaman setiap bersama mereka. Tempat kita bercerita tentang segalanya dan bisa menjadi mood booster satu sama lainnya. Sayangnya, tidak mudah bagi kita untuk memiliki teman yang bisa memberikan good vibes. Yang ada malahan toxic person atau toxic people alias manusia beracun dan tentunya bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan mental kita. Seringkali toxic people ditemukan melalui media sosial. Namun, dalam kehidupan nyata juga banyak. Atau jangan-jangan kita termasuk salah satunya.

Setelah berpuluh-puluh tahun lebih berinteraksi dengan berbagai umat manusia, setiap insan ternyata memiliki sifat-sifat yang cukup menarik dan sering kali membuat kita perlu untuk lebih mengenali spesies kita lebih mendalam. Hal-hal yang saya rasakan mengenai diri kita sebagai manusia, terkadang punya "tanduk" dan terkadang punya "sayap". Seperti kata pepatah, cinta itu buta. Orang yang menyayangimu akan selalu mempercayaimu dan orang yang membencimu tidak akan pernah percaya padamu.

Manusia itu ternyata nanggung juga, tidak ada yang jahat banget atau pun baik banget seperti yang ada di drama Korea, Bollywood dan sinetron Indonesia. Setiap manusia pasti mempunyai sifat keduanya dan bisa muncul secara bergantian. Singkatnya, tidak ada manusia yang bisa di-labeli salah satu sifat tersebut, bahkan penjahat sekalipun, dia bisa saja jahat dengan orang lain tapi sangat penyayang dengan orang yang dicintainya. Seperti di film Joker, orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. So, manusia juga harus memutuskan untuk lebih dominan di sifat yang mana, lebih menuruti sisi malaikatnya atau sisi ke-iblis-annya. Perlu hati-hati, sadar diri dan introspeksi diri juga sih. Seseorang yang masuk kriteria toxic people biasanya hidupnya susah bahagia. Hidupnya dibayang-bayang rasa tidak puas, sering mengeluh dan merasa resah.Nggak demen kalau melihat orang lain happy.

Mungkin beberapa dari kita tidak menyadari potensi toxic dalam hubungan yang kita miliki. Toxic yang dimaksud bukan berarti secara keseluruhan pribadi seseorang menjadi racun, tapi bagaimana perilakunya yang tergolong toxic seperti egois, suka berbohong, suka ngeluh, tidak mau memaafkan, tidak mau mengakui kesalahan, selalu menyalahkan orang lain, bicara buruk tentang orang lain, manipulatif, merasa paling pintar sedunia, merasa paling benar sendiri, paling agamis dan suka menolak mendengarkan pendapat orang. Pokoknya yang begitu-begitu banget deh orangnya.

Pada umumnya manusia memang tidak bisa mendengarkan sesuatu yang baik tentang orang lain. Sahabat, saudara bahkan pertemanan yang cukup lama pun tidak bisa mengelak dengan adanya rasa kurang nyaman di hatinya ketika mendengarkan kabar baik tentang hidup orang-orang terdekatnya. Sebagian dari mereka ada yang merasa tersaingi, tertekan atau bisa jadi minder saat mendengar hal-hal baik terjadi dalam hidup orang lain. Coba kita putar ulang memori, pernah nggak kita marah terhadap seseorang sehingga membuat kita benar-benar down, tidak produktif, bahkan gagal dalam melakukan sesuatu gara-gara ucapan atau sikap seseorang? Kita hanya bisa ngomel-ngomel dan merasa ada ketidak-ikhlasan memaafkan ucapan atau sikap seseorang sehingga kepikiran berlarut-larut dan akhirnya membuat kita lebih buruk. Terlebih bila ucapan atau sikap yang terlontar itu dari orang terdekat seperti keluarga, teman, rekan kerja atau pasangan. Kalau kita melakukan satu kesalahan ataupun ada kekurangan, kita diomongin. Kita nggak salah atau punya banyak Kelebihan, diomongin juga cuyy! Sesuatu yang sudah lewat pun tidak luput juga dari omongannya. Asal tahu aja, toxic person biasanya juga manusia yang julid, apa-apa yang ada dalam diri orang lain selalu di julid-in.

Misalkan kita pernah merasa punya perasaan seperti marah, kesel, ataupun kadang tidak ikhlas mema’afkan, tidak usah khawatir, menurut saya sih manusiawi ya. Tidak termasuk manusia sensi atau baperan juga karena itu adalah bagian dari siklus manusia normal dan masih memenuhi kriteria norma umum. Ada saatnya kita melepaskan kekesalan terhadap orang yang selalu ngatain kita beginilah, begitulah, bla bla bla..." intinya, kita sudah disakiti tapi kok malah dihakimi, sakit ? Iya pasti sakit lah, namanya juga punya hati. Sakit tapi tidak berdarah .... Hiks. Dan virus toxic manusia macam begitu lama-lama bisa nular tuh. Serba salah ya, nggak enak juga kan jadinya kalau dekat-dekat. Bisa merusak diri ! Orang seperti ini memang harus dihindari, ibarat racun mereka akan meracuni, menyakiti, membuat lumpuh, baik dengan ucapan ataupun tindakannya.

Kalau pengalaman saya pribadi banyak banget tuh. Mungkin saya juga semi toxic person tapi juga sering di julid-in, kesannya malah jadi saling berbalas racun ... he he he. Itu dulu lho ya, sekarang udah beda lahir batin. Jujur, saya sering merasa geli sendiri kalau mengingat kejahilan saya dulu. Hobi komen dan jari-jari bawaannya gatel nekan tombol enter melulu. Nambah-nambahin dosa dan kurang kerjaan banget ... LoL. Suka julid-julid yang unfaedah. Apalagi sama yang suka nyampah, komen-komen nggak penting di lapak saya. Semakin bertambahnya umur, pertemanan memang saya batasi, tapi perkenalan saya perlebar. Biasa, pengalaman pahit. Banyak yang ngaku-ngaku dekat tapi kok perilakunya gitu-gitu amat, kesannya malah sotoy abis. Nggak sedikit juga yang menjurus ke fitnah. Kasihan tapi sekaligus geli saya mah ... he he he. Maksudnya apa coba ? Nyenggol mereka aja nggak pernah. Mau nggak mau saya mesti jaga jarak ya. Nggak pilih-pilih sih tapi alam-lah sebenarnya yang akan menyeleksi. Kalau saya sering terlihat sendirian bukan berarti kesepian, sombong, tidak punya teman, tdak ada yang naksir ataupun tidak mau bersosialisasi. Pasti ada lah beberapa orang yang dekat dengan saya, tidak perlu saya tunjukkan orangnya.  Meski jarang ketemu tapi kita punya selera yang sama, receh-nya juga sama, betah ngobrol, suka jalan, ketawa ketiwi, intinya bener-bener partner in crime ... LoL. Relationship yang sehat buat saya pribadi, yang terpenting saling menghormati, menghargai, jujur dan support satu sama lain. Kalau tidak tahu, ya jangan sok tahu dan nggak perlu julid-julid abis juga ke orang lain.

Back to topic, banyak orang yang buta dan tidak menyadari kalau mereka telah terjebak dalam hubungan beracun. Bahkan mungkin juga telah tertular toxic-nya. Ada yang merasa karena tidak enak hati, istilah Jawanya sih pekéwuh alias sungkan. Jadi lebih suka diam atau membiarkan dengan alasan toleransi. Hmm ... gue banget nih ... LoL. Padahal kalau dipikir lebih dalam lagi, hubungan seperti ini hanya akan membawa keburukan pada diri masing-masing. Nggak perlu takut juga kehilangan teman yang ber-toxic. Di alam nyata masih banyak kok orang baik dan berpikiran positif yang mau berteman dengan kita.

Menjalani hubungan dengan orang lain secara dekat memang menjadi kebutuhan sosial setiap manusia. Memang sih, tidak semua hubungan yang kita miliki merupakan hubungan yang sehat. Berbeda pendapat itu hal yang biasa. Namanya juga manusia, nobody’s perfect in the world. Sangat jarang sekali seseorang memiliki ketulusan dan keikhlasan. Ana uhibbuka fillah ... cie ... he he he. Rasa sayang yang sewajarnya, rasa aman, saling peduli, bebas mengutarakan pikiran dan pendapat, serta saling menghormati perbedaan yang ada. Kita tidak bisa membiarkan diri terjebak dengan orang yang salah. Membiarkannya melakukan kesalahan atau lebih parah lagi ikut men-dzalimi orang lain. Itu juga bukanlah sebuah keputusan yang bijak dalam menjalani kehidupan. Sama saja seperti kita tidak menyayangi diri sendiri." A nice person " bukanlah orang yang membiarkan kesalahan, tetapi orang yang bisa memberikan sesuatu yang positif, pendapat yang baik tanpa meremehkan, merendahkan dan menghakimi.

Jangan pernah lupa kalau sebagai manusia kita juga punya harga diri. Jangan pernah kita kehilangan hal tersebut karena hanya akan membuat kita terjebak dalam hubungan yang menyakitkan. Berhati-hatilah dengan manusia beracun. Umumnya mereka itu drama person, sok playing victim untuk memperdaya dan mencari simpati. Jangan sampai tertipu dengan permintaan maaf dan berjanji akan berubah. Percayalah, tidak sulit bagi mereka kecanduan dengan rasa simpati kita. Kejadian seperti itu akan terus berulang, lagi dan lagi. Kalau kita tidak tega dan berharap dia akan berubah suatu saat nanti, it's impossible.  Tidak ada yang betul-betul berubah jika itu sudah menjadi karakter. Dan kita tidak punya tanggung jawab apapun untuk mengubahnya. Perlu diingat juga, setiap manusia pasti akan menuai hasil perbuatannya sendiri, sooner or later.

Manusia dituntut agar smart dalam situasi apapun khususnya dalam pergaulan karena selama hidupnya kita akan bertemu dan bergaul dengan berbagai macam orang. Ada orang yang baik, buruk, terlihat baik padahal penipu, terlihat seperti penjahat ternyata orang yang baik dan sebagainya. Jadi kepekaan hati dalam menilai seseorang harus diasah agar tidak salah dalam bergaul yang bisa berakibat fatal dimasa depan.
                                     
Bertemu dengan orang-orang seperti itu memberi saya pelajaran dan ada banyak hal yang tidak terduga. Seperti halnya kebahagiaan tumbuh hanya dengan hal yang sederhana yang terkadang banyak orang yang tidak peduli. Bagaimana mereka menghadapi kenyataan dengan penuh keikhlasan, saling toleransi satu sama lain, begitupun dengan rasa saling menyayangi dan berbagi.

Pada Intinya menjalani kehidupan sebagai manusia memang tidak mudah. Hal itu juga bukan menjadi alasan untuk tidak menjadi seorang yang baik dan bermanfaat bagi orang lain. Menghindari toxic people dalam relationship itu wajib. Tapi bukan juga berarti harus memutus tali pertemanan. Tetap jalin komunikasi yang baik. Yang bisa kita lakukan hanya mengurangi intensitas bersama secara perlahan-lahan. Menjaga jarak tanpa meninggalkan kesan negatif. Saya tidak menganjurkan untuk su’udzon lho ya, cuma berhati-hati aja. Jalani hidup dengan kebahagiaan dan tanpa beban. Be a Good Person ! Say goodbye to toxic people. Daripada menjadi malapetaka, menambah dosa dan sakit hati pula, iya nggak ?

Last but not least ... ambil baiknya aja ya, mohon maaf kalau ada kesalahan kata-kata. Sampai jumpa di topik selanjutnya ... Have a nice day.


Sunday, 29 July 2018

ROMANCE SCAMMER


Lama nggak ngeblog padahal banyak tema menarik yang ingin saya tulis, termasuk yang satu ini. Tema yang menarik soalnya menyangkut soal cinta. Tapi kok agak males-males gimana gitu, mungkin karena saya sudah banyak mengurangi kegiatan di dunia online, umur semakin uzur. Sadar diri-lah, sudah tua, gendut dan jelek pula. Mengalah sama orang-orang jaman now .... LoL. Okee, mari dilanjut ...

Berita tentang scammers cinta sudah menyebar kemana-mana, tapi di hari ini masih saja ada wanita dan pria yang tertipu. Para korban itu bukan hanya orang Asia, tidak sedikit orang Amerika dan Eropa yang menjadi korban scammer cinta. Mereka bukan hanya kehilangan uang ratusan juta, tapi juga patah hati. Belum lagi rasa malu pada diri sendiri dan keluarga atas kebodohan yang mereka lakukan. Sepupu saya pun juga nyaris jadi korban, plus pengalaman pribadi saya. Jadi, saat nulis yang begini nih, rasanya seperti Deja Vu ... he he he.

Saya pribadi, baru tahu tentang scammers cinta itu di tahun 2010, sekitar bulan April atau Mei, kalau tidak salah. Awalnya ada yang meng-invited saya via email, setelah saya buka ternyata dating online dan sudah registered disitu. Entah siapa yang jahil karena tidak ada yang mengaku, tapi pasti lah orang yang tahu saya banget ... LoL. Situsnya lumayan ketat, aman sih sebenarnya. Hanya yang membayar yang bisa mengirim email dan berinteraksi dengan sesama member. Yang standart member hanya bisa melihat foto dan profil atau main kode-kodean aja. Meskipun begitu, saya pasang kuda-kuda juga dengan mengganti email dan password. Benar aja, setelah itu terus bermunculan di email ads situs-situs dating online gratisan yang lain, saat itu mulai-lah saya berinteraksi dengan yang namanya scammers. Maklum, kalau gratisan mah bebas mau chatting atau kirim email. Pastilah, banyak pengikutnya sekaligus scammer-nya juga. Setiap hari, ada aja email dan chat masuk yang berisi rayuan dari para scammers ini. Buat saya sih sangat mengherankan, lucu dan sekaligus menggelikan. Bagaimana tidak, belum pernah kenal apalagi bertemu tapi kok udah manggil sayang. Awalnya sih saya pikir saking seriusnya nyari jodoh. Nah, yang ini nih, sindrom para pencari jodoh, disayang dikit aja langsung terbang melayang. Sayang pala lu jadi peyang kali maksudnya ... he he he. Pada dasarnya, dengan orang sebangsa aja saya hati-hati, apalagi dengan orang luar, super extra hati-hati. Dari situ saya mulai berpikir, mana ada nih orang yang hanya liat foto tiba-tiba langsung melamar dan ngajak nikah plus dengan janji yang so sweet banget. Apalagi kalau mereka adalah pria kaya, profile pics-nya ganteng maksimal, bisnisnya bertaburan dimana-mana, sering travelling keluar negeri, bener-bener out of common sense dah.

Bagi orang yang awam dengan dunia maya pasti tidak paham dengan romance scammer. Scammer adalah orang yang berusaha memperdaya korban untuk mendapatkan uang, harta benda, tubuh atau hal lainnya. Jadi, scammer cinta adalah orang yang berusaha memperdaya korbannya dengan mengatas namakan cinta. Dan scammer itu pandai sekali mempermainkan perasaan, Pemberi Harapan Palsu alias PHP. Dan yang tertipu itu bukan karena tinggi rendah pendidikan lho ya, wanita dan pria bertitel pun banyak yang menjadi korban. Entah itu sudah menikah ataupun masih single. Bagi yang tidak punya pasangan atau masih single, karena saking lelahnya mencari jodoh, begitu ada yang gombalin langsung diterima begitu aja. Jeritan hati yang terpendam nih, hiks .... 

Tak bisa dipungkiri setiap orang pasti membutuhkan pendamping hidup. Dengan berkembangnya teknologi, mencari pasangan saat ini tidak lagi menggunakan pendekatan tradisional seperti dijodohkan, dikenalkan sama teman, hang out di kafe dan bertemu dengan mereka secara langsung atau bertatap muka. Semua orang di seluruh dunia bisa berinteraksi dalam hitungan detik, entah itu dalam lingkup pertemanan ataupun bisnis. Berjodoh via online mungkin saja, kan ? Kenyataannya ada juga kisah-kisah dari mereka yang sudah mencobanya, baik sengaja mencari jodoh ataupun tidak sengaja berjodoh akibat adanya interaksi di dunia maya yang intens. Teman saya ada yang berjodoh dengan pria asal Swedia, berinteraksinya juga hanya melalui Yahoo Messanger saat itu. Teman sepupu saya juga menemukan jodohnya via dating online. Kalau ada yang berpendapat dating online adalah tempat untuk orang yang desperate, sepertinya mereka keliru. Sebagai manusia, kita hanya wajib berikhtiar, soal jodoh atau tidak, biarkan takdir yang menjawabnya. Yang perlu diperhatikan, dibalik semua kenyamanan itu perlu juga kita sadari kalau ada resikonya. Akan menjadi masalah besar ketika oknum-oknum penjahat cinta berada di dalamnya. 

Situs dating online menyaring jutaan orang di database mereka untuk menemukan pasangan yang dirasa cocok dengan kriteria kita. Dengan mudah kita dapat menelusuri profil orang melalui PC, laptop atau smartphone. Hanya dengan sekali klik, ratusan profil bisa kita lihat. Tidak perlu heran kalau satu orang bisa chat dengan duapuluh orang. Banyak pilihan gitu loh. Suka, lanjutkan. Begitu bosan atau sudah tidak suka, singkirkan atau menghilang begitu aja. Kesannya kok kayak beli makanan, enak habiskan, nggak enak langsung buang. Kalau profil dan data diisi dengan jujur sih, bukan masalah ya. Tapi kalau palsu ? Dan fake account modus seperti ini juga tidak sedikit. Nama palsu, biografi palsu dan foto palsu. Ada juga profil cewek dengan user laki-laki dan profil cowok dengan user perempuan. Bukan tidak mungkin kalau si pemilik web juga scammer, lho kok bisa sih ? Jangan salah ya, tujuan mereka membuat akun palsu wanita cantik atau pria tampan dengan menggunakan gambar yang diambil dari mana saja di internet untuk memikat pendatang baru dan membuat mereka membayar demi mendapatkan info lebih lanjut. Entah itu foto siapa yang diambil, yang penting bisa membuat user penasaran dan tertarik untuk berinteraksi. 

Berdasarkan pengalaman saya nih, dating online gratisan adalah gudangnya romance scammer. Dan scammers ini bukan hanya lelaki, tapi wanita juga. Wanita dan pria good looking dengan kelakuan terbaik, termanis, bisa menerima kita apa adanya umumnya adalah scammer. Karena mereka sangat berpengalaman menipu orang, scammer ini tidak hanya manis tapi bisa juga super duper pengertian dan juga super agamis. Dan yang pernah berinteraksi dengan saya di antaranya seperti ini, pria tampan mencari jodoh dan ingin menikah, pria yang mengaku masih single, duda dengan beberapa anak, pria bercerai, pria yang istrinya meninggal, CEO perusahaan, pilot, pramugara, agen yang menawari pekerjaan menjadi model, pebisnis handal yang dermawan, dan masih banyak lagi. Terlalu panjang kalau dijabarkan satu persatu. Jadi, dari sini mungkin kita sudah tahu alasan mengapa banyak orang terjebak dengan scammer cinta dunia maya.

Si scammer ini biasanya menggunakan foto-foto dan atau identitas palsu dari orang-orang ganteng, cantik, body sexy, atletis, orang beken, tentara dan pebisnis mapan yang diambil dari google atau majalah model. Fotonya sih asli tapi milik orang lain, namun disalahgunakan oleh si scammer itu. Ada foto Sami Yusuf, Amr Diab, Adam Levine, Hamdan bin Mohammad Al Maktoum, US Army dan serupa artis-artis Hollywood dengan body kekar plus brewoknya yang menawan. Foto Jonathan Frizzy dan Mike Lewis juga ada lho. Liat tampang ganteng aja sudah klepek-klepek apalagi ditambah dengan rayuan maut dan perlakuannya yang so sweet bingits. Untung aja, akal sehat saya selalu on. Lagian, bego bener yang memakai foto-foto itu, sudah pasti tercyduk alias ketahuan. Tampang kayak Sami Yusuf ngapain juga nyari teman atau jodoh, jadi rebutan kali ? Kalau mau mencari istri, ya nggak mungkin-lah milih tampang buntelan kayak saya ... he he he. Untungnya, meskipun kadang suka ngenes, saya tidak termasuk manusia yang ge-eran, baperan, gampang melted, pokoknya mental baja berat, bukan baja ringan dan satu lagi, bukan tipe dungu permanen ... LoL. 

Ini beneran serius lho, kalau kita tidak memakai akal sehat, bisa-bisa kita akan jadi korban. Apalagi kalau sudah dijanjiin bakal datang ketemu keluarga dan setelah itu menikah. Tanya ini itu, berapa biaya pernikahan, harga rumah dan sebagainya. Saya dulu juga begitu, sempat terlena, omongané kóyó yak yak ó. Tapi feeling saya mengatakan, kok kayak ada yang nggak beres nih, too good to be true pokoknya. Sepupu saya juga kena php tuh, malahan lebih parah. Sudah bikin pengumuman ke keluarga, minta doa sana sini, rela berlama-lama di toko oleh-oleh, nelpon dan nanyain makanan apa kesukaan yayang peyang palsunya itu, sampai segitunya, eh nggak tahunya plekethis ..... LoL. Ujung-ujungnya malah minta duit dalam jumlah sangat banyak dengan alasan untuk kelancaran pekerjaannya. Tapi begitu akal sehatnya jalan dan tidak menanggapi, nomer sepupu saya langsung diblokir. Alasan scammer minta duit juga beragam, yang pernah minta sama saya diantaranya, karena habis dirampok, anaknya sakit, ngajak patungan bisnis fifty-fifty, mengurus visa dan disuruh membuat invitation letter. Pengen ketawa aja, katanya businessman sukses, pengusaha kilang minyak, soal anak sakit atau bikin visa, itu mah kecil mas Bro, kemana aja duit ente. Masuk ke Indonesia dan menikah disini juga nggak ngabisin ratusan juta kok. Lagian, memangnya ane departemen sosial, duit é mbahmu po ... he he he. Yang lebih menggelikan lagi soal sms dan telpon. Awal-awalnya rajin nelpon dan sms, lama kelamaan balik mereka yang membuat kita yang menghubungi mereka. Alasannya nelpon dan sms mahal, ealaah ... kemana aja janji-janji surga ente, kelihatan nggak modal banget yaak. Yang katanya horang kayah rayah nih, CEO beberapa perusahaan, orang beken, urusan kayak gitu aja kok perhitungan banget. Saya yang pengusaha kecil aja nggak pernah hitung-hitungan soal begituan ... LoL.

Asal tahu aja ya, selain romance scammer, dating site gratisan juga surga bagi para cheater dan prostitusi online. Banyak lelaki mesum yang doyan pamer burung dan minta foto vulgar alias telanjang ... no way lah yaa. Kirim aja foto-foto bugil yang beredar diinternet ... LoL. Parahnya lagi, ada korban yang dengan suka rela melakukan sex cam dan mengirim foto telanjang dirinya sebagai tanda cinta, idih...mau-maunya gitu lho. Tapi itulah keahlian scammer, menguras emosi sampai sedalam-dalamnya. Karena merasa dicintai dan dipuja-puji maka korban rela mengirim foto seperti itu yang sudah pasti akan mengalami banyak kerugian. Kalau disetop, foto disebar atau dibuat akun palsu dengan foto-foto itu. Yang pasti mereka akan diancam karena foto bugilnya sudah di tangan pelaku. Entah fotonya dijual, korban diperas agar terus mengirim uang, atau korban disuruh melayani pelaku via webcam. Yang lebih ngeri lagi, human trafficking. Ada korban yang dijadikan model porno, bintang film porno, bahkan dijual untuk dijadikan pelacur atau pengedar narkoba. Yang jelas, pelaku tidak pandang bulu, yang ada di otak mereka adalah duit ... duit ... dan duit. Jahat sekali ya mereka .... Na’udzubillahi min dzalik. 

Umumnya modus operandi scammer itu sama. Dan scammer ini tidak dimonopoli oleh orang-orang Afrika terutama Nigeria. Ada scammer ganteng dan cantik yang berasal dari Ukraina, Rusia, India, Pakistan, Phillipine, Vietnam, Malaysia, Thailand, Hongkong, Amerika Latin dan juga Indonesia. Sama seperti di negara-negara lainnya, manusia ada yang baik dan ada juga yang bejat plus jahat. Ada yang bersolo scammer alias sendirian, ada juga beberapa orang alias satu tim yang memainkan peran masing-masing. Teman-teman di Facebook atau Instagram-nya mayoritas wanita, kalau mereka pria dan kalau mereka wanita, mayoritas teman-temannya adalah pria. Seringnya sih di private. Biasanya scammer akan add teman - teman si korban untuk jadi korban juga. Jika kita tak dapat melihat teman temannya, lihat fotonya, cek ada berapa yang mengklik like, maka akan terlihat daftar teman-teman nya yang semua cewek atau cowok dari berbagai negara. Mohon maaf, rata-rata kualitas teman-temannya itu juga nggak mutu.

Kalau kita waspada, super teliti, a good listener and good observers, kita bisa mengenali kebohongan mereka dengan mudah karena orang yang berbohong harus punya persiapan yang baik agar kebohongannya terlihat sempurna. Kalau ada info atau kelakuan yang tidak sinkron itu sudah warning dan mesti hati-hati. Sepintar pintarnya orang pandai berbohong, pasti ada slip-nya juga, iya nggak ? Kalau fotonya palsu, nama yang dipakai pasti juga palsu. Mereka tidak mau menunjukkan nama asli, tapi menuntut kita yang harus jujur sama mereka dan marah saat ditanya secara detail mengenai identitasnya. Manfaatin aja Google search engine dan sejenisnya, termasuk media sosial. Yang pasti, kalau dekat dengan kantor kedutaan, bisa ditanyakan langsung kesana, tapi kalau jauh ya delete aja. Untuk meyakinkan korban, si scammer ini kadang juga tidak segan menunjukkan identitas diri tanpa diminta. Paspor palsu, visa palsu, KTP palsu, kartu pegawai palsu, rumah palsu, foto keluarga palsu dan semacamnya di awal perkenalan. Yang amatiran pasti bohongnya terlihat ngaco parah dan serapi apapun mereka mempersiapkan kebohongan pasti cepat ketahuan. Umumnya, mereka juga minta data diri kita dengan alasan yang nggak jelas. Jadi, jangan mudah percaya kalau mereka minta password email, alamat rumah dan nomer rekening bank dengan alasan mau transfer uang, mengirim perhiasan atau hadiah ke kita. Bohong abis tuh ...

Tata bahasa mereka juga umumnya sangat berantakan. Mengaku lulusan S2 dan S3 dari universitas beken di USA atau UK, tapi tata bahasanya hancur minah saat chatting. Pernah lama di satu negara, tapi bahasa negara tersebut saja tidak tahu. Saya yang nggak pernah kemana-mana aja tahu kok, bahasa monyet pun saya paham ... LoL. Yang ini nih, kehadiran mereka juga susah diprediksi, sering mematikan handphone dan sering raib saat online. Dia akan mengada-adakan alasan supaya keberadaannya timbul tenggelam, karena susah sinyal, super duper sibuk atau sedang berada diluar negeri. Sibuk 36 jam sehari pokoknya ... he he he. Jawaban yang didapat kalau kita tanya sesuatu, mengirim email, offline message atau sms pun sering tidak nyambung. Tapi begitu kita tanya-tanya tentang dirinya secara detail, mereka langsung marah dan main blokir juga, tercyduk nih yee ... LoL. Kalau kita berkomunikasi via telpon, biasanya suaranya merdu seperti buluh perindu, muji-muji, gampang sekali bersumpah, ngomong yang seharusnya tidak perlu diomongin, menguras hati dan gombal mukidi banget. 

Intinya, scammer cinta di sosial media itu tidak mau nunjukin diri sendiri secara langsung. Pelaku juga tidak pernah mau untuk melakukan video call, karena hal ini bisa membuat penyamaran mereka terbongkar. Profil picture aduhai padahal aslinya wkwkwkwk ... LoL. Tapi bisa juga lho mereka menyuruh orang lain untuk menggantikannya di depan cam. Saya pernah nemu yang seperti itu, face to face via cam. Akun sama tapi orang kok beda-beda ya, ganteng-ganteng sih sebenarnya ... hahahayy. Ganteng-ganteng tukang ngapusi. Chatting juga begitu, saya merasa seperti ngobrol sama beberapa orang dalam satu akun. Meskipun tidak sering, penting juga pakai cam. Saat berinteraksi lewat media ini, kita bisa menilai sendiri secara langsung, mereka manusia beneran yang mau menjadi teman, pacar atau sekedar iseng. Tapi jangan salah yaak, para tukang selingkuh juga sering menggunakan video call sebagai sarana having fun gratisan. Itu salah satu sebab mengapa saya tidak pernah mau memakai fitur video call karena banyak hal yang tidak senonoh disana. Selain karena belum mandi, suka ngupil, suka kentut dan sering pake koyo salonpas ... LoL.

Dulu ada scammer yang ngakunya sih tinggal di London dan memberi saya nomor +44 70XXXX, dua nomor malah. Katanya sih yang satu khusus untuk sms, yang satunya buat nelpon. Dikiranya saya Oneng tuh, bego abadi. Yang tidak mengerti pasti mengira kalau benar-benar dari UK, sekilas sih mirip banget dengan nomor yang digunakan tante saya saat tinggal di Leeds ( +4477XXXXX ). Padahal +44 70 adalah sebuah sistem telekomunikasi di UK yang disebut 070 Follow me Numbers dan ini bisa diakses dari mana saja. Biasanya scammers menelpon dari Nigeria dengan menggunakan 070 ini. Kuncinya, kalau gadget canggih, maka otak kita juga harus ikut canggih dong. Kenali nomor telepon yang mereka gunakan, kalau mereka jujur, mereka akan menggunakan nomor yang sesuai dengan negara dimana mereka tinggal. Yang penting nih, tanggapi scammer dengan tenang dan santai, apapun yang mereka katakan. Yang saya lakukan dulu juga begitu, tetap bersikap sopan meski kadang saya tanggapi juga kalau saya lagi kumat isengnya. Lucunya, para pelaku yang tidak berhasil mengambil uang kita pada akhirnya akan meneror dengan mengirimkan pesan-pesan kasar dan jorok. 

Geregetan ya, kalau membaca ulah-ulah scammer. Sedih kalau mendengar cerita dari korban-korban mereka. Apalagi kalau kita juga mengalami meski tidak separah mereka yang kehilangan uang dan kehormatan. Selain mengusik kebahagiaan pribadi kita, perbuatan mereka juga sangat melecehkan. Jujur, meskipun kadang saya menanggapi kalau sedang kumat iseng, sebagai wanita ada perasaan tertohok karena dianggap bodoh, tolol dan dungu permanen. Saya tahu, tapi memang sengaja saya biarkan. Karena saya yakin bahwa setiap perbuatan kan pasti ada balasannya. 

Nggak adil ya kalau membicarakan sisi buruk dunia maya. Biar balance dan tidak keburu paranoid atau langsung antipati dengan pencarian jodoh online, karena dulu saya juga begitu. Seperti yang tadi diawal saya bahas, ada kok, yang ketemu sahabat baik dan berjodoh lewat internet. Ada cara untuk memastikan teman online kita bukan seorang scammer. Lebih aman kenalan di grup online komunitas tertentu daripada sekadar random chat, seperti grup penulis atau blogger. Biasanya sih, mereka menggunakan nama asli dan lebih jujur. Kalau dating online, meskipun bukan jaminan tapi pilihlah yang berbayar. Gunakan video call untuk memastikan, meskipun bukan jaminan juga karena yang namanya penjahat, apapun pasti dilakukan termasuk menyuruh orang lain menggantikan mereka. Tidak perlu sering, yang penting kita tahu ada yang mencurigakan atau tidak. Kalau mereka menghindar, sudah pasti fix 100% scammers. Tapi tidak mau menggunakan video call juga bukan berarti scammer lho ya. Ehm ... contohnya yang punya blog ini ... he he he. Mungkin ada yang mengira scammer karena saking pelit dan protektifnya saya dalam berbagi info. Udah pelit, jelek, galak pula ... he he he. Mohon maaf yaa, saya a real person, bukan si tuti alias tukang tipu atau tukang PHP. Kalau mau tahu tentang saya ya datang aja ketemuan. Kalau mereka yang nyari seribu alasan dengan tidak jadi datang berarti mereka sendiri yang scammer, simpel kan.

Prinsip saya, jika suatu hubungan sudah di awali oleh kebohongan, kelanjutannya bakalan ada kebohongan yang lainnya. Bukan masalah SARA, pelit atau kita tidak mau memberi pertolongan. Asal tahu aja, cara-cara yang dilakukan scammer itu jahat sekali, lebih jahat dari perampok. Jangan mudah terjebak apabila seseorang yang tidak kita kenal padahal kita tidak memasang profil pics, tiba-tiba ngajak nikah, mau mengirimkan barang, uang, perhiasan, minta sumbangan kemanusiaan dan sebagainya. Intinya apabila kita mengenal seseorang dari internet bagaimanapun dekatnya hati kita padanya, apabila persahabatan atau kedekatan di internet sudah berurusan dengan uang misalnya minta tolong dengan meminjam uang atau keadaannya sangat terdesak dan membutuhkan bantuan finansial segera dan tidak ada yang dimintai tolong selain kita, maka yang harus kita lakukan adalah menyudahi hubungan karena kemungkinan besar mereka adalah scammer. Tapi kalau kita yakin dia bukanlah seorang scammer seperti yang kita tuduhkan, maka lebih baik kita mencari sedetail mungkin informasi tentang dia. Sederhana aja, dari akun-akun yang dimiliknya sebenarnya sudah terlihat kok. Biasanya kalau real person itu malah kelakuannya ngeselin banget ... he he he. Lagipula, sudah banyak kok grup-grup online pemberantas scammer cinta, banyak manfaatnya kalau bergabung disana.

Selalu gunakan logika kita. Yang lebih penting lagi, jangan baperan alias terlalu berharap. Menemukan seseorang yang benar-benar tulus dan punya niat baik itu susah banget. Di dunia nyata aja susah, apalagi di internet, ibaratnya seperti mencari jarum dalam sekam. Dan perlu juga diingat, dunia nyata itu beda sama film roman. Jangan gampang percaya dengan konsep basi yang bernama love at the first sight. Semua perlu proses, bahkan untuk sekedar mendapatkan air panas pun kita mesti merebus airnya terlebih dahulu. Jalani saja dan bertemu secara face to face, person to person. Apapun hasilnya nanti, kita harus berani memutuskan, mau lanjut apa cukup sampai disini. 

Memang sih, tidak ada yang gratisan di dunia ini, teman. Ke toilet umum aja bayar, yang gratis itu cuma kentut dan ngupil .... he he he. Kalau mau mendapatkan pria ganteng sholeh kaya raya tajir melintir tak akan datang dengan mudahnya. Tiba tiba mak teplok muncul di Facebook, dating online, Instagram, Line atau web lainnya lalu mengajak kenalan dan menikah, itu cuma khayalan saja. Kalaupun ada hanya ada satu diantara seribu. Percaya deh, saya nulis novel atau novellete aja nggak ada cerita seperti itu. Ada proses yang mesti kita lalui. Yang paling penting memperbaiki dan memantaskan diri, banyak-banyak berdo’a agar tidak salah melangkah dan selalu dalam lindungan ALLAH, SWT. Waspada dan hati-hati itu wajib asal jangan sampai terlalu paranoid dan mencurigai semua orang yang mengajak kenalan lewat online sebagai scammer, tidak perlu segitu juga, yak. Ada kok yang benar-benar baik dan siapa yang tahu kalau mereka adalah jodoh kita. Percayalah, semua niat baik itu pasti dikasih jalan lapang. Semoga ALLAH, SWT selalu melindungi kita semua. 


... آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ 

Monday, 5 February 2018

POST



Kembali nge-blog lagi setelah jungkir balik menidurkan si mumun yang sepertinya mau memberontak, mulai dari fatigue, malas, gatal, kaki bentol-bentol, badan pegal, ngilu, napas berat dan pandangan mata yang nggak nyaman. Efek dari super blue blood moon yang cetar membahana di seluruh jagad raya. Harap maklum, curcol the warrior ... LoL. Semoga kedepannya tidak begini lagi ... Aamiin.

Back to topic. Manusia jaman now mana nih yang nggak kenal kata post atau posting. Kalau dijaman dulu, kata-kata post itu identik dengan surat menyurat atau kegiatan korespondensi yang melibatkan kantor pos, perangko, amplop, surat, kartu pos dan sejenisnya. Posting didalam sistem akuntansi adalah pemindahan dari buku jurnal ke buku besar dengan cara otomatis oleh komputer atau auto posting. Tapi lain dulu lain sekarang ya, istilah post atau posting semakin tenar seiring dengan semakin banyak pengguna internet atau netizen yang aktif di media sosial. 

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan setiap orang dari semua golongan bisa memiliki media sendiri. Media sosial menjadi sebuah sarana untuk mem-posting atau cara bersosialisasi satu sama lain secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa batasan ruang dan waktu. Dimanapun kita berada, tidak peduli seberapa jauh jarak, entah siang atau pun malam. Sebuah wadah modern untuk memudahkan komunikasi kita dengan manusia lainnya melalui chat, email, offline message dan media sosial lainnya. Dari situ kita bisa mengetahui kegiatan semua orang, baik yang sudah kita kenal di dunia nyata maupun yang belum pernah kita temui sebelumnya. Sebenarnya banyak manfaat dari sosial media, salah satunya adalah kita bisa berinteraksi dengan mudah dan mempererat tali silaturrahmi dengan mereka hanya dengan sekali sentuh dan klik. Kita juga bisa mengomentari kegiatan mereka melalui update status atau aktivitas yang mereka posting di media sosial. 

Didunia nyata, untuk memiliki media elektronik yang menjadi sarana informasi seperti TV, radio, koran, majalah ataupun tabloid membutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak. Seorang pengguna media sosial bisa memposting sesuatu dan mengaksesnya dengan jaringan internet yang lambat sekalipun, tanpa biaya yang besar, tanpa alat mahal dan bisa dilakukan sendiri tanpa karyawan. Mulai dari mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video dan berbagai content lainnya sebebas-bebasnya. Dari situ kita juga mengenal adanya istilah selebtweet, selebgram dan lain-lain. Hal ini menjadi bukti bahwa media sosial bisa memberikan jati diri baru bagi seseorang melalui postingan.

Post, update status dan share adalah salah satu cara mengekspresikan diri sehingga setiap orang bisa menjadi apapun dan siapapun di dunia maya, dunia yang bebas tanpa batas. Seseorang bisa menjadi sangat berbeda kehidupannya antara didunia nyata dengan dunia maya, seperti yang banyak terlihat dalam jejaring sosial. Seseorang yang bukan apa-apa seketika bisa menjadi besar dengan media sosial, begitupun sebaliknya orang tadinya ”apa-apa” dalam sedetik bisa menjadi tidak ada artinya di media sosial.

Tidak dipungkiri kalau di jaman sekarang setiap orang menjadi ingin terkenal. Mulai dari yang muda sampai yang tua. Tapi bagi mereka yang mulai kehilangan kontrol di media sosial, perlahan dia akan mulai kehilangan jati diri yang sesungguhnya. Karena terlalu sering menuai pujian di dunia maya, lama kelamaan “ artis ” media sosial itu mulai memunculkan sesuatu yang palsu. Gambaran yang sangat jauh dari realita. Apalagi kalau ditambah dengan adanya persaingan terselubung akibat terlalu kepo dengan netizen lainnya. Mereka jadi sering mengupdate gaya hidup yang lebay alias terlalu diumbar-umbar, postingan yang menunjukkan kalau dirinya yang paling top markotop dan semua jenis kesombongan-kesombongan lainnya demi mendapatkan like atau jempol. Bayangkan aja, memaksakan diri dengan update status atau memposting di dunia maya hanya untuk sebaris komentar dan sebuah emotikon bergambar jempol. Kalau artis beneran atau pembuat konten yang bagus dan bermanfaat, ngejar jempol pasti dapat bayaran ya, lha kalau orang biasa dengan postingan yang tidak bermanfaat dapatnya apa coba ?

Memang ada sebagian orang yang menggunakan sosial media secara positif. Sebagai sarana untuk berbisnis, promosi, informasi, edukasi, dakwah dan silaturrahmi. Tapi tidak sedikit juga yang menjadikannya sebagai sarana untuk memamerkan sesuatu atau menjadikan sosial media sebagai sarana untuk mengeluarkan pendapat yang justru mengganggu kenyamanan orang lain, seperti merasa dirinya yang paling “ ter “ dalam hal apapun. Yang lebih parah lagi, yang menjadikan medsos sebagai diary. Semua permasalahan dalam kehidupannya diobral gratis habis-habisan. Setiap menit pasti posting sesuatu, entah itu di medsos ataupun grup chat.

Post, update dan share sebagai sarana berekspresi bukanlah sesuatu yang salah. Namun yang seringkali terjadi adalah adanya ketidaknyamanan yang kita rasakan saat bertemu orang yang berlebihan dalam memposting. Masalahnya adalah saat orang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk berekspresi tanpa batas kebanyakan pada lupa aturan dan kehilangan tata krama, contohnya nih, spam, hate speech, bullying dan narsisme. 

Sudah bukan rahasia, gara-gara media sosial orang jadi mulai lupa cara bersosialisasi didunia nyata. Hal ini terjadi karena mereka berpikir di media sosial semuanya semua orang bebas berekspresi, padahal kenyataannya tidak. Sudah banyak kejadian orang kehilangan “ hidupnya ” gara-gara berkomentar dan mem-posting atau meng-update status yang berlebihan di media sosial. Ada yang bercerai, dipecat dari tempatnya bekerja, dipenjarakan karena dianggap menghina, kehilangan rekan bisnis, putus tali silaturahmi dan lain sebagainya. 

By the way, dulu saya juga sempat begitu tuh, diawal-awal punya akun FB. Tapi ini cerdul alias cerita dulu lho yaa. Sempat juga sih ikut-ikutan update status, posting ini itu kayak orang-orang. Penasaran karena anak-anak yang dulu kos dirumah nenek saya setiap menit yang diomongin posting, sharing, status, update. Mereka juga yang ngajarin saya tapi juga ngledek, kudet alias kurang update. Kalau saya baca sekarang ini kok rasa-rasanya konyol banget, berasa seperti orang sakit jiwa, otak nggak sehat dan ora mutu babar blas. Bukan artis, milyuner atau pejabat penting, just an ordinary person aja kok gayanya sok-sok an ... LoL. Lama-lama ya sadar diri juga, buat apa postang-posting atau update status. Sudah pasti lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Setelah itu langsung dah, jarang update status. Karena saya cuma seorang tukang masak dan dodolan kue, sekarang yang sering saya posting tentunya makanan dan resep. Kadang juga kata-kata puitis kalau mental kuli tinta-nya lagi keluar. Saya juga lebih suka share postingan orang lain, tentunya hal yang positif, edukatif dan lebih bersifat informasi. Itupun kadang ada juga “ pemirsa ” yang sering gagal paham atau mungkin juga galfok alias gagal fokus. Entah karena memang jahil atau mungkin juga karena tidak terbiasa membaca caption dengan baik kali yaa, jadinya komentarnya agak-agak nylenéh. Kalau ada yang seperti itu biasanya sih saya balas emoticon senyum aja biar tidak panjang urusannya. Saya mah tidak peduli, mau dikomen apapun atau tidak, dikasih jempol atau tidak, nggak pernah saya pikirkan. Kalau mau posting ya posting aja, orang lain mau suka atau tidak ya, monggo kerso panjenengan mawon ... 

Jujur, meskipun dulu ikut-ikutan memposting sesuatu tapi kalau ada postingan yang agak gimana, ya rasanya biasa aja tuh. Cuma kalau ada yang komen kadang saya tanggapi. Lagipula, dasarnya saya juga lebih suka berinteraksi secara langsung, eyes to eyes, head to head. Nggak suka bekompetisi, slow action, nggak ngoyo dan termasuk moody. Lebih suka menjalani hidup apa adanya, alon-alon asal kelakon, nggak akan lari gunung dikejar, biar lambat asal selamat, nggak akan balas nabok kalau nggak duluan ditabok, gelem yo syukur nek ra gelem yo wis. Soal kepo, hmmm ... kadang sih ... he he he, ngaku nih. Tapi jangan salah nggih, nggak pernah bermaksud apa-apa, hanya sekedar melihat-lihat aja dan tidak pernah menjahili. 

Memang sih, selama kita masih main-main dengan media sosial, kita tidak bisa menghindari berinteraksi dengan orang-orang seperti itu. Entah itu yang suka pamer, jahil, sok bergaya artis, dan lain sebagainya. Mau tidak mau kita juga pasti membaca update status ataupun postingan milik orang lain. Entah itu yang kita kenal ataupun tidak kita kenal. Tidak kita kenal dalam hal ini karena kita tahunya hanya didunia maya. Kalau dengan orang yang sering kita temui tentunya tidak ada masalah ya. Meskipun orang yang pernah kita temui dulu mungkin orang yang sama tapi di jaman now perilakunya sudah berbeda. Lain di postingan, lain pula di kenyataan. Setahu saya dunia maya itu memang bisa merubah segalanya, mulai dari perilaku, cara berpikir dan cara bertutur. Ada yang positif dan ada pula yang negatif. Hanya manusia yang kuat mental warasnya aja yang tidak berubah.

Kalau saya nih, walaupun mereka adalah teman kita di dunia nyata, entah dijaman old atau jaman now, nggak perlu ragu untuk meng-unfollow seandainya akun-akun mereka mengganggu kenyamanan kita. Unfollow kan juga tidak berarti kita putus silaturrahmi. Karena bagaimana pun juga, tujuan kita untuk memiliki sosmed adalah sebagai kelancaran komunikasi dan kenyamanan kita sendiri. Bukan untuk orang lain. Mempertahankan akun yang mengganggu itu, hanya akan membuat diri kita semakin teracuni. Kita hanya akan menambah dosa terutama untuk diri kita sendiri. Karena bisa jadi kita ngedumel alias menggerutu dalam hati ketika akun tersebut sudah mulai memposting atau meng-update sesuatu. Kalau update yang positif dan bersifat informasi sih, nggak akan ada masalah ya. Tapi kalau sudah menjurus ke profokatif, malah nambah dosa tuh. Dosa jariyah karena yang membaca postingan kan nggak cuma satu dua orang tapi ratusan bahkan ribuan orang. Ibaratnya, menyeret orang lain yang tidak tahu apa-apa untuk berkomentar atas sesuatu yang bukan menjadi urusan mereka.

Feedback dari teman di dunia maya seperti likes atau komentar positif memang bisa membuat diri menjadi lebih baik. Namun kita juga mesti berhati-hati jika hal ini sampai mempengaruhi diri. Jangan sampai menjadi thumb addict dan terobsesi dengan pujian. Kepedulian seseorang tidak bisa dibuktikan dengan jempol yang dia berikan atau komentarnya di postingan Anda. Kehadiran seseorang di dekat Anda lebih penting daripada kemunculan jempol atau komentar di update status kita. Jangan sampai kita kehilangan waktu berkualitas dengan keluarga, sanak saudara dan teman-teman di dunia nyata hanya karena sibuk memposting atau membaca postingan. Mereka adalah the real person yang benar-benar selalu ada untuk kita. 

Last but not least, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati. Diambil positifnya aja yaakk. Semoga ALLAH, SWT memberikan keberkahan di sisa umur kita ... Aamiin Yaa Rabbal Alamiin. 


HAVE A NICE DAY ....





Tuesday, 2 January 2018

NEW YEAR


New Year Eve tulisan-tulisan seperti itu selama bulan Desember selalu bermunculan disetiap sudut, entah itu di dunia nyata ataupun didunia maya. Antusias masyarakat dalam menanti detik-detik pergantian tahun bak menanti malaikat yang turun dari langit. Perayaan pergantian tahun baru masehi, yang biasanya dijadikan rujukan hampir seluruh masyarakat dunia, kecuali beberapa negara tertentu yang tetap memakai sistem penanggalan menurut mereka masing-masing. Biasanya masyarakat jauh-jauh hari sudah membuat rencana perayaan pergantian tahun tersebut, mulai dari Mall, hotel, resto, tempat rekreasi dan berbagai tempat hiburan. Semuanya berlomba-lomba menyemarakkan malam tahun baru dengan membuat acara yang dapat menghipnotis pengunjung agar mendatangi tempat mereka.

Di Indonesia, khususnya kota-kota besar, malam tahun baru banyak dirayakan dengan pesta kembang api dan juga atraksi yang meriah selama semalam suntuk. Hampir seluruh mall dan pusat perbelanjaan mengartikan malam tahun baru sebagai malam gila-gilaan untuk meraup omzet. Malam tutup tahun dengan menggelar diskon besar-besaran, cuci gudang, ngabisin stok. Tapi kok nggak ada yang ngasih diskon sampai 95% yaa, padahal saya punya member card lho. Prinsip ekonominya keluar ... LoL. 

Sebenarnya apa sih makna dari malam tahun baru itu ? Menurut apa yang saya baca dari Wikipedia, malam tahun baru adalah kebiasaan dalam kebudayaan barat untuk merayakannya dengan pesta-pesta atau acara berkumpul bersama kerabat, teman atau keluarga menanti saat pergantian tahun. Kalau menurut masyarakat kita sendiri, ada beragam opini yang beredar di lingkungan sekitar saya. Pada umumnya sih bukan karena menghayati pergantian tahunnya tapi hanya ingin melihat keramaian, atraksi hiburan dan tentunya, kulineran. Sama seperti tante, sepupu dan keponakan-keponakan saya, malam tahun baru, sama malam-malam biasa ngga beda jauh. Cuma malam di tahun baru itu banyak kembang api dan petasan aja, jadi lebih rame. Paling-paling cuma nongkrong di depan penjual makanan. Yang suka belanja belanji juga seneng soalnya banyak diskon. Kalau soal menghayati makna tahun baru, pada saat tahun baru Hijriyah mungkin lebih syahdu karena di Solo perayaan tahun baru Islam ini juga dirayakan. Menjadi ritual wajib dan tradisi karena bertepatan juga dengan datangnya tahun jawa 1 Suro. 

Menurut pendapat saya pribadi, meski malam tahun baru sama seperti malam biasanya, namun setidaknya ada sedikit perbedaan. Meskipun secara logika kita tidak perlu menunggu sampai di akhir tahun untuk menelaah hasil kerja, introspeksi diri atau menunggu sampai awal tahun atau awal tanggal untuk melakukan sesuatu. Ada harapan dan keinginan agar hari esok lebih baik dari hari sebelumnya. Saya sendiri jarang atau malah tidak pernah larut dalam hingar bingar pesta, apalagi tahun baruan. Datang ke kondangan kalau lagi mood atau disuruh mewakili keluarga. Kata sepupu saya, manusia yang lempeng-lempeng aja. Kalau ada yang ngatain saya manusia yang nggak pernah having fun alias ndeso, ya silahkan aja, emang gue pikirin ... he he he.

Kalau dilihat dari segi positifnya nih, perayaan tahunan seperti itu lebih berdampak pada segi ekonomi atau menaikkan omzet perdagangan, mulai dari penjual makanan, minuman, hotel, resto, jasa angkutan umum konvensional maupun online, departemen store, penjual petasan, kembang api, mainan dan lain-lain. Dari sisi negatifnya, wah jangan tanya dah, masyarakat moderat pasti sudah pada tahu. Kemacetan dimana-mana, mulai dari pusat kota hingga kawasan terpencil di pegunungan, sampah-sampah ada dimana-mana, rawan terjadi kecelakaan dan yang pasti, pemborosan untuk membeli petasan dan mengadakan pesta yang nggak penting. Yang lebih miris lagi bagi para remajanya, ada yang merayakan tahun baru dengan pesta miras, narkoba dan seks bebas. Oh, seperti itu, makna pergantian tahun yang sebenarnya ? Tepok jidat dan gédég- gédég...

Tapi itu semua tergantung dari keyakinan dan persepsi pribadi masing-masing ya, ada yang setuju ataupun yang tidak setuju dengan makna malam tahun baru tersebut. Pilihan ada ditangan anda, monggo kerso panjenengan. Sebenarnya saya masih kepingin mengulas lebih dalam lagi tentang tahun baru, celoteh keponakan-keponakan saya yang ikut jadi penggembira. Mungkin pada kecewa soalnya ada imbauan dari walikota yang melarang menyulut petasan. Karena belum sempat bertemu, cukup sekian dulu ulasannya. 

Semoga ALLAH, SWT melindungi, memberi kemudahan dan memberkahi kita semua. Menjadi manusia yang lebih baik lagi untuk kedepannya ... Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.


Friday, 13 October 2017

AUTOIMMUNE WARRIOR


Lama tidak menulis dan jarang membuka blog, bukan karena super sibuk atau sok sibuk, si mumun yang ada didalam tubuh saya benar-benar membuat saya jungkir balik, salto, lempar lembing, lempar cakram ... LoL. Sesuatu yang tidak pernah saya duga sebelumnya setelah empat tahun mendapatkan remisi. Benar-benar menikmati hidup tanpa obat anti tiroid, beta blocker dan oksigen. Memang pada tahun-tahun sebelumnya ( mulai dari akhir 2014 ) kalau ada gejala sedikit saja seperti tremor, mual-mual dan pusing seperti keracunan, saya baru kontrol ke dokter tapi tidak sesering seperti di tahun ini. Sejak awal tahun kondisi fisik saya benar-benar drop dan sempat dirawat dua kali di Rumah Sakit. Itu juga belum berakhir karena saya masih bolak-balik kontrol ke dokter sampai bulan Agustus lalu. 

Dan Oktober adalah bulan dimana saya mendapatkan gelar tambahan sebagai Odamun, Orang dengan autoimun. Duabelas tahun sudah saya hidup bersama autoimun Grave’s Disease alias Hipertiroid atau gondok diffuse beracun. Seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya, pertamakali didiagnosa menderita GD pada tahun 2005 dan berobat intensif sampai medio tahun 2010. Saat itu Profesor juga pernah bilang kalau bisa kambuh lagi. Sempat berpikir kalau saya sudah terapi obat, pasti sudah benar-benar free dan kalaupun kambuh paling sehari dua hari. Tapi ternyata tidak, karena pada akhirnya saya tahu kalau GD adalah salah satu jenis autoimun yang hanya bisa ditidurkan sementara. 

Setelah masa remisi yang cukup lama itu sepertinya saya juga lengah karena merasa keenakan dan mungkin juga karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit autoimun jadi gejala-gejala awal berbaliknya saya abaikan. Meskipun tidak opname tapi sempat juga beberapakali ke UGD. Ada rasa tidak nyaman dengan fisik yang saya rasakan meskipun tidak kontinyu. Ketidaknyaman tersebut masih saya abaikan dan saya nyatakan sebagai kecapean hingga saya mulai merasakan kesemutan kadang ditangan, kaki, tubuh bagian belakang, entah pada saat duduk ataupun pada saat memegang handphone. Saat bangun tidur, telapak kaki juga kadang nyeri seperti menginjak-injak batu. Bukan hanya itu, saya mulai lagi merasa pegel-pegel otot, otot kedut-kedut, nyeri sendi, sulit berpikir dan berkonsentrasi yang dikenal dengan brain fog. Gejala ini muncul di akhir tahun 2014 dan mulai saat itu saya ditangani dua dokter, ahli Endokrinologi dan Profesor yang dulu merawat saya sekarang hanya menangani kasus insidental aja karena beliau ahli Rhematologi.

Puncaknya pada bulan Januari lalu, tanpa ada gejala apapun, tiba-tiba saya tremor, aritmia dan sesak napas. Sudah bisa ditebak kalau pada akhirnya harus bedrest di Rumah Sakit selama seminggu. Setelah 2 minggu merasakan udara dirumah, saya terpaksa mondok lagi di Rumah Sakit karena sesak napas dan aritmia berulang. Dari hasil cek darah saya lebih buruk dari yang sebelumnya karena sistem imun saya error, saya jadi terinfeksi mulai dari radang tenggorokan, tonsilitis, sistitis, bronchitis dan gastritis. Pada orang yang sehat, sistem imun dapat membedakan mana virus, bakteri atau jamur yang jahat dari bakteri yang baik dan dari organ tubuh sendiri. Autoimun terjadi ketika sistem pertahanan tubuh tidak dapat membedakan antara virus penyebab penyakit dengan suatu sel-sel tubuh sendiri. Dalam artian, sistem imun salah mengartikan sel-sel tubuh sendiri tersebut sebagai penyebab penyakit, sehingga mereka menyerang sel-sel organ tubuh tersebut. Berbeda dengan asma dan alergi yang disebabkan karena sistem imun yang over reaktif terhadap zat asing misalnya debu, kacang, ikan laut, dan lain-lain. Autoimun bereaksi terhadap sel tubuh sendiri. Ketika sistem kekebalan tubuh error, di mana seharusnya bertugas melindungi tubuh, namun berbalik menyerang tubuh. Autoimun dapat mengganggu aktivitas seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Tidak heran kalau badan sampai drop karena semua penyakit itu bercampur aduk dan menyerang saya. Kalau dulu saya hanya minum satu atau dua macam obat, kini saya mesti minum beberapa obat dan obat itu disesuaikan dengan kebutuhan tubuh saya mulai dari beta blocker, obat penenang, anti nyeri, anti peradangan, antibiotik, obat lambung dan vitamin. 

Setelah bergabung dengan komunitas Autoimun, pengetahuan saya semakin bertambah. Penyintas autoimun memang lebih baik bergabung di grup dengan sesama penderita AI agar bisa sharing atau membagi pengalaman seperti bagaimana rasanya walaupun penanganan pada setiap orang berbeda-beda. Yang pasti bisa saling support satu sama lain, terutama untuk diri kita sendiri. Jangan dikira, meskipun terlihat tegar, penderita autoimun terkadang punya rasa ingin menyerah, gue banget tuh ... hiks. 

Saya jadi mengenal apa hubungan fullmoon dengan autoimun dan apa itu sebenarnya brain fog. Sesuatu yang sebelumnya belum saya alami dan belum saya sadari. Dua tahun terakhir ini yang namanya Brain Fog terlihat seperti nyata adanya. Bukan hanya berkurangnya fokus dan konsentrasi tapi saya juga sering lupa, meskipun bukan jenis lupa permanen. Entah sudah berapakali saya lupa menaruh barang, membeli barang, bolak-balik kesana kemari hanya untuk mengingat dan mungkin juga dalam hal janji. Kadang saya juga bingung mesti mau ngapain dulu, mau ngomong apa, Ibu saya juga sering bilang kalau saya sekarang payah konsentrasinya. 

Meskipun Grave’s Disease termasuk mudah diobati dan bukan yang termasuk autoimun yang berat namun sulit dikontrol dan bisa menyebabkan komplikasi-komplikasi yang berat kalau tidak segera ditangani. Saya mesti menjaga aktivitas dan diet saya seperti dulu saat terapi lima tahun. Menjaga agar badan saya tidak nge-drop dan bisa memicu flare lagi. Saya terapkan kembali terapi yang diberikan Profesor yang dulu merawat saya karena lebih efektif dan masa remisi yang saya dapat juga lebih panjang. Nggak boleh marah, nggak boleh sering mewek, semuanya di bawa happy aja. Dulu selama lima tahun saya benar-benar tidak bersentuhan dengan internet. Laptop dan modem ada ditangan adik saya. HP juga yang nggak canggih, yang penting ada kamera cybershoot buat motret kue-kue dagangan saya. Kalau menulis, saya memakai cara manual, tulis dulu dikertas baru diketik ke PC jadul saya dan tidak bisa berlama-lama karena mata saya tidak tahan. Setelah tahun kelima ( terapi hampir selesai ) barulah saya punya akun medsos seperti FB, itupun yang buatin juga tante saya karena waktu itu studi di Leeds, UK, untuk komunikasi, mahal diongkos kalau telpon-telponan atau sms terus ... he he he. Browsing juga masih saya batasi, seminggu hanya dua atau tiga kali ke warnet dekat rumah, kalau saya buka laptop dirumah bisa seharian full ... LoL. Dulu memang tidak secanggih sekarang ya, banyak medsos bertebaran tapi dari sisi positifnya adalah kita tidak menjadi internet addict, kalau sekarang kayaknya susah banget lepas dari handphone.

Yang paling berat kalau urusan habluminannas alias bersosialisasi dengan manusia karena penderita autoimun selain harus pintar mengatur aktifitas sosial, juga harus bisa me-manage dirinya sendiri dan itu adalah hal yang benar-benar susah. Sebagai makhluk sosial kita tidak mungkin menghindar dalam urusan ini. Tidak semua orang bisa memahami atau mengerti. Kita sendiri juga tidak mungkin menjelaskan pada setiap orang tentang kondisi kita. Apalagi kalau sudah merasakan sakit yang beruntun dan masih ditambah dengan menghadapi orang yang rada-rada nggak jelas gitu, sajak é kok ngécé banget. Penyintas autoimun tidak pernah ingin dikasihani kok, kalaupun bercerita hanya untuk berbagi pengalaman dan mencari solusi. Tidak ada maksud apa-apa, apalagi kalau untuk cari perhatian, ngeluh, atau apalah. Yang saya lihat nih, justru orang normal yang malah banyak keluhan dan tuntutan. Memang sih, orang jaman sekarang kayaknya punya kecenderungan tidak punya etika, rasa sok pinternya gede banget dan nyinyirnya minta ampun. Kalau ngadepin orang seperti itu mendingan usir-usir manjaa ajaahh ... he he he.

Saat ini Alhamdulillah, kondisi saya sudah stabil, meskipun kalau malam kaki kadang masih terasa nyeri, kadang tiba-tiba mual, leher merasa nggak nyaman dan mata juga kadang tidak tahan cahaya. Btw, ini waktu terlama saya nulis dan online, mata saya juga sudah tidak silau lagi. Semoga besok-besok lebih lama lagi. Begitulah yang namanya autoimun, datang tak diundang, pergi nggak pamitan kayak jalangkung .... he he he. Jadi harus ikhlas dan berdamai dengannya. Saya masih banyak istirahat dan mengurangi aktifitas. Mengurangi aktifitas bukan berarti tidak berkarya lho ya. Setiap orang pasti pengin dong, usaha yang dirintisnya semakin berkembang. Kerja tapi nggak ngoyo gitu alias tetap waspada karena sedikit saja ada kesalahan, kondisi saya bisa menjadi tidak stabil. Selalu menjaga keseimbangan mind, body and soul. Tapi yang namanya autoimun meskipun telah berusaha di kontrol, tetap aja memberikan kejutan-kejutan yang tidak diundang, namun jika diperhatikan dan dijaga dari berbagai aspek semoga kejutannya menjadi tidak berat, cepat bisa ditanggulangi atau bahkan bisa dicegah. 

Bagaimana kita menjalani hari-hari untuk kedepannya adalah sebuah pilihan. Bukan hanya tentang penyakitnya aja tapi juga tentang kehidupan. Saya masih terus berusaha memahami, mempelajari dan berusaha untuk mengontrolnya hingga bisa mencapai remisi. Meski berat yang telah saya lalui, namun saya masih banyak keberuntungan dan saya harus banyak bersyukur. Autoimun buat saya adalah tempat berbagi dan belajar. Ibarat anak kecil, sayalah yang perlu mengenal dan bertoleransi dengan autoimun. Dan ketika anak kecil itu merengek-rengek, saya sudah punya jurus jitu untuk menenangkannya. Sebagai manusia tugas saya hanya berikhtiar, semoga dengan izin Allah SWT, saya bisa pulih seperti dulu. Buat teman- teman penyintas autoimun, terus semangat yaak ... We are the Winner. 

Wednesday, 26 April 2017

RA. KARTINI DAN KONTROVERSI



Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia selalu memperingati Hari Kartini. Anak-anak sekolah dan wanita pekerja kantoran seperti diwajibkan memakai pakaian tradisional kebaya ala Jawa untuk memperingati peran Raden Ayu Kartini yang dianggap sebagai tokoh emansipasi wanita Indonesia. Saya sebut Raden Ayu, karena Kartini sudah menikah, sebutan Raden Ajeng atau Raden Roro hanya untuk gadis yang belum menikah. Biar nggak gagal paham maksudnya ... LoL. 

Meski diperingati setiap tahun, adanya pro dan kontra mengenai peringatan Hari Kartini terus berlanjut. Banyak hal yang selalu menjadi perdebatan terutama mengenai penetapan tanggal 21 April atau hari kelahiran RA Kartini pada 21 April 1879 sebagai Hari Kartini. Perjalanan hidup seorang Kartini pun, sejak ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 1964 oleh Presiden RI, Soekarno, juga sudah menuai kontroversi. Ada beberapa alasan yang mengundang tanda tanya dengan kehidupan Kartini seperti pendidikan ala Barat, asupan buku dan majalah eropa. Yang paling menghebohkan adalah kecurigaan adanya rekayasa penggelembungan gagasan dan pemikiran Kartini melalui surat-surat korespondennya kepada Rosa Manuela Abendanon-Mandri, istri JH. Abendanon yang seorang menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan. Dugaan yang muncul bahwa J.H. Abendanon yakni suami salah satu sahabat pena Kartini, telah merekayasa, merubah atau meng-edit surat-surat Kartini. 

Kecurigaan ini timbul karena buku ini terbit tepat pada saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis ( politik balas budi ) di Hindia Belanda dan J.H. Abendanon termasuk orang yang berkepentingan dalam mendukung politik etis tersebut. Sampai saat ini sebagian besar naskah asli surat Kartini tidak diketahui keberadaannya. Menurut alm. Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon sukar dilacak pemerintahan Belanda. Selama ini kita hanya di suguhi banyak buku, tulisan ataupun terjemahan yang bersumber dari buku yang di terbitkan Abendanon semata. Banyak yang meragukan pada kebenaran isi surat-surat RA Kartini. Hingga saat ini, naskah-naskah asli surat korespondensi Kartini yang disebut ke teman-teman Belandanya tidak bisa dihadirkan pihak Belanda sebagai dokumen bersejarah. Yang ada hanya isi dan kopiannya. Padahal, dari kumpulan surat-surat inilah dibuat buku oleh Belanda yang dikatakan ditulis oleh Kartini, yaitu Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya “ Dari Kegelapan Menuju Cahaya ”. Oleh J.H Abendanon, isi dari surat-surat Kartini kemudian dipublikasikan ke berbagai media di Eropa sebagai propaganda politik etis Belanda yang saat itu sedang berlangsung. Politik untuk memanipulasi media Eropa bahwa Belanda telah berbuat baik kepada negeri jajahannya. Rekayasa terakhir dari sosok Kartini oleh Belanda adalah pendirian Yayasan Kartini oleh tokoh Politik Etis Belanda, Van Deventer. Dari yayasan inilah dibangun Sekolah Kartini yang cabang-cabangnya tersebar di berbagai propinsi.

Selain kontroversi diatas, RA Kartini juga dianggap berbicara hanya untuk ruang lingkup gadis priyayi Jawa saja, tak pernah menyinggung suku atau bangsa lain di Indonesia ( Hindia Belanda ). Pemikiran-pemikirannya di tuangkan dalam rangka memperjuangkan nasib perempuan priyayi, bukan nasib perempuan secara keseluruhan. Didalam tulisan dan pemikirannya Kartini tidak pernah menyinggung nasib perempuan yang kelasnya lebih rendah. Tak pernah terlihat dalam tulisan dan pemikirannya, adanya keinginan RA Kartini untuk mewujudkan Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, apalagi dalam hal memanggul senjata. Saat itu, terkesan lebih mendukung Belanda berada di Indonesia. RA Kartini juga dianggap tidak konsisten dalam memperjuangkan nasib perempuan. Dalam banyak tulisannya ia mempertanyakan tradisi Jawa yang di anggap menghambat kemajuan perempuan, seperti tidak boleh sekolah, di pingit ketika mulai dewasa, dinikahkan dengan laki-laki tidak di kenal dan menjadi korban poligami. Ia juga tak jarang mengkritik Islam yang notabene adalah agamanya, dimana ia mempertanyakan pembenaran laki-laki yang berpoligami. Selain itu, ia juga mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan di hapalkan tanpa di wajibkan untuk di pahami. Kartini pernah mengungkapkan pandangannya bahwa dunia ini akan lebih damai jika tidak ada agama, karena agama sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah dan saling menyakiti. 

Harsja W. Bachtiar adalah salah satu tokoh sejarawan yang menggugat penokohan RA. Kartini. Dalam karangannya yang berjudul, “ Kartini dan Peranan dalam Masyarakat Kita ” dalam buku Satu Abad Kartini, Harsja mengatakan bahwa Kartini merupakan simbol bentukan Belanda. Indonesia tidak menciptakan simbol perjuangan kaum wanitanya sendiri, melainkan hanya mengadopsi. Lebih lanjut Harsja mengungkapkan, masih banyak wanita pribumi yang perjuangan dan pengabdiannya telah melampaui Kartini. Kartini bukanlah tokoh emansipasi awal. Apa gerakan pembebasan yang telah dilakukan Kartini ? Pembebasan terhadap siapa? Dari apa wanita Indonesia hendak dibebaskan ? Cukup menohok nih, terutama bagi para pengkultus atau pengagung Kartini. 

Beberapa kalangan bahkan juga menggugat sisi heroisme Kartini yang dijadikan sebagai simbol perjuangan kaum wanita. Sejarah hidup Kartini tidak lebih hanya surat menyurat saja ( Taufik Abdullah ). Tidak ada action yang dilakukan Kartini. Pendirian “ sekolah gadis ” oleh Kartini tidak sempat berkembang dan tidak memberikan pengaruh besar terhadap pendidikan kaum wanita pribumi. 

Kalau ditilik dari sejarah nasional, banyak tokoh perempuan di Indonesia yang dianggap berjasa dan dinilai mampu memberi kontribusi yang lebih progresif, bukan hanya Kartini seorang. Sebut saja nama pahlawan nasional wanita seperti Tjut Nyak Dien, Tjut Meutia, Christina Martha Tiahahu, Dewi Sartika, Rasuna Said dan Rohana Kudus. Sosok yang benar-benar berjuang tapi tidak sepopuler nama Kartini. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yaitu Malahayati. Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini. Tokoh-tokoh wanita ini secara jelas melakukan perlawanan terhadap Belanda. Dewi Sartika dan Rohana Kudus misalnya, dua wanita ini pikiran-pikirannya memang seperti sengaja tidak dipublikasikan. Raden Dewi Sartika tidak hanya giat berpikir, tetapi juga mengimplementasikan pemikirannya ke gerakan nyata dalam masyarakat dengan mendirikan sekolah khusus putri, sekolah Kaoetamaan Istri pada tahun 1902. Tidak seperti Kartini yang justru menjadi alat legitimasi politik kamuflase etis Belanda di Indonesia. RA Kartini adalah tokoh pemikir bukan pejuang emansipasi wanita. Karena tidak ada tindakan konkret dalam hal memperjuangkan emansipasi wanita. Cakupan wilayah perjuangannya pun jauh lebih luas dari Kartini yang hanya sebatas di Jepara dan Rembang saja.

Kalau tanggal 21 April dimaksudkan untuk dijadikan momentum emansipasi kaum perempuan, kan ada peringatan di hari lain yang lebih universal, misalnya Hari Ibu tanggal 22 Desember, betul nggak ? Peran Kartini masih patut di debat dengan alasan masih banyak pejuang perempuan lainnya yang perlu di peringati hari lahirnya. Peran Kartini terlalu di besar-besarkan oleh ahli-ahli sejarah Jawa dengan mengatakan bahwa Kartini sudah dianggap sebagai pejuang emansipasi wanita hanya melalui surat-suratnya yang kemudian di bukukan oleh J.H. Abendanon.

Lalu siapa yang pantas di hargai ? Seseorang dengan sebuah pemikiran atau seseorang yang melakukan tindakan nyata? Kalau RA Kartini dianggap sebagai pahlawan Nasional, bagaimana dengan Raden Dewi Sartika dan pejuang wanita lainnya yang perjuangannya lebih nyata sekaligus lebih berat bila dibandingkan dengan RA Kartini ? Jadi, ada baiknya kita, bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih, mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini ? Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgonje ? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga malah mengikuti kebijakan itu ? 

Agar tidak menjadi debat kusir karena adanya kontroversi itu, kita ulas sejenak tentang Raden Ayu Kartini. Anak perempuan dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah. Ibu dari Kartini adalah isteri pertama, tapi bukan yang utama. Karena adanya aturan kolonial Belanda yang mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Sementara, Ngasirah bukan anak seorang bangsawan. Ia hanya seorang anak kiyai, Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Ayah Kartini pun menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan ( Moerjam ), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, yaitu R.A.A. Tjitrowikromo.

Interaksi Kartini dengan literatur Belanda dan Eropa begitu kuat. Ia suka membaca buku-buku, koran, dan majalah Eropa. Dari situlah, Kartini tertarik pada kemajuan pola berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel ( paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan ). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.

Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum.

Dari bacaan-bacaan ini pula, Kartini menginginkan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht ( Kekuatan Gaib ) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder ( Letakkan Senjata ), semuanya berbahasa Belanda.

Bertolak belakang dengan pemikirannya sebelumnya, RA Kartini pada akhirnya menerima untuk dinikahkan ( dipoligami ) dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903, pada usia 24 tahun. Pada saat menjelang pernikahan, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan kala itu. Dengan kata lain bahwa Kartini, walaupun sudah berstatus istri masih melakukan aktifitas-aktifitas intelektualnya atas bantuan suami dan orang terdekat dari kalangan pribumi. Salah satu bukti bahwa Kartini sudah membuka pintu yang luas untuk dirinya adalah menjadi kolomnis untuk majalah Eropa dan menjadi penulis buku. Bukan hal yang mudah di zaman penjajah saat itu. Akan tetapi Kartini seorang gadis bangsawan dengan gaya pendidikan yang ketat tanpa mengalami kesulitan bisa menulis buku atau membaca buku-buku literatur Eropa. 

Ketika memasuki area pernikahan dan hidup di Rembang bersama suami tercinta, rupanya sang suami sangat mendukung visi, misi dan tujuannya. Terutama dalam hal pendidikan dan menulis buku. Kartini sudah membuat plot buku yang bertema Babat Tanah Jawa, tapi buku itu belum selesai ditulis karena meninggal dunia. Juga ada peran seorang ulama Kyai Sholeh Darat atau Kyai Mohammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang, yang mengajarkan tafsir Surat Al-Fatihah dalam bahasa Jawa agar Kartini lebih memahami Islam. Kyai inilah yang memberi pencerahan dari surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya ( Minazh Zhulumaati ilan Nuur ), sejarah istilah “ Habis Gelap Terbitlah Cahaya “ yang ternyata berasal dari Al-Quran. Kata dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan ( jahiliyah ) ke tempat yang terang benderang ( hidayah atau kebenaran Ilahi ). Tapi Kyai itupun wafat dengan misterius, sebab umat islam memang sepertinya sengaja dijauhkan dari ilmu agamanya sendiri. 

Baik yang pro maupun kontra, saya anggap menarik, karena kita bisa berwacana dalam dua arah yang berbeda. Sayangnya fanatisme membabi buta atau pengkultusan ala Indonesia masih saja belum hilang dalam benak sebagian dari kita. Sehingga wacana menarik ini jadi arena debat kusir dengan mengesampingkan realita dan logika pada akhirnya. Yang pro terlalu mengkultuskan dan yang kontra bakalan dibully, dianggap tidak mendukung emansipasi wanita. Tapi jujur ya, secara logika saya cenderung percaya kalau RA. Kartini memang hanya bentukan Belanda sebagai alat propaganda politik etis. Dimana saat itu Belanda kehilangan pamor di daerah jajahan dan berusaha meniru Inggris yang lebih maju dalam hal memakmurkan koloninya. Surat-surat asli Kartini yang tidak bisa dilacak keberadaannya sehingga memunculkan kontroversi bahwa sebagian isi buku tersebut adalah rekayasa. Kartini dianggap alat propaganda karena sekolah Kartini dibangun dimana-mana bukan oleh keluarga Kartini melainkan oleh Yayasan Kartini yang didirikan oleh keluarga Van Deventer, tokoh politik etis. 

Kalau boleh membandingkan nih, silsilah keluarga nenek dan kakek saya sendiri sebenarnya juga tidak jauh berbeda dengan keluarga RA. Kartini. Mulai dari uyut sampai nenek, kakek saya dan saudara-saudaranya karena mereka hidup di jaman Kartini, bahkan juga sebelumnya. Sepupu dan kakak-kakak nenek saya ada yang seusia dengan RA Kartini, mungkin juga lebih tua. Di Solo juga ada dua kerajaan dan bukan hanya daerah kadipaten. Keluarga uyut saya juga penganut didikan Jawa kuno dan pesantren tapi anti kolonialisme, feodalisme dan imperalisme lho yaa, jangan salah. Saat itu, sekitar tahun 1850-an sudah ada sekolah khusus keputrian dan untuk gadis priyayi boleh memilih antara sekolah keputrian atau sekolah dirumah, istilah kekiniannya home schooling. Gadis-gadis dibekali dengan ketrampilan menjahit, memasak, menyulam, menyongket, membaca, menulis, tata krama dan pendidikan keluarga.

Perbedaan yang terlihat begitu kentara bagaimana seorang Kartini lebih dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan yang dibentuk oleh ayahnya yang sudah pasti pro Belanda. Kakek Kartini dari ibunya adalah seorang Kyai yang aktif mengajarkan agama Islam di daerahnya. Sangat disayangkan karena sang Ibu tidak mengajarkan anaknya tentang Islam. Kartini lebih banyak mendapatkan didikan ala Barat dan sekaligus Jawa Ningrat karena ayahnya adalah seorang Adipati. 

Jadi tidak heran kalau kiblatnya kesana dan keinginannya begitu kuat untuk melepaskan diri dari belenggu adat yang menurutnya menghambat kemajuan dirinya, mungkin juga gaya hidup yang didambakannya. Gadis keturunan bangsawan memang mempunyai privilege untuk bisa mengenyam pendidikan di level tertentu pada masa itu. Meskipun bukan pendidikan dalam level yang tinggi, setidaknya wanita keturunan bangsawan masih bisa menikmati bangku sekolah dibandingkan dengan wanita dengan status sosial biasa. Kenyataannya adalah RA Kartini yang hidup dalam lingkungan ningrat Jawa, memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan Belanda dan melahap literatur-literatur penting seperti buku-buku sastra dan majalah dibacanya hingga umur 12 tahun. Dengan kemampuan bahasa Belanda yang bagus, Kartini memang belajar banyak hal dari “Barat”. 

Kalau saya amati nih, nenek saya dan seluruh klan-nya terutama yang perempuan sepertinya tidak ada yang terbelakang, rata-rata fasih berbahasa Arab dan juga Belanda. Jadi, yang ngajarin nenek saya dan saudara-saudaranya pantas disebut pejuang emansipasi juga mestinya ya ... LoL. Anak-anak gadis uyut saya juga banyak yang mengajar di sekolah atau pondok pesantren dan melanglang buana ke beberapa daerah di Jawa Timur. Ada yang menikah muda dan juga ada yang sudah cukup umur. Ada yang mau dijodohkan dan ada yang memilih sendiri partner hidupnya. Nenek saya sendiri menikah saat usia 30 tahun dengan sepupu dari pihak ibunya. Yang seperti itu jaman dulu sudah biasa kali yaa. Eh, nggak ding, tante saya ada yang menikah dengan sepupunya dan sepupu saya ada juga yang dijodohkan ... he he he. Pada akhirnya, semua itu berbalik pada sistem dan prinsip yang dianut. Mau dijalani ya monggo, tidak dijalani ya nggak apa-apa. Tapi kalau soal tata krama Jawa, keluarga saya masih memakainya walaupun sudah banyak yang terkontaminasi alias luntur akibat perkembangan jaman.

Kata nenek saya, jaman dulu kalau ada orang dari daerah yang diangkat menjadi pejabat oleh Belanda, rasa feodalnya malah melebihi orang yang benar-benar keturunan bangsawan atau berasal dari kerajaan. Istilah jaman kekiniannya kendoro-doronen atau gila pangkat dan hormat. Lucunya nih, sekarang malah banyak orang yang kepengen banget punya gelar bangsawan keraton dan sampai dibela-belain dengan mengeluarkan uang banyak demi gelar Raden Mas atau Raden ayu. Padahal, seperti yang Kartini bilang, dalam kritikannya pada tradisi Jawa yang mengekangnya sebagaimana ditulisnya kepada Stella, ”Adat sopan-santun kami, orang Jawa, amatlah rumit. Adikku harus merangkak bila hendak lalu di hadapanku. Kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, haruslah segera ia turun duduk di tanah, dengan menundukkan kepala, sampai aku tidak kelihatan lagi. Tiap kalimat yang diucapkan haruslah diakhiri dengan sembah. Seorang gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek-pendek, gerakannya lambat seperti siput, bila berjalan agak cepat, dicaci orang, disebut “kuda liar”. Peduli apa aku dengan segala tata cara itu. Segala peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu.” ( Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899 ). 

Kalau bagi saya pribadi, saya lebih suka menyebut RA Kartini sebagai a good reader,  great observer, pejuang literasi dan seorang penulis yang handal. Seorang gadis bangsawan muda yang mengalami pergolakan batin tapi bisa menorehkannya kedalam tulisan. Meninggal dalam usia yang masih sangat muda, 25 tahun ( 1879-1904 ) dan sayangnya, wanita itu tidak mendapatkan didikan agama dengan baik. Mengutip kata-kata Albert Einstein, Ilmu tanpa agama lumpuh, Agama tanpa ilmu buta. Setelah Kartini mengenal Islam sikapnya terhadap Barat mulai berubah, seperti suratnya pada Rosa Abendanon, 27 Oktober 1902, “Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna ? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban ?” ( Surat Kartini kepada Rosa Maria Abendanon, 27 Oktober 1902 ).

Jadi meski terdapat kontroversi mengenai peringatan Hari Kartini, yang harus selalu diingat adalah adanya energi positif yang dapat diserap oleh semua orang, khususnya kaum wanita, untuk terus berkiprah di tengah segala keterbatasan yang dimiliki. Melalui kegiatan menulis, keterbatasan yang ada dapat ditembus dan dijadikan energi untuk mengembangkan potensi diri. Sosok RA Kartini yang rajin menulis layaknya seorang blogger patut dijadikan contoh. Hanya dengan menulislah kita meninggalkan warisan sangat berharga buat anak cucu. Untuk dijadikan pengalaman bagi setiap insan di dunia ini dan tentunya sebagai self reminder bagi si penulis.

Walaupun menjadi kontroversi soal keotentikan surat-suratnya, tapi saya suka dengan kutipan ini, “ Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan fikiran ( fikroh ) dan keningratan budi ( akhlak ). Tidak ada manusia yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya dari pada melihat orang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholih orang yang bergelar macam Graaf atau Baron ? Tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku yang picik ini ” ( Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899 ) dan kutipan yang ini “ Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya” ( Surat Kartini kepada Rosa Maria Abendanon, Agustus 1900 ).

Intinya, dalam ajaran Islam, perempuan itu istimewa. Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda untuk menjadi partner yang saling melengkapi. Laki-laki memang kepala keluarga, seorang imam, Arrijalu qowwamuna 'alannisaa'. Wanita dalam Islam adalah mitra pria bukan sekedar lawan jenis yang cenderung bernuansa rivalitas dan kontradiksi ataupun hanya sebagai pemuas nafsu, filosofinya adalah dua pasang insan yang berlainan jenis yang saling melengkapi dan membutuhkan. Seperti yang dijelaskan dalam Quran surat At-Taubah ayat 71, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka ( adalah ) menjadi mitra dan penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh ( mengerjakan ) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar.”

Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “ Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”. Memahami dan menghayati semangat Kartini secara benar akan menambah keistimewaan itu. Menuntut emansipasi berlebihan justru akan membuat hidup kaum wanita melenceng alias kebablasan karena melupakan kodratnya sebagai perempuan. 

Pihak yang mendukung peringatan Hari Kartini pasti membanggakan bahwa Kartini bukan sekadar tokoh emansipasi wanita yang mampu mengangkat derajat kaum perempuan di Indonesia saja tapi juga di Eropa. Kartini juga dianggap sebagai tokoh fenomenal. Melalui aneka gagasan serta ide-ide pembaharuannya, dia telah dianggap sebagai pejuang emansipasi wanita. 

Apapun itu meski ada pro dan kontra, semua itu hanyalah catatan sejarah. Tak perlu sampai berdebat kusir seperti yang bisa kita baca di kolom komentar beberapa media online. Ada atau tidak ada seorang Raden Ayu Kartini, perubahan jaman akan terus terjadi dan ini tidak bisa kita hindari. Takdir sudah ditentukan dan Raden Ayu Kartini tidak dapat dipanggil kembali untuk sebuah konfirmasi. Isi benaknya tetap tersimpan dalam deretan tulisan sejarah yang ditorehkan orang lain dan tumpukan surat-suratnya dalam lingkaran elit kolonial. Kartini tampaknya memang ditakdirkan menjadi milik semua golongan dan diperebutkan oleh berbagai pihak untuk bermacam-macam kepentingan. 

Satu lagi soal emansisapi eh emansipasi, tak perlu ada rasa lebih tinggi atau rendah. Dua tangan berlainan jenis yang saling bergandengan dan bahu membahu itu lebih baik. Berjalan beriringan, terkadang salah satu berlari lebih cepat atau lambat. Kalau memang bisa gantian apa susahnya sih, gitu aja kok repot ... he he he. Sekedar opini aja yak, semoga bermanfaat dunia akhirat ... 


Have A Nice Day ...



# SUMBER : WIKIPEDIA INDONESIA